pengambilan nilai raport

18 3 0
                                    

"Mamas gimana hasilnya bagus gak?" tanya gadis itu.

"Bagus kok, makasih udah mau berjuang makasih udah mau belajar dengan giat. perlu di tingkatkan lagi ya dek" Jawab Naufal sembari mengusap puncak kepala si bungsu.

Gadis itu tersenyum, sambil memeluk orang yang sudah mau mengambi hasil nilai yang ia kerjakan selama ini. Naufal yang ikut tersenyum ketika orang yang ia jaga dari kecil bahagia.

"Mau makan dulu gak? hari ini biar mamas yang traktir kamu makan. mau?"

Gadis itu  mengangguk kemudian langsung menarik tangan Naufal agar segera pergi dari tempat itu. Setelah berpamitan dengan guru, mereka mencari tempat makan yang nyaman dan enak.

gimana kalo kita ke warung bakso waktu kamu masih kecil? mau gak?

Tanpa jawaban dari sang adik Naufal langsung melajukan motornya ke warung bakso favoritnya.

Di sana mereka langsung bisa memesan bakso tanpa harus di tanya mau makan apa dek atau apalah, karena penjual nya sudah mengerti apa yang akan mereka pesan.

Naufal yang duduk di bangku paling pojok, sembari menunggu pesanan mereka Naufal memilih membuka handphone miliknya.

Sedangkan Sekar ia hanya memperhatikan jalanana banyak kendaraan yang berlalu lalang padahal keadaan di luar mendung.

"Kangen mama ya, ma adek kangen banget" gumamnya.

Tanpa sadar gadis itu bergumam lebih panjang bukan hanya kata kangen yang ia ucapkan tapi lelah, ingin pulang, kapan mama jemput Sekar.  Matanya yang menahan jutaan air mata agar tidak menetes membasahi pipi nya.

Naufal yang mendengar gumaman itu hanya diam termangu, tidak ada kata lagi yang bisa ia ucapkan, Malaikat kecilnya terluka sangat amat, bukan terluka fisik nya tapi hatinya entah apa yang terjadi ketika dirinya dan saudara kembar yang lain sedang tidak berada di rumah.

Tanpa aba aba Naufal berpindah ke sebelah kanan Sekar, remaja laki-laki itu langsung memeluk erat sang adek.

"kangen ya sama mama? nanti kita mampir ke makam ya, kalo kamu mau nangis luapin aja semua perasaan yang kamu alami, jangan di pendem sendiri. Kamu tau gak apa yang bikin kita bangga punya kamu?"

Gadis itu semakin terisak di dalam dekapan sang kakak, ia beruntung sekali memiliki kakak seperti Naufal yang selalu sigap dengan keadaan apapun, yang selalu siap sedia menemani kemanapun ketika ia ajak pergi. Isakan itu sudah tidak lagi terdengar. Naufal langsung mengangkat kepala adiknya dan mengusap air mata yang masih sisa di bagian matanya.

"Jangan nangis lagi, kamu jelek kalo lagi nangis. gak cantik"

Sekar yang selalu saja di ejek ketika dirinya menangis hanya menggembungkan kedua pipinya, lalu ia langsung menyantap bakso yang ada di hadapannya.

Naufal yang tertawa melihat tingkah si bungsu, setelah beberapa bulan yang lalu ia tidak bisa menikmati wajah lucu sang adik, tapi sekarang ia benar benar senang sekali.

"Tuhan jika boleh aku meminta jangan ambil gadis kecil yang sedang bersamaku saat ini, aku tidak tahu bagaimana hancurnya aku ketika engkau mengambil nya. Tuhan aku mohon lindungi dia dari apapun yang membahayakan"

setelah bergumam dan menikmati wajah imut si bungsu ketika makan, ia langsung saja menyantap bakso nya, baru 4 suapan namanya langsung di panggil oleh sang adek.

"Mamas, boleh gak nambah lagi hehehe, laper"

Mendengar sebuah laporan seperti itu Naufal langsung tertawa.

"oh,ada yang kelaparan nih? abis nangis ya? kamu bilang aja sama abangnya nambah 1 lagi."

Sambil menunggu pesanan yang kedua milik Sekar datang, Naufal menghabiskan sisa bakso yang ia pesan.

Hampir setengah jam mereka di warung bakso, sebelum menuju ke tujuan berikutnya Naufal membayar bakso 3 bakso dan 2 es teh.

