Kebencian yang mendalam

26 1 0
                                    

"Kenapa gadis bodoh itu harus kembali."

"Alangkah baiknya jika pergi untuk selama-lamanya, maka rencana yang aku susun setelah beberapa tahun lalu bisa secepatnya terselesaikan."

"Malang sekali gadis itu, alangkah baiknya kau menyusul ibumu pergi, nak"

Rania menyusun rencana lain, agar ia bisa secepatnya menyingkirkan anak perempuan yang ia anggap sebagai penghalang rencana.

Senyuman miring tercipta di ujung bibirnya entah apa yang wanita ular itu pikirkan.

Wanita itu harus memastikan bahwa rencana itu tidak akan gagal lagi kali ini, ternyata mudah sekali membohongi lelaki itu, tapi mengapa anak laki-laki nya tidak bisa di bohongi seperti ayahnya.

"Lelaki bodoh, tidak pernah berpikir dalam bertindak, suatu saat nanti kau merasakan kehilangan. Dasar ayah tidak berguna."

Mendengar suara langkah kaki wanita itu langsung berpura-pura membuka pintu kamar, agar tidak di curigai oleh siapapun termasuk orang yang sekarang menjadi suaminya.

"Kenapa mas, tumben banget mukanya cemberut, ada apa si?"

"Gak tau lagi aku sama jalan pikiran gadis itu, bisa bisanya di pergi gak pamitan sama sekali, kurang ajar sekali, malu maluin aja, awas aja aku bakal kasih pelajaran tanpa ampun."

"Udah lah gapapa, namanya juga anak SMP wajarlah"

"Wajar darimana nya coba, tanpa tidak langsung dia udah mempermalukan aku di depan adik aku sendiri"

Chiko langsung kembali keluar kamarnya ia menuju teman belakang rumahnya, untuk menenangkan pikirannya yang kacau.

Lalu kemana laki-laki yang pernah melecehkan gadis itu, seperti nya ada yang bertanya begitu bukan?

Lelaki itu memutuskan untuk meninggalkan rumah, ia bilang ada urusan di luar kota, entah apa yang lakukan setelah melecehkan seorang gadis SMP, apakah di luar sana ia melakukan perbuatannya lebih dari itu.

jawabannya adalah adalah iya, laki-laki itu sekarang berada di dalam jeruji seumur hidup karena ia di pergoki oleh warga melecehkan 2 anak usia dini sekaligus 2 anak kelas 3 sd.

Berita itu tersebar dimana-mana, Apakah orang itu tidak berpikir jika memiliki seorang ibu yang sama-sama berjenis kelamin wanita, ia juga akan mendapatkan masalah besar di balik jeruji besi karena perbuatannya yang sangatlah keji.

Sekar yang sekarang berada di balkon kamar tamu yang di temani oleh buku diary miliknya, menatap sandyakala tanpa arunika, hampa itulah yang dirasakan langit ketika matahari nya menghilang ia hanya bisa menunggu kedatangan sang rembulan itupun jika  tak di selimuti oleh mega mendung yang begitu tebal, seperti perasaan gadis itu hampa namun tak terasa kosong.

Goresan tinta mulai membuat sebuah aksara yang abadi di dalamnya, entah kata apa yang dituliskan.

diam adalah cara yang paling baik, karena semua orang menyalahkan apa yang kita lakukan. Terkadang menumpahkan air mata lebih baik karena kita melampiaskan apa yang dirasakan oleh hati dan juga pikiran.

Suara azan Maghrib berkumandang, gadis itu memutuskan masuk kedalam kamar mandi dan segera mengambil air wudhu demi menunaikan sebuah kewajiban yang harus di jalaninya.

Sekar tidak pernah absen dalam melakukan suatu ibadah, dan kewajiban nya sebagai seorang muslim. Setelah melaksanakan hal tersebut ia selalu minta kepada penciptanya tentang apapun yang menjadi keluh kesahnya.

"tuhan, maaf jika aku banyak mengeluh atas ujian yang engkau berikan, tuhan aku hanya ingin keluargaku kembali seperti dulu, jika nyawaku yang menjadi korban nya aku siap, asal keluargaku kembali"

ANAVA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang