Izin ke luar kota

17 1 0
                                    

3 Hari berada di rumah sakit, gadis itu kini di perbolehkan untuk pulang, tapi dokter yang memeriksa dia menginginkan 1 syarat, harus jaga kesehatan, jangan sampai tenaganya di porsir hanya demi mendapatkan nilai sempurna.

Waktu yang tersisa di SMP hanya tinggal beberapa hari lagi, tepatnya hari sabtu merupakan perpisahan untuk anak kelas IX, ia berharap bahwa ayahnya akan datang.

Sekar berada di sofa rumah sakit sembari menunggu Melati merapikan baju miliknya, "bunda, nanti kalo Sekar perpisahan bunda mau datang gak?"

Melati yang langsung menolehkan kepalanya, ia langsung menatap manik milik gadis itu, sambil berjalan kearah sofa, kemudian ia duduk di sebelah Sekar, dengan kedua telapak tangan yang menanggkup kedua pipi milik gadis yang sekarang berada di depannya.

"hmm, Bunda bakalan datang kamu tenang aja, kalo gak mau di temenin bunda juga gapapa kok, kan ada si kembar "

"Pokoknya bunda harus datang titik gak pake koma!"

Kemudian gadis itu melipat kedua tangannya di bawah dada, layaknya anak balita yang sedang ngambek dengan ibunya, melihat tingkah seperti itu Melati hanya bisa terkekeh.

Menunggu Rafa yang tak kunjung datang ia semakin kesal, sudah 3 hari ia berdiam diri di sini,"Bun, om rafa mana sih, lama banget"

"Sabar ya, bentar lagi om Rafa kesini"

15 Menit ia menunggu akhirnya orang yang di tunggu datang dengan wajah yang sangat ceria, ia tidak tahu bahwa orang yang menunggunya samgatlah sebal.

"Lama banget si, om"

"Maaf ya, tadi macet. Idih ngambek ya?" ucap Rafa meneliti wajah keponakan yang tidak bersahabat.

"tau ah, bad mood, udah ayok katanya mau pulang. Ditungguin dari tadi gak dateng dateng"

"Udah buruan sana kalian pulang dulu"

"Bunda gak ikut"

"Gak, nanti bunda dijemput sama bang Malvin. hari ini bang Malvin libur sampai 2 bulan kedepan"

"yaudah mbak kita pulang dulu, assalamu'alaikum"

"Waalaikum Salam"

Sekar membawa tas ranselnya dan langsung masuk kedalam mobil milik Rafa, sepanjang perjalanan gadis itu hanya diam tidak berceloteh tentang ini itu, biasanya ia sangat antusias menceritakan isi buku, atau cerita yang dialaminya, hari ini benar-benar tidak biasa.

"Mau ke toko buku yang biasa gak, mumpung masih djalan, denger denger ada novel terbitan baru milik penulis kesukaanmu, tapi om Rafa gak tau judulnya."

"Mendengar kata buku yang di sebut Rafa barusan, Sekar langsung menoleh ke arah Rafa, emang boleh?"

Ternyata ampuh juga ucapannya, mudah sekali membujuknya, apalagi kalau sudah menyangkut buku yang di terbitkan oleh penulis favoritnya.

Sesampainya di toko buku itu, Ia lupa jika dirinya sedang marah dengan orang yang mengikuti dari belakang, mencari buku yang ia cari.

"Om, itu bukunya ada diatas, bisa minta tolong diambilin nggak?"

"Tentu saja tuan putri"

Rafa langsung mengambil buku itu di rak yang paling tinggi, kemudian ia menyerahkan buku tersebut pada gadis yang berada di sebelahnya. Senyuman yang begitu jelas, sesederhana itu ia bahagia.

"Belinya itu doang, dek?"

"Iya, udah yuk pulang nanti om malah narsis disini karena banyak orang yang lihatin wajah om, tampan juga gak, mereka lihat dari apanya"

ANAVA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang