Chapter 27'Drum Island

662 100 9
                                    

Aku menyenderkan tubuhku pada dinding, tubuhku lemas, nafasku tidak beraturan. Padahal aku yakin, aku tidak kehabisan energi saat menggunakan kekuatan.

Aku juga merasa seperti ada sesuatu yang ku lupakan, sebenarnya apa yang ku lupakan itu?

Dengan berpegangan pada dinding aku mencoba untuk ke kamar, mencari buku diary yang didalamnya berisi semua alur cerita di dunia ini.

Ku buka setiap lembar halaman di buku diary itu, membacanya dengan teliti. Hingga akhirnya aku menyadari sesuatu.

Aku berlari mencari Nami, terlihat ia sedang bermain dengan Oreo dan ditambah lagi dia terlihat baik-baik saja.

Sial, hidup ini sulit.

Penglihatanku mulai memburam, membuatku sedikit oleng. Dan secara bersamaan pun Vivi yang berada di belalangku, terkejut saat melihat tubuhku yang hendak jauh.

"[Name]-San?! Kau tidak apa-apa?!" Seru Vivi panik, jelas hal itu membuat semua orang menoleh ke arah kami.

"Tenang saj-"

Bruk!

Saat hendak berdiri tegak, otot kakiku justru melemas yang membuatku langsung terjatuh. Aku bener-bener gak tahu jika efek dari gigitan serangga itu sangat merepotkan seperti ini.

"[Name]!" Luffy dan yang lain refleks langsung mendekat ke arahku.

Nami menyentuh dahiku, "Suhu tubuhnya panas! Zoro! Segera pindahkan [Name] ke kamar! Lalu Sanji! Bawakan kompresan!" Ujar Nami.

Author PoV

Zoro menggendong sang gadis dengan hati-hati. Luffy mengerutkan keningnya khawatir, saat melihat [Name] yang terjatuh membuat Luffy sedari tadi terus menggenggam tangan sang gadis.

Ketika sudah berada di kamar, Zoro meletakkan [Name]. Matanya tak pernah lepas dari wajah [Name] yang menerah akibat demamnya.

"Oi, Nami. Apakah [Name] baik-baik saja?" Tanya Luffy.

Nami mengompres dahi [Name] dengan kompresan yang di bawakan Sanji, "Aku tidak tahu, bagaimana menurutmu Vivi?" Ucap Nami.

"Mungkin akibat iklim di Grand Line. Karena tantangan untuk seoarang pelaut yang memasuki Grand Line adalah penyakit akibat cuaca ekstrim. Jika tidak segera di obati, gejala ringan pun akan menyebabkan kematian." Ucap Vivi.

"[Name]-Chan!" Panggil Sanji di sela isak tangisnya.

"Bagaimana ini?! Kita tidak memiliki dokter kapal!" Ucap Nami menggigit bibirnya frustrasi.

"Kalau begitu, Luffy-San! Kita harus mencari seorang dokter!" Tanggap Vivi.

Ingatan masa lalu melintas di kepala Luffy, dimana saat [Name] yang sakit akibat kehabisan energi karena menggunakan kekuatan airnya saat menyelamatkannya dari Bluejam.

Lalu ingatan dimana saat [Name] mengalami koma selama beberapa hari akibat mendapatkan sayatan pedang dan kembali kehabisan energi.

"Bukankah di Alabasta pasti ada dokter? Berapa lama lagi kita sampai di Alabasta, Nami?" Tanya Usopp.

"Mungkin seminggu lebih." Jawab Nami dan terus fokus untuk mengompres [Name].

"Bahaya, Nami-San! Kita benar-benar harus mencari dokter! Suhu tubuh [Name]-San sekitar 40°C dan bisa saja menyebabkan kematian!" Ujar Vivi yang baru saja melihat hasil termometer.

"[Name] akan mati?!" Teriak Luffy di sela isak tangisnya.

"Jangan mati, [Name]-Chan! Kita bahkan belum membangun rumah tangga!" Seru Sanji.

TRUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang