BAB 1

995 24 5
                                    

Follow author nggak bikin hidup kamu berantakan lho🤭🤭🤭 Follow dulu yuk.


Flashback 10 tahun lalu
.

     Adegan di buka dengan meluncurnya sebuah mobil warna silver yang membelah keheningan pagi. Suasana pagi masih berkabut, jalanan juga masih lengang karena semalam hujan turun cukup lebat. Di sana sini masih terlihat titik-titik air yang terjatuh dari pepohonan yang ada di sisi kanan kiri jalan.

Di dalam mobil itu sendiri terdapat empat penumpang. Empat orang itu terdiri dari sopir, satu lelaki dewasa dan dua remaja berseragam sekolah yang duduk di jok belakang.

Wajah kedua remaja itu tampak menyuram, saling diam dan saling mengacuhkan. Mereka seperti baru saja terlibat dalam pertengkaran hebat sehingga untuk saling sapa saja, ogah.

Nampak Pria dewasa berpakaian batik duduk di samping sopir. Dia  mengamati keduanya dari balik kaca spion sambil memikirkan sesuatu.

"Tadi sudah sarapan?" tanya pria itu mencoba mencairkan suasana.

"Sudah!" jawab mereka serempak dengan nada ketus.

Pria dewasa itu tersenyum kecut. Paham kalau mereka belum bisa menerima keputusan ini. Memang semua serba mendadak dan tidak di rencanakan. Jadi wajar kalau mereka ngambek serta sedikit merajuk.

Kedua anak itu sedang protes dengan cara aksi diam karena kepindahan keluarga mereka. Padahal sebelumnya, selama ini mereka tergolong anak-anak yang manis dan penurut.

"Pasti senang banget nanti bakal punya teman-teman ba—

"Tidak!"

Ucapan pria dewasa itu dengan cepat di sela oleh keduanya. Membuat Pria dewasa itu mendesah pelan.

Pria itu tadinya fokus ke depan jalan. Tetapi setelah menyadari kedua anaknya tak bisa di bujuk dengan lembut, ada akhirnya menoleh.

Pria bernama Aryo itu menatap keduanya bergantian. Dia paham keputusan ini terlalu mendadak buat keduanya.

"Fajar, Fibri, maafkan Ayah dan Bunda, ya. Ini pasti tidak mudah buat kalian." Pada akhirnya hanya kalimat itulah yang mampu pria itu ucapkan.

Mobil bergerak memasuki gang perkampungan kecil, jalanannya juga lebih kecil dan hanya bisa di lalui dua kendaraan saja. Di depan sana tampak beberapa anak berseragam berseliweran. Banyak diantaranya tengah mengayuh sepeda dari arah yang sama dengan arah mobil mereka. Fibri bisa menebak bahwa siswa- siswi itu juga bersekolah sama dengan dirinya. Karena seragam yang mereka kenakan sama dengan yang sedang dia pakai sekarang.

"Ayo. Sudah sampai." Mobil berhenti. Pria bernama Aryo itu menengok ke belakang, memasang senyum secerah mungkin sambil bersiap turun.

"Ayah ..." rengek si bungsu Fibri hampir menangis.

"Iya, Sayang."

"Bisakah kita balik ke kota saja. Fibri nggak mau pindah." rengek gadis itu.

Pria itu mengurungkan niatnya turun. Menatap putrinya lembut.

"Kita 'kan sudah bahas ini kemarin. Dan, kalian ngerti juga alasan kenapa kita pindah."

"Tapi ..."

Fibri tak sanggup meneruskan kata-katanya. Matanya nanar penuh harapan ada sang Ayah.

Kepindahan keluarganya ini secara tiba-tiba, membuat gadis itu sedih. Dia harus berpisah dengan teman-temannya. Sejak mendengar rencana itu, Fibri yang biasanya periang berubah menjadi gadis pendiam. Dia selalu murung setiap hari dan tidak bersemangat.

"Sebentar lagi bel, yuk turun." bujuk Aryo lagi.

Fajar yang sedari tadi hanya diam di samping adiknya akhirnya membuka pintu mobil, dengan gerakan seperti orang kesal. Cowok itu lalu turun dan seperti sengaja membanting pintu.

Aryo menyusul keluar. 

"Nah, yang itu sekolahannya adek. Yang ini sekolahannya Kak Fajar."

Pak Aryo menunjuk kearah dua gedung bersebelahan di depan mereka berdiri sekarang. Dua gedung itu masuk kedalam satu yayasan yang sama. Satu untuk sekolah SMP dan satunya untuk sekolah SMA.

"Fajar masuk dulu."

Tanpa minta persetujuan Ayahnya, yang sudah mengulurkan tangan untuk salaman, pemuda itu langsung pergi begitu saja.

Aryo kembali mendesah perlahan, memandang punggung putranya yang semakin menjauh. Aryo tahu ini tidak akan mudah.

Saat pria itu menoleh kembali ke dalam mobil, si bungsu tetap tidak mau turun. Wajah cantik dengan hidung mancung itu masih cemberut di tempatnya semula.

"Adek, Ayah yang antar ya."

Fibri tak juga luluh.

"Bagaimana kalau nanti ayah tungguin Adek di depan kelas. Kayak adek TK dulu."

"Nggak mau! Aku sudah gede."

Aryo menahan tawa. Dia sangat memahami si bungsu ini. Dia tidak akan menjawab kalau masih marah.

"Anak pinter Ayah. Yuk, nanti telat lho."

Dengan sabar Aryo membujuk putrinya itu, meraih lengan Fibri dengan lembut lalu membimbingnya melangkah ke gerbang sekolah.

Hai, story baru nih. Yang sudah baca ceritaku sebelumnya pasti sudah enggak asing sama tokoh Fibri. Yuhu, aku enggak mau spoiler dulu ah biar kalian baca juga BENALU YANG TAK TERLIHAT.

Yang pasti Fibri ini punya sifat yang ramah, gampang bergaul, ambisius, suka menolong, pokoknya dia cewek yang bisa banget di ajak seru-seruan. Walaupun dia kadang manja dan suka ngambek tapi selebihnya dia baik lho ...

Kira-kira ada yang bisa nebak nggak Fibri Zodiaknya apa?



Jangan lupa biar aku semangat up, kasih saran dan kritik juga. Klik juga bintangnya.


Fibri Gadis Penggoda?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang