Fibri bingung antara harus senang atau bete. Gadis itu senang karena merasa berhasil membuat Bima cemburu padanya. Dan itu artinya kemungkinan Bima menaruh perasaan padanya bukanlah hanya isapan jempol.
Bete, karena Bima kini bersikap acuh lagi padanya. Terhitung sejak peristiwa sore itu, pemuda tampan itu sama sekali tidak menghubunginya. Padahal sebelum itu komunikasi keduanya lumayan intens.
Daripada perasaannya malah acak kadul tak karuan akhirnya Fibri menelpon Chika.
"Apa?"
Dari seberang sana Chika seperti sudah mencium aroma kegalauan saat mendengar suara parau Fibri.
"Bima kayaknya cemburu deh."
"Yakin?" Chika menjawab kalem.
Fibri membalik posisi badannya dari tengkurap menjadi terlentang.
"Dia ngelarang aku buat nggak terlalu dekat sama Kak Salman?" Fibri mengangkat kedua kakinya, lalu memain-mainkan ke atas.
"Masa?! Dalam rangka apa dia ngelarang-ngelarang."
"Itu dia. Kalau nggak cemburu, menurut kamu dia kenapa?"
"Harusnya kamu minta ketegasan. Tanya hubungan kalian ini apa?"
"Mau nya sih gitu, Chik. Tapi aku takut kalau aku tanya gitu, dia malah ngejauh."
"Dasar bucin!"
"Atau gini aja. Aku pancing saja biar dia nembak." Fibri langsung bangun dari rebahannya.
"Memangnya dia ada rasa ke kamu?"
"Ayolah Chika. Selama beberapa bulan ini kami sangat dekat. Kalau dia nggak ngebuka hati, terus apa dooong?"
Suara Chika di ujung sana sedang menghela napas. " Terus rencana kamu apa?"
Fibri menggigit bibir. Tak yakin dengan rencananya sendiri.
"Bikin dia cemburu."
"Childs banget ya hahaha..."
"Aku akan sering-sering update status sama kak Salman."
"Jangan gegabah. Bukan cemburu bisa-bisa dia ilfil sama kamu."
"Aku tahu batasan kok, Chik. Pokoknya beberapa hari ke depan aku bakal berusaha bikin dia cemburu, terus ngungkapin perasaannya padaku."
"Ya...ya...ya terserah kamu. Yang pasti aku sudah ngingetin. Semoga saja hasilnya seperti kemauan kamu."
"Memang ya curhat sama kamu tuh bikin aku malah down." Fibri suka gemes sendiri dengan Chika yang selalu memberinya saran yang bertolak belakang dengan kemauannya.
"Halah .... Tapi gini-gini terus kamu cariin."
Fibri merenggut, Chika tak salah. "Ya sudah. Aku mau ke Nia saja."
Chika tergelak. Dia sudah bisa menduga endingnya. Nia dan Fibri adalah satu kesatuan.
"Oke. Salam buat dia."
****
Curhat dengan Nia adalah salah satu cara Fibri untuk membuat semangatnya membara. Tentu saja karena dirinya dengan ibu muda itu satu frekuensi. Selalu saja kompak dalam hal apapun. Nia memberi asupan energi positif yang membuat semangatnya berkobar kembali.Fibri menutup teleponnya. Berjalan ke arah jendela lalu menggeser gorden warna merah jambu itu agar dia bisa melihat keluar.
Malam semakin larut, dari tempatnya berdiri gadis yang hari itu memakai piyama model kekinian itu memandang lurus ke luar. Seakan di luar sana ada harapan indah membentang.
Tak lama kemudian gorden itu sudah kembali ke posisinya semula dan si gadis bernama Febrianti Yulinar itu juga kembali ke kasurnya. Dia kemudian menggigit-gigit guling kesayangannya seolah melampiaskan rasa gemasnya. Fibri kemudian terlelap tak lama kemudian hingga kemudian pagi menyingsing menyambutnya.
Pagi itu Fibri berencana menjalankan aksinya. Pokoknya sebelum acara reuni sekolah di adakan dua Minggu nanti, Fibri bertekad untuk sudah punya status yang jelas dengan Bima.
Fibri sudah memperhitungkan segala sesuatunya. Mulai hari ini gadis itu akan berusaha membuat Bima cemburu hingga akhirnya pemuda itu menyerah kemudian mengutarakan perasaannya.
Hari pertama.
Fibri memasang status di SG Instagramnya sekaligus WA nya, hanya sebuah kalimat.
"Bismillah kegiatan hari ini semoga lancar."
Banyak tanggapan dari teman-temannya. Baik dari DM maupun WA kebanyakan mengAamiini statusnya.
Tapi tidak ada nama Bima di antara nama-nama itu.
Fibri hampir uring-uringan karena sampai sore, pemilik gigi gingsul itu tidak juga muncul.
Hingga kemudian menjelang malam, notifikasi pesan Fibri berdenting. Sebuah pesan singkat gadis itu terima, tapi pesan enam aksara itu berhasil membuat senyum gadis itu merekah.
'Aamiin'
Hari kedua
Fibri memposting banner kegiatan sosialnya. Di banner itu kebetulan ada fotonya bersama teman-temannya. Dan foto Fibri bersebelahan persis dengan Salman.
Fibri sudah bersiap seandainya Bima akan komentar. Komentar nylekitpun akan gadis itu terima karena dengan komentar tersebut membuktikan hati Bima terusik.
Tapi hingga malam menjelang, rupanya harapan Fibri sia-sia.
Hari ketiga
Kebetulan siang itu Fibri ada kegiatan sosial jadi dia bertemu dengan Salman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fibri Gadis Penggoda?!
JugendliteraturFibri adalah bungsu dari empat bersaudara. Kehidupannya yang menyenangkan harus berubah ketika keluarganya secara mendadak harus pindah dan otomatis dirinya juga harus pindah sekolah. Fibri yang mempunyai sifat ramah dan gampang bergaul awalnya tida...