Bab 9

133 7 1
                                    

Fibri berlari kecil mengejar kakaknya yang hampir saja masuk gerbang sekolah. Cewek yang pagi ini memakai bando warna ungu itu menghadap sang kakak agar menghentikan langkahnya.

"Please, kali ini bantuin aku, Kak. Kasihkan ini ke Bima ya. Bilang dari Fibri yang cantik. Ingat! Nggak boleh di buang apalagi di makan sendiri. Ini buat Bima seorang!" kata Fibri dengan wajah memelas.

Belum juga Fajar menanggapi, gadis yang juga adiknya itu sudah berlari kabur duluan. pemuda yang wajahnya sekilas mirip Fibri itu berdecak kasar, memandang tote bag itu bimbang.

Tanpa Fajar sadari kejadian tadi di saksikan oleh Bima yang sedang berdiri di belakang tembok sekolah.

   Bima tengah pura-pura menulis  tatkala Fajar masuk kelas sambil menenteng totebag berwarna coklat tua itu.

"Bro, buat kamu,"seru Fajar pelan sambil menaruh tote bag itu ke atas bangku Bima. Untungnya kelas masih sepi, sehingga Fajar tidak perlu sembunyi-sembunyi melakukannya.

Bima menatap Fajar dan totebag itu bergantian. Ekspresinya datar.

"Nggak salah?"

Fajar mengangguk sambil meletakkan tasnya ke bangku yang letaknya berada ada di belakang bangku Bima. Pemuda itu kemudian hendak keluar.

"Memang dari siapa?" Sebelum melangkah sampai pintu, kaki Fajar terhenti.

"Fib— maksudku dari anak SMP sebelah—"

"Oh, yang cantik itu?" tanya Bima lagi, masih dengan ekspresi yang sama.

Fajar mengangguk reflek. Memang adiknya cantik kok.

"Ini isinya apa?" Bima mengangkat Tote bag itu, mengamati dari luar.

Fajar yang memang sudah tahu isinya adalah kue langsung menjawab tanpa berpikir panjang. "Kuelah."

Bima bangkit berjalan menghampiri Fajar. Lalu meraih telapak tangan temannya itu, menaruh tote bag itu di atasnya.

Sambil tersenyum tipis cowok bergigi gingsul itu bilang, "sepertinya kue ini buat kamu, Bro."

Fajar cengo sendiri. Dia bahkan tetap diam saja saat Bima melewatinya untuk keluar kelas duluan.

****
   Fibri sedari tadi senyum-senyum sendiri di kelasnya. Gadis itu sesekali tertawa kecil membayangkan reaksi Bima saat menikmati kue buatannya.

Demi kue itu, dari semalam gadis itu sudah bekerja keras membuatnya. Dengan bantuan kakaknya yang terus saja menggerutu akhirnya dia berhasil.

Fibri begitu bahagia karena setelah beberapa kali gagal, akhirnya kue itu sekarang bisa mendarat sempurna ke perut Bima.

Tepat sasaran!

Fibri menggeleng-gelengkan kepala kegirangan. Tak percaya bisa dia bisa melakukan tindakan manis dan romantis itu.

"Apa nih, senyum-senyum sendiri?" Chika tiba-tiba saja muncul dari belakang mengangetkannya.

"Aku tadi buat kue ...,"

Chika mengangguk, "terus?"

"Terus aku kasihkan ke Bima ... Ah ... Pasti dia sekarang sedang menikmati kue itu dengan penuh ketakjuban, Chik."

Chika manggut-manggut tak antusias. Gadis itu sudah terbiasa mendengar nama Bima di sebut beserta cerita-ceritanya.

"Terus kue buat aku mana?" Pertanyaan Chika membuat Fibri tertawa garing. "Kalau sama teman saja ...."

"Iya, Chika. Nanti kamu juga aku buatin, kok. Sabar, ya ...."

Chika memanyunkan bibirnya. Gadis itu kemudian duduk dan membuka tasnya.

Fibri Gadis Penggoda?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang