Bab 7

153 7 4
                                    

Lapangan sekolah SMA sore ini ramai tidak seperti biasanya. Fibri yang baru saja tiba di antar Pak Aji di buat terkagum-kagum karena semenjak pindah, baru hari ini keluar rumah selain sekolah

"Para pangeran di mana ya?" tanya Nia yang tiba-tiba saja muncul dari arah berlawanan dengan gadis itu.

Awalnya Fibri khawatir kalau Nia akan curiga padanya. Tetapi sepertinya seorang Nia tidak punya bakat untuk berburuk sangka kepada orang lain. Jadi aman.  "Tenang. Serahkan semuanya sama aku!"

"Maksudku. Aku tahu kok, kemarin sempat cari info," sambungnya baru sadar ternyata ada Dina dan Chika juga di belakang mereka.

Dari raut wajahnya, Dina masih marah.

"Kayaknya aku nggak tertarik deh buat ketemu para pangeran kalian itu, cakep juga tidak!" Chika sebenarnya hanya ingin menggoda karena tahu ada sesuatu yang tidak beres antara Fibri dan Dina.

"Meraka cakep tahu," Tapi Nia tersulut emosi. Fibri langsung berusaha mengamankan gadis berkacamata itu.

"Yuk, Din. Kita cari stand aksesoris saja. Biar mereka yang cari stand pangeran mereka."

"Huhu, bilang saja iri." Nia menjulurkan lidahnya, mengejek.

"Chika cuma bercanda, Nia ...."

Nia tergelak, "aku juga tahu Fib,

"Sudah, ah. Chika benar, mending kita bagi kelompok kayak gini, cari yang kita minati. Biar nggak ngabisin waktu." Dina yang sedari tadi hanya menyimak akhirnya buka suara.

****
Di sebuah tenda yang sengaja didirikan, Bima sedang mengecek produk yang akan kelompoknya jual.  Cowok berwajah tampan itu serius menghitung ulang botol-botol berwarna kuning itu dengan sabar.

"Selamat datang di stand kami ...," ucapnya kala mendengar ada langkah kaki mendekat.

Senyum Bima seketika luntur saat melihat siapa yang datang.

"Hai!" sapa Nia dengan senyum mengembang.

Mengabaikan perasaannya yang tidak suka, Bima kemudian tersenyum ramah.

"Halo. Kalian mau beli produk kami?"

Tidak seperti Nia yang malah bengong tak percaya mendapatkan respon ramah dari cowok itu, Fibri bergegas maju

"Ada jamu apa saja?" tanyanya semangat.

Bima menatap Fibri sejenak. Dengan jarak seperti sekarang, Bima bisa langsung melihat kecantikan gadis bermata hazel itu.

Sejenak cowok itu tertegun, Fibri dengan baju biasa nampak lebih menawan daripada Ketika dia memakai seragam sekolah. Gadis itu menguncir rambut panjangnya sehingga menampakkan leher jenjang yang mempesona. Di tambah lagi  Perpaduan mata hazel dan hidung gadis itu, kecantikan Fibri nampak berkali-kali lipat sekarang.

Bima meneguk ludah sambil mengalihkan pandangan. Cowok itu berdeham sebentar sebelum akhirnya dia menoleh dan kembali memasang wajah datar seperti sebelumnya. Dalam hati Bima menggumam, pantas saja Fibri menjadi the most idola baru bagi kaum Adam di sekolahnya. Hampir sebagian siswa membicarakan gadis itu. Rupanya benar, setelah di teliti lebih jauh, Fibri mempunyai sesuatu yang tak biasa. Apalagi bibir cewek itu ...,

Bima di buat menelan ludah kembali, benar-benar terpesona.

"Ada jamu apa saja?" ulang Fibri lagi. Kali ini sambil menyunggingkan senyuman, membuat Bima tergagap.

"Ada kunyit asam, sinom, beras kencur. Semua produk, warga sekitar yang membuat."

"Nia, kamu mau beli apa?" Fibri menoleh ke arah Nia.

Fibri Gadis Penggoda?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang