Fibri akhirnya memutuskan untuk tidak lagi mencari tahu kabar Bima. Ia tak lagi perduli meskipun sebenarnya di hati kecilnya terkadang masih di liputi rasa penasaran tentang kehidupan pria itu saat ini.
Gadis itu berupaya menempis serta memilih pura-pura lupa setiap kali bayangan Bima muncul kepalanya. Menggantinya dengan bayangan Bagas yang sekarang adalah pacarnya.
Fibri menyadari, ia harus mencari kesibukan yang benar-benar bisa membuat dirinya fokus. Momen dirinya di luar negeri beberapa saat lalu di cobanya kembali sekarang. Momen di mana dirinya berhasil keluar dari bayangan Bima.
Fibri menerima tawaran banyak pekerjaan demi itu semua . Ia mengambil semua endorsmen yang masuk.
Fibri juga kembali bergabung dengan komunitas yang berkaitan dengan kegiatan sosial masyarakat. Gadis bertubuh langsing itu bahkan langsung di percaya menjadi salah satu orang penting di komunitas itu.
Berhasil. Hari-hari gadis itu akhirnya bisa di bilang seperti tak punya waktu untuk memikirkan dirinya sendiri. Meskipun ia masih juga kuliah tapi kegiatan lain yang bejibun sukses menyita waktunya.
Gadis manja di mata kakak-kakaknya itu akan menjelma menjadi wanita tangguh ketika berada di lingkungan sosial.
Gadis manja di tengah keluarganya itu menjadi wanita yang sangat berdedikasi ketika sedang menjalankan tugasnya.
Tapi sayang, di sela-sela itu semua hubungannya dengan Bagas harus berakhir.
Kesibukan Fibri yang luar biasa itu membuat Bagas merasa terabaikan. Cowok itu sendiri yang pada akhirnya meminta untuk break. Dan Fibri menyadari bahwa semua itu tak lepas dari masalah komunikasi di antara mereka.
Dengan meminta maaf Fibri menyetujui permintaan Bagas. Mereka memutuskan untuk berteman biasa saja pada akhirnya.
"Neng Fibri bukan ya?"
Suatu hari, di saat Fibri sedang menghadiri sebuah acara bazar yang di adakan salah satu LSM, ada seorang wanita paruh baya menyapanya.
"Iya bener, Neng Fibri ..." Suara itu bahkan nyaris berteriak karena girang.
"Ibu apa kabar?" Tak kalah kagetnya karena bertemu di tempat tak terduga Fibri meraih telapak tangan wanita berkerudung merah itu kemudian mengarahkannya ke hidungnya.
"Ibu baik Neng. Masya Allah ... Nggak nyangka ketemu di sini?" kata perempuan itu sembari memeluk bahu Fibri.
Fibri membalas pelukan wanita paruh baya itu dengan wajah sumringah. Entah apa yang sedang Tuhan rencanakan sekarang, dari banyaknya tempat di bumi ini kenapa dia malah bertemu Ibundanya Bima di tempat ini.
"Ibu ikut bazar juga?" tanya Fibri setelah acara peluk memeluk berakhir.
"Mewakili desa Neng," jawab wanita itu dengan senyum terus tersungging di bibirnya. Wanita itu bahkan menatap Fibri dari ujung kepala sampai ujung kaki. Seolah memastikan bahwasanya kejadian di hadapannya itu nyata.
"Neng juga?"
Fibri tergagap sebentar, gadis itu menatap sungkan beberapa temannya yang sedang sibuk memperhatikan mereka.
"Saya bareng sama teman-teman, Bu."
"Oh, jadi yang tadi pidato di depan itu beneran Neng Fibri? Masya Allah Neng .... Tadi ibu sempat lihat, kok ngerasa yang di depan sana wajah dan suaranya nggak asing." Lagi-lagi wanita itu bicara dengan mata berbinar-binar.
"Mewakili teman-teman, Bu." Fibri menunduk malu. Bagaimanapun yang di hadapannya ini ibu Bima, Fibri mendadak jadi takut kalau-kalau penilaian ibundanya Bima itu padanya akan menjadi buruk karena sikapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fibri Gadis Penggoda?!
Teen FictionFibri adalah bungsu dari empat bersaudara. Kehidupannya yang menyenangkan harus berubah ketika keluarganya secara mendadak harus pindah dan otomatis dirinya juga harus pindah sekolah. Fibri yang mempunyai sifat ramah dan gampang bergaul awalnya tida...