Bab 25

97 5 0
                                    

Dengan wajah muram karena masih mengantuk Fibri membuka kamarnya karena tiba-tiba ada yang mengetuk. Fita dengan pipi penuh derai air mata menghambur ke pelukan Fibri membuat pemilik mata indah itu sedikit oleng karena tidak siap.

"Aku harus bagaimana, Dek ...." Masih dalam posisi berpelukan, wanita yang mata hazelnya serupa dengan mata Fibri itu tergugu.

"Aku salah apa ...."

Fibri yang belum seratus persen sadar dari rasa kantuk itu di buat harus berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Kakaknya. Pertanyaan yang Fibri sendiri tidak paham maksudnya bagaimana.

***
"Nanti kalau kamu cari suami, jangan hanya lihat wajahnya saja, Dek." Sebulan setelah peristiwa pagi itu, kedua kakak beradik itu kini sudah duduk berdua dengan posisi sejajar di sebuah cafe. Fita dengan pakaian kerjanya dan Fibri dengan pakaian ala-ala dirinya sendiri.

"Kak Fita yakin mau pisah? Nggak mau kasih Mas Doni kesempatan?"

Fita mendesah perlahan. Berusaha menghempaskan beban berat di pundaknya.

"Sudah saatnya aku yang bersikap tegas. Selama ini, aku selalu berusaha mengerti dan mengerti. Tapi ternyata aku punya batas kesabaran."

"Kalau itu mau kakak, aku cuma bisa dukung. Semoga saja itu yang terbaik."

Sebulan setelah percakapan di cafe.

"Aku hamil."

"Hah?! Kok bisa?!" Fibri sungguh tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar. "Kak Fita melakukannya sama siapa?"

Mata hazel Fita mengkilat saat menatap adiknya. "Kamu pikir kakakmu ini perempuan murahan?"

"Bu-bukan begitu, Kak. Sebulan lalu kak Fita ngotot buat pisah. Sekarang hamil, aku jadi bingung."

"Usia kehamilan ini masuk trimester pertama." Perempuan berprofesi sebagai dosen itu menghempaskan punggungnya ke jok."  Hah?! Dan ternyata cewek kemarin yang sempat aku curigai sebagai selingkuhan Mas Doni, itu adiknya."

Fibri semakin di buat bingung. Dengan masih menatap wajah kakaknya gadis itu hanya bisa diam. Bagaimana mungkin kakak perempuannya itu sampai tidak tahu kakak iparnya sendiri. Sangat aneh dan janggal.

"Mereka pisah sejak Mas Doni bayi. Di pisahkan karena orang tua mereka kuwalahan merawat dua anak dengan usia berdekatan." Fita menjelaskan, seolah mengerti kebingungan adiknya.

Fibri memijit pelipisnya. Jadi selama sebulan ini mereka kena prank? Ya Tuhan ....

"Jadi Dek, kakak nggak perlu pindah rumah."

Fibri menggumam. Tadinya mereka berencana saat urusan perceraian berlangsung, mereka akan menyewa rumah lain sebagai tempat tinggal sementara. Fibri bahkan sudah selesai mengepak barang dan kopernya.

"Tapi, berhubung kakak sudah bayar uang kontrakan rumah kemarin, bagaimana kalau kamu saja yang menempatinya?"

He?! Apakah salah kalau Fibri su'uzon sekarang?

***
Rumah berukuran 7x10 ini sekarang resmi menjadi tempat tinggal Fibri. Setelah di usir secara halus oleh kakak perempuannya seminggu yang lalu, akhirnya gadis itu menyetujui untuk menempatinya.

Fibri baru saja menghempaskan tubuhnya ke sofa setelah sedari pagi beres-beres, ketika dia mendengar ada suara mobil berhenti tepat di depan rumahnya.

"Bunda ...." Fibri menghambur manja. Sementara di belakang gadis itu terdengar decakan dari bibir kakak ketiganya. Fibri tak merespon. Dia hanya melirik malas.

"Ini taruh mana, Bun?" tanya pria berambut panjang yang baru saja masuk sambil membawa sebuah tas kecil di pundaknya.

"Sofa saja, Kak."

Fibri Gadis Penggoda?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang