Begadang

20 5 0
                                    

"Kar gua mau nanya" ucap Desi.

"Apaan des mending kita makan dulu lah, kalo lo mau nanya nanti aja laper banget anjir gua. mana segala di marahin juga tadi." 

Kedua gadis remaja itu mulai melahap mie yang mereka pesan barusan. sambil menyantap makanan mereka mereka berbincang mengenai hal hal yang tidak jelas.

Hampir 1 jam mereka nongkrong di tempat bang Jajang "kar udah mau setengah 11 anjiiir ini alamat gua tidur di luar nih pintu rumah mesti di kunci semua"ucap desi panik.

"Gak usah panik anjiir mending lu tidur di rumah gua di jamin aman dah, dan cara pulang bisa kita pikirin nanti di kamar gua. udah buruan njiir ntar keburu ketahuan bang hendra." ucapnya.

Ke rumah pohon aja Des, geu males pulang"

***

"Hendra adek kamu belum keluar juga dari tadi sore?, emang dia gak laper?" tanya Chiko pada Hendra.

"Gak tahu yah, biasanya dia kalo jam segini udah keluar, tapi tumben banget kamar nya juga di kunci terus juga lampunya di matiin mungkin udah tidur kali yah" balas Hendra yang duduk di sebelah samg ayah.

"Kalian itu jangan terlalu manjain Sekar deh bang, nanti dia malah jadi gak sopan kayak tadi"

"bener kata ayah kalian, nih lihat Calista aja bisa apa apa sendiri dari kecil gak pernah mamah manja ya kan nak" ucap Laura selaku istri baru sekaligus mamah tiri si kemabar dam si bungsu.

"Tapi kita gak pernah manjain Sekar kok, yah"sahur Naufal yang ada di ujung.

"Yah, Calista pengen dong tidur di kamar Sekar, kamarnya kan bagus, tapi Sekar gak pernah ngebolehin Calista masuk" ucap Laura agar sang ayah bisa memindahkan dirinya dari kamar tamu ke kamar milik saudara tirinya itu.

"Kamu pengen banget ya tidur sama Sekar, yaudah nanti biar bang jeje sama yang lain bujuk Sekar ya, kamu sabar dulu, ya. kamu tahu sendirikan Sekar kayak gimana." ucap Jenaka sambil mengusap surai hitam milik adik tirinya itu.

Keluarga itu tengah berkumpul tanpa si bungsu untuk ke sekian kalinya, bahkan mereka terlihat sangat bahagia tanpa kehadirannya, apakah mereka berfikir bagaimana jika si bungsu melihat.

***

Kedua gadis itu langsung berjalan kearah rumah pohon yang pernah mereka buat sewaktu kecil di dekat taman kompleks. Rumah itu menjadi rumah kedua bagi Sekar dan Desi

Di dalam sana mereka merasakan ketenangan dan dinginnya angin malam menusuk kulit keduanya, jendela dan pintu mereka tutup karena angin yang berhubungan semakin dingin.

Ritual mereka di mulai, sembari menikmati film dengan ruangan yang remang, camilan yang mereka beli pun sedikit demi sedikit berkurang sampai akhirnya habis. Tak dirasa 4 jam mereka menonton film itu sampai akhir.

Keduanya langsung mengecek hp dan melihat jam. 03.00 itulah angkat yang tertera pada hp mereka.

"Mending kita tidur aja, gue ngantuk sumpah" ujar Sekar yang menarik selimut lalu memejamkan kedua matanya. Desi yang ikut terlelap di sebelah Sekar

***

Alarm yang berada di sofa rumah pohon itu berbunyi dengan begitu nyaring membuat dua gadis itu langsung terbangun dari alam mimpi. Setelah mematikan alarmnya dan mengecek jam yang tertera di ponsel

"Kar, udah yuk cari masjid deket sini" ucap Desi.

Keduanya turun dari rumah pohon, lalu berjalan ke masjid yang berada di dekat kompleks, Sekar dan Desi masih menggunakan pakaian tidur mereka dan menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di sekitar masjid. Setelah menunaikan ibadah sholatnya kedua berjalan menuju taman  kompleks

"Kar beli bubur dulu deh laper gua" ucapnya di tepi taman

Sebelum  kembali ke rumah mereka membeli bubur ayam di dekat taman

Pukul 07.00 WIB barulah Desi pulang kerumahnya karena tidak ada yang tahu jika dirinya menginap dirumah Sekar begitu sebaliknya.