Dengan tampang tidak berdosa Sekar sudah lebih dulu nangkring di jok belakang miliknya, melihat itu Naufal hanya tersenyum.

"Abang mampir ke toko bunga dulu ya, mau beli mawar buat mama"

Sebelum ke makam sang Mama mereka berdua memasuki toko bunga, Sekar bertemu langsung pada sang pemilik toko tersebut.

"lho Sekar, tumben di temenin biasanya dateng sendiri"

"iya pak, kebetulan habis ambil raport, sekalian mampir soalnya mau langsung ke makam"

"ini neng bunga nya, kayak biasa mawar putih"

"makasih pak, ini uangnya"

Dari toko bunga menuju makam mereka berdua banyak cerita, bagaimana bisa pemilik toko di seberang sana mengenali sang adiknya, bahkan ia sendiri saja tidak tahu bahwa Sekar selalu berkunjung ke makam.

"Dek, kamu sering kesini ya"

"iya"

"kok mamas gak tahu? oh apa gara gara pemilik toko bunga yang tadi bilang."

"Bahkan sebelum ulang tahun mama aja aku sering kesini, setelah pulang sekolah, aku selalu mampir ke toko bunga tadi buat beli mawar putih, tapi kalian gak pernah tahu. Kalian hanya mengira aku selalu bermain keluyuran kemana mana"

Sesampainya di makam Sekar lebih dulu berlari kearah makam sang mama."Halo Mama, maaf ya Sekar baru bisa datang lagi, mama tahu gak hari ini aku lulus SMP lho, bentar lagi masuk SMA. Mama tahu gak? Aku kesini gak sendirian aku di temenin sama mamas, mau lihat gak anak kembar Mama yang nomor 4"

Naufal ikut berjongkok di sebelah Sekar, sambil tersenyum ketika ia di sebut" halo Ma, maafin Naufal ya, gak bisa jagain princess nya Mama, maafin Naufal ya. Tapi hari ini sebagai kakak Naufal janji bakal jagain kesayangannya Mama, bahagia terus ya ma, jangan lupa datang ke mimpi ku, ingatin aku kalo aku salah. Udah dulu ya ma kita pamit pulang cuacanya udah mendung."

Kedua orang itu langsung pergi meninggalkan pemakaman. Naufal yang selalu berpikir bagaimana bisa gadis di depan nya berjalan dengan cepat, ia tidak habis pikir dengan cara berjalan adeknya itu. Ada anak perempuan semacam ini, ia berjalan dengan langkah lebar berbeda dengan gadis gadis di luar sana yang berjalan dengan anggun. Emang luar biasa adek bungsunya itu.

"Mas, Mampir kerumah bunda dulu ya. Aku kangen banget sama bunda, pingin makan bolu buatan bunda soalnya"

Tanpa menjawab perkataan itu, Motornya langsung melesat ke rumah bundanya, Sekar dengan antusiasme turun dari motor lalu mengetuk pintu. Tanpa menunggu bermenit-menit pintu sudah di buka oleh wanita setengah paruh baya lalu wanita itu langsung memeluk tubuh milik Sekar dengan begitu erat dan penuh kasih sayang.

"Ayo masuk dong, masak di luar"

Tanpa aba aba dari siapapun mereka langsung masuk, Naufal yang bertanya kemana Malvin apakah anak itu ada jam kuliah atau tidak.

"Kamu nyari malvin to? anaknya di kamar keatas aja gih, biasanya kalian main PS, bunda sama Sekar mau bikin bolu dulu."

Mendengar ucapan itu, Naufal langsung berjalan menuju kamar milik Malvin, Remaja yang usianya terpaut satu tahun itu ternyata sedang bermain PS nya, dan benar apa yang di katakan bundanya tadi.

Awan gelap semakin menghitam, hingga akhirnya setetes demi setetes air  hujan membasahi bumi, aroma tanah yang menyeruak ke dalam indra penciuman siapapun yang menciumnya, suhu udara yang berubah secara drastis. suhu yang semula 30⁰c kini menjadi 25⁰c. hujan yang begitu deras diiringi oleh petir dan angin kencang. apakah dengan cara seperti ini semesta melampiaskan amarahnya.

Jika di ibaratkan ia adalah manusia pastilah ia sangat kejam, dan memiliki amarah yang tak bisa di redam.

See you gaes

sampai bertemu di part selanjutnya

ANAVA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang