Orang yang di tunggu Chiko sedari tadi baru saja sampai didepan rumah bersama sikembar no 4.
Namun gadis itu tidak pulang dengan tangan kosong melainkan mambawa buah tangan yang di beri oleh Melati. wajah cerah serta mata sembab sangat mendeskripsikan keadaan sekaligus perasaan gadis itu, tapi keceriaan nya selalu menyentuh siapapun orang yang bertatapan mata dengan nya.
"Assalamualaikum"
Hanya kata itu yang ia ucapkan, tanpa izin dari siapapun ia langsung bergegas kearah kamar miliknya. Membersihkan diri dan menenangkan pikiran itu adalah hal yang ia butuhkan setelah pulang dari pemakaman serta rumah milik bunda.
"Kemana adek mu itu pergi, ayah belum sempat berbicara dengannya. Ayah juga harus tau bagaimana nilai ujian yang kerjakan selama 5 hari."
"Ayah kenapa si, ayah aja gak mau kan ngambil hasil nilai Sekar, jadi tunggu sebentar bisa gak, biarkan Sekar membersihkan dirinya."
Chiko menatap Naufal dengan tatapan nyalang, ia tidak suka di bantah siapapun termasuk anaknya sendiri. Bagaimana bisa Naufal berbicara seperti itu di hadapannya.
"Emang salah, yah. Biarin Sekar mandi buat nenangin pikiran nya yang kacau dia baru aja pulang dia juga punya titik lelah."
"TAU APA KAMU TENTANG PIKIRAN GADIS TIDAK TAU DIRI ITU! TAU APA KAMU TENTANG RASA LELAH! APA JANGAN JANGAN NILAI NYA DIBAWAH SEMBILAN, IYA?! DASAR BODOH TIDAK TAU DIRI!"
Nada bicara Chiko mulai meninggi, ia tidak berpikir terlebih dahulu sebelum berkata, Jenaka yang melihat pertikaian itu langsung melerainya. Tapi memang benar apa yang di katakan Naufal biarkan Sekar membersihkan dirinya terlebih dari di karenakan gadis itu baru saja sampai rumah.
Setelah membersihkan diri siap tidak siap gadis itu harus tetep memberikan hasil nilai ujian yang ia kerjakan beberapa hari yang lalu, ia tahu bahkan sangat mengerti tabiat sang ayah. Jika pun ia harus merasakan sakit tak apa karena cuma segitu kemampuan yang ia punya, usaha dan doa selalu ia terapkan dalam prinsip jika hasilnya tidak sebagus yang di harapkan tak masalah, memang terkadang apa yang kita ekspektasikan tidak seindah realitanya.
Dengan keberanian yang ia kumpulkan, kata semangat selalu terlontar dari mulutnya untuk menyemangati dirinya sendiri"tenang Sekar apapun yang terjadi nanti tetap semangat, kamu gadis yang kuat dan hebat."
Selangkah demi selangkah akhirnya ia sampai di hadapan sang ayah dengan membawa sebuah SKHU atau biasa di sebut dengan surat yang hasil ujian.
Chiko yang menatap nilai itu angka yang tertera di dalamnya adalah 89,9. Chiko menatap tajam gadis di depannya. "Bodoh kamu! kenapa hanya dapat 89! mana yang katanya bakal kebanggaanin mama sama ayah! anak bodoh kayak kamu mana bisa ngebanggain ayah! nilai itu minimal 95! gadis bodoh!
Semua hinaan dan cacian itu ia terima dengan ikhlas, Sekar hanya bisa menunduk dan berkali-kali mengucapkan kata maaf. "Ayah maafin Sekar ya, tapi cuman nilai segitu yang Sekar mampu." suaranya mulai bergetar ia tak berani menatap wajah sang ayah.
"Seharusnya kamu itu belajar yang rajin! bukannya malah keluyuran. Kamu lihat tu Calista dia aja bisa dapet nilai 96. Dia punya banyak piagam, jangan malah ikut ekskul yang gak ada gunanya. Mau jadi apa kamu masih SMP aja udah ikut ekskul Pramuka atau paskibra gak guna tau gak!"
Ia menjadi bahan tontonan semua orang yang berada di dalam rumah termasuk Calista dan Rania mereka tersenyum miring melihat gadis itu di marahi oleh ayahnya sendiri.
Plak! gadis bodoh! plak tidak tau diri!!
"AYAH! UDAH! CUKUP!"
teriakan jenaka menggema di seluruh ruangan.Chiko yang berhenti berteriak, ia terdiam mendengar suara teriakan dari anak kembarnya. Ia langsung menatap sorot mata Jenaka dengan tatapan kebencian.
"Kenapa kamu bela dia hah! bodoh! gak berguna! pembawa petaka buat keluarga kita!"
Sekar yang terdiam dari tadi ia tidak bisa menahan sakit yang ia rasakan tapi dengan senyum lebar di bibirnya yang hanya bisa menyamarkan sedikit luka di dalam hatinya.
"Ayah, Sekar bukan pembawa petaka yah! kalaupun ayah menuduh Sekar atas kematian mama ayah salah besar! ayah gak pernah tau aslinya kayak gimana, ayah juga gak pernah lihat kejadian asli itu. Tapi dengan mudahnya ayah menyimpulkan bahwa sekar yang membunuh bunda."
Gadis itu di bantu berdiri oleh Dani, Naufal, dan juga Hendra. Sekar langsung di bawa menuju kamar milik Naufal yang berada di sebelah kamar Hendra.
Sekar yang masih menangis, isakan nya semakin keras, Naufal yang memeluknya dan berusaha menenangkan, namun nihil tangisan itu tak kunjung reda. pelukan Naufal belum lepas, tapi dari sebelah kiri Hendra ikut memeluk nya mengusap punggung milik Sekar. Agar si bungsu tenang, tapi isakam itu malah semakin menjadi-jadi berakhirlah Dani dan juga Jenaka ikut memeluk, Dani yang merengkuh tubuh Sekar sekaligus ketiga saudara kembarnya dari depan begitu sebaliknya dengan jenaka ia merengkuh dari belakang. Seolah-olah pelukan itu mengatakan apapun yang terjadi kita akan menjadi tameng dari salah satu diantaranya.
Sekarang ke-lima kakak beradik itu lucu sekali saling berpelukan layaknya Teletubbies yang menenangkan tubbies kecil yang sedang merasakan kesedihan. suara tangisan itu reda kini di gantikan oleh suara tawa milik sekar yang ia tahan dari tadi.
Suara tawa menggelegar keseluruh kamar milik Naufal, keempat anak kembar itu langsung ikut tersenyum melihat sang adik tertawa terbahak-bahak entah apa yang ia tertawakan.
"Hahahahaha,aduh perutku sakit ketawa"
"apa sih dek, kamu kok tiba-tiba ketawa si?" tanya Dani yang tersenyum melihat adiknya kembali tertawa.
"Abang, kakak, A'a sama Mamas lucu waktu tadi pelukan aku yang ada diantara kalian berusaha biar gak ketawa, biar gak merusak moment yang kita buat ini. Beneran muka kalian serius banget selain itu juga bingung."
Sekarang muka keempat berubah menjadi sebal, gadis itu selalu ada membuat bingung kakak kembarnya, tapi setelah nya dia malah menertawakan ekspresi wajah keempat kakak kembarnya.
"Tau ah kita sebel sama kamu." ucap Hendra sambil memasang wajah yang kecewa.
Bukannya berterima kasih atau apa Sekar masih saja tertawa melihat ekspresi Hendra yang di pasang seimut mungkin. tapi bagi si kembar tawa itu membuat mereka tersenyum dengan lebar.
Kembali dengan wajah serius nya sekar langsung mengucapkan kata-kata yang belum sempat ia ucapkan sedari tadi "Abang,Kakak, A'a dan Mamas makasih ya udah belain aku di depan ayah, maaf juga buat nilai yang aku dapat. Nilainya emang udah mentok gak bisa lebih tinggi lagi. Maaf" setelah mengucapkan kalimat itu ia langsung memeluk keempat kakak nya sambil mengucapkan kata maaf berkali-kali.
Si kembar yang selalu mendukung apapun hal positif yang dilakukan sang adik di sekolah. Mereka tidak melarang adiknya mengikuti organisasi apapun, selagi organisasi itu tidak mengganggu dirinya dalam belajar.
"Gapapa nilai kamu udah bagus, Sekar. Asal kamu tahu nilai segitu sudah termasuk nilai yang tinggi" Jenaka yang mengucapkan kata-kata itu sambil mengusap puncak kepala si bungsu.
"Gak usah minta maaf, adik kakak itu hebat lho, buktinya nilai kamu bisa 89,9. Usaha yang bagus" ucap Dani sambil mencubit pipi sebelah kanan adik bungsunya, sampai anaknya menggembungkan pipinya.
Kini giliran gadis itu menatap Hendra bukan nya berbicara tapi malah ia di peluk erat oleh Hendra, "adiknya A'a gak boleh sedih karena nilainya oke, yang penting kamu lulus aja A'a udah seneng dek, selain itu kamu harus tetap senyum oke"
setelah mengucapkan kata-kata itu Hendra langsung mengecup puncak kepala milik si bungsu lalu melepaskan dekapannya.Ia menatap Naufal, tapi hanya senyuman yang di berikan kepadanya karena Naufal yang tahu terlebih dahulu nilai milik Sekar sebelum kakaknya yang lain tahu.
see you gaes
TBC ya
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAVA (Revisi)
Teen FictionJangan lupa follow sebelum membaca⚠️⚠️ Sekar, gadis dengan otak pas-pasan yang selalu di tuntut menjadi sempurna semenjak adanya seorang Calista. Seorang saudara tiri yang selalu di bangga banggakan oleh sang ayah atas prestasi yang di raihnya. Kasi...