"Bye"

"bye"

Sesampainya di rumah, sekar melihat sekitar ruang tengah yang masih sepi, kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju dapur untuk mengambil segelas air putih. suara seseorang dari dapur langsung menghentikan aksi Sekar yang hendak menegka air putih miliknya.

"Dari mana kamu dek? tumben banget jam segini udah bangun biasanya masih molor" tanya jenaka sambil memegang sendok makan miliknya.

"Habis joging sama Desi, udah janjian dari kemaren jadi gak mungkin kan kalo di tunda" balas nya kemudian melanjutkan langkahnya.

"Kamu joging make piyama gini? Tanya Hendra dengan raut wajah yang bingung

"Emang kenapa? Orang gak ada yang  ngelarang juga" sahutnya kemudian ia langsung melangkahkan kaki dari dapur

"Calista mau nambah lagi gak nak, biar ayah ambilin?"

"Boleh yah"

"Aduh anak ayah, lucu banget sih" ucao sang ayah sambil mengusap kepala Calista dengan lembut.

"Adek Abang gemes banget, kalo mau nambah bilang aja sama abang pasti diambilin kok"

Gadis yang mendengar itu hanya bisa diam terpaku sambil mendengarkan beberapa kata yang terucap dari orang-orang yang berada di meja, gadis itu melanjutkan langkahnya  tanpa memperdulikan ucapan mereka.

Selesai mandi dan berpakaian ia langsung membanting tubuhnya ke atas kasur sambil menatap langit langit kamarnya, gadis itu masih mengantuk.

Suara berisik dari kamar sebelah kanannya sangat menggangu ketenangan dan kenyamanannya

"Berisik banget sih tuh kamar sebelah!" Gerutu nya, kemudian ia beranjak dari kasur dan keluar kamar, dan langsung membuka pintu kamar yang berada di sebelahnya

ceklek

"WOI BERISIK TAU GAK!" Bentaknya yang membuat seisi kamar langsung bening.

"Apasih kar, gak jelas banget, masuk masuk kayak orang kesetanan. Ketempelan setan mana Lo" cecar Calista padanya.

"Lo semuanya berisik tau gak! Ganggu orang mau tidur aja!" Tuding Sekar sambil menunjuk kearah orang-orang yang ada  di kamar tersebut.

"Kamu apa-apaan si dek, tiba-tiba marah sambil teriak-teriak" sela Jenaka.

Sekar yang sudah memutar bola matanya malas, gadis itu meninggalkan kamar milik Hendra.

"Dasar anak gak tau diri, makanya sifat Lo gini, karena Lo kurang didikan"  Tutur Calista dengan nada menghina.

Sekar langsung menatap tajam kearah Calista gadis itu, masih bisa menahan emosi yang menggebu-gebu.

"Tahan Sekar, jangan emosi" ucapnnya dalam hati.

"UPS, sorry emang Lo kurang kasih sayang ya" ledek Calista pada gadsi yang berada di  depan.

"Anjing Lo!"

Brak

"Akh" suara rintihan itu tidak di gubris oleh Sekar.

Ia memutuskan untuk meninggalkan Calista yang kesakitan, karena kepala yang terjedot ujung meja

"Bawa ke rumah sakit aja" ucap Jenak yang terlampau panik.

Kamu yang menyebabkan Calista  masuk rumah sakit! Jangan lupa tanggung jawabnya! Bentak Dani

Seketika rasa sakit itu kembali menghujani hatinya, "segitu sayangnya ya kalian sama Calista, Lo udah gak di butuhkan lagi di rumah ini, Jangan pernah menyesal, jika nanti yang ikut andil dalam kebahagiaan lu adalah semesta dan sang penciptanya"  gumamnya.

Lalu ia kembali melangkah ke kamar nya dan meninggalkan Hendra dan Naufal.

Gimana kelanjutannya?

jangan lupa baca part selanjutnya.

Jangan lupa vote komennya

apa yang bakal terjadi sama Calista?

Apakah Sekar bakalan kena marah atau malah sebaliknya?

see you

TBC

ANAVA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang