Chapter 28'Drum Island

612 90 2
                                    

Sudah banyak hal yang terjadi, salah satu saat DokteRine yang menceritakan masa lalu Chopper kepadaku.

Aku memang sudah tahu masa lalu Chopper tapi aku tetap mendengarkan cerita dari DokteRine, yekali aku menolak mendengarkannya terus bilang kalau aku sudah tau itu.

Kan gak lucu kalau di sangka peramal.

"DokteRine! Ada masalah! Dia... Wapol sudah kembali!" Seru Chopper yang berlari memasuki ruanganku untuk menemui DokteRine.

"Begitu ya..." Tanggap DokteRine.

Aku terdiam, pertarungan akan di mulai. Apa yang akan ku lakukan? Mengikuti pertarungan? Ya, niatnya emang mau begitu. Tapi maaf saja, aku di musim dingin seperti ini memilih untuk hibernasi.

Merebahkan diri ke kasur yang penuh kehangatan lalu tidur tanpa mempedulikan keadaan. Ah, nikmatnya surga dunia.

Ku lihat DokteRine dan Chopper berjalan pergi meninggalkan Ruangan, sedangkan Sanji berjalan mendekatiku dengan tangannya mengelus puncak kepalaku.

"Istirahatlah, [Name]-Chan. Jangan kemana-mana, aku akan kembali." Ucap Sanji lalu akhirnya ia meninggalkan Ruangan.

Sekarang rasanya Sepi.

"Jaket! Jaket! Jaket! Dimana jaketku?!"

Baru saja aku berkata sepi...

"Ambil saja jaket milikku Luffy." Ucapku tanpa menanyakan keadaan.

Lagian percuma juga Luffy terus mencari jeketnya padahal sebenarnya jaketnya sudah terbang terbawa angin saat mendaki gunung.

Jadi, dari pada Luffy menghabiskan waktnya hanya untuk mencari jaket yang sebenarnya memang tidak ada. Lebih baik gunakan punyaku saja agar tidak memakan waktu.

Tapi gara-gara ini aku jadi seperti sedang mencuri dialog Nami. Ah, ngomong-ngomong apa aku juga harus mencuri kunci gudang senjata dari Wolep? Eh, siapa si namannya?

Tapi aku masih mager, jadi kita persampingkan saja hal itu dulu. Yosh, sekarang mari kita turu.

~~•~~

Suara percakapan yang cukup berisik mengganggu tidurku, dengan amat terpaksa aku membuka mata untuk melihat apa yang terjadi.

"Kunci gudang senjata itu selalu dibawa Wapol dari dulu, dan sekarang mungkin saja kunci itu sudah terbang di langit bersama Wapol."

Oke, aku mengerti apa yang terjadi.

"DokteRine." Panggilku membuat Dokter menoleh ke arahku, "Biar aku yang membukanya." Ucapku.

DokteRena menaikkan salah satu alisnya bingung, "Memang kau memiliki kuncinya, gadis kecil?" Tanya DokteRine.

"Tidak." Jawabku dengan santai.

"Huh?"

Aku tersenyum untuk meyakinkannya, "Tolong bawa aku ke gudang itu." Ucapku.

Vivi menatap ke arahku dengan pandangan khawatir, "Tapi kau tetap harus istirahat, [Name]-San!" Seru Vivi.

Begitu juga dengan Nami yang kini terlihat sangat khawatir padaku, "Benar, tidak usah keras kepala atau ku pukul kepalamu." Ucap Nami.

"Ayolah, demamku sudah membaik sekarang! Lalu, memang kita memilih uang untuk membayar biaya penyembuhan ku, Nami?" Ucapku.

"Tidak si, tapi teta—"

"Kalau begitu, DokteRine! Jika aku bisa membuka pintu gudang senjata, maka itu adalah biaya pengobatanku. Selain itu, kau juga harus mengizinkanku agar bisa cepat pergi dari sini." Ucapku memotong perkataan Nami.

TRUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang