Bab 24

97 3 0
                                    

Fibri sedang berbalas pesan dengan Nia saat Adinda keponakannya naik ke ranjang tempat gadis itu sedang tiduran. Tanpa berkata apa-apa gadis kecil itu kemudian menyembunyikan seluruh tubuhnya dibalik selimut seakan-akan sedang bersembunyi.

"Dek, Dinda di sini?" Fita datang beberapa saat kemudian. Dengan mengenakan daster kebesaran serta wajah penuh dengan masker perempuan itu melongok di balik pintu.

Fibri melirik selimut tempat Adinda bersembunyi. Bimbang antara mau bilang iya pada kakaknya atau membiarkan keponakannya itu tetap ada di sana.

"Memang tadi lari kesini?"

"Kayaknya iya. Waktunya dia les piano ....'

Fibri tersenyum licik. Dia tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.

"Kak, aku boleh ikut nggak? Nanti kita mampir dulu ke mixue, kayaknya sudah lama aku nggak ke sana." Fibri memberi kode agar kakaknya menyahut.

Awalnya Fita tidak paham, tapi setelah melihat Fibri terus menerus menatap selimut, dosen muda itu tertawa pelan.

"Mixue ya? Boleh. Tapi kalau Dinda nggak ketemu ya nggak jadi les nya ..."

"Aku di sini, Ma ...."

Baik Fibri maupun Fita terkekeh saat dengan tanpa di minta tubuh mungil itu muncul dari balik selimut.

"Wah, di sini rupanya. Kenapa Aunty nggak lihat ya ...." Fibri mengelus rambut Adinda penuh sayang.

"Aunty sibuk main hape sih ...."

"Iya, ya. Aunty sibuk pacaran." Fibri menyesali jawabannya setelah dengan cepat kakaknya mencubit lengannya.

"Aunty lagi belajar. Udah, Dinda kan harus siap-siap sekarang."

"Hore, beli mixue...." Bocah itu berteriak kegirangan sambil meloncat dari ranjang lalu keluar. Melewati mamanya begitu saja.

"Tanggung jawab kamu!" kata Fita memasang wajah kesal.

"Kok bisa?" Fibri jelas tak mau di salahkan.

"Gara-gara kamu nyebut mixue, pasti nanti nagih terus dan nggak bisa di bujuk tuh anak,"

Fibri tertawa lepas. Memang itu tujuannya.

"Sesekali nyenengin anak nggak papa lah, kak ..."

"Maksud kamu selama ini kakak nggak berusaha nyenengin dia?"

"Eh ...." Fibri jadi tak enak hati. Niat sebenarnya dia hanya bercanda. Tapi sepertinya dia salah waktu.

"Kok kak Fita ambil hati sih? Aku cuma bercanda kak, maaf."

Fita memejamkan mata, wanita satu anak itu menghampiri adiknya, meraih tangan Fibri sebentar lalu meremasnya pelan. Sebelum akhirnya keluar kamar.

Fibri mengerjap kemudian menatap tangannya. Remasan itu seperti memiliki sebuah arti, tapi Fibri ragu untuk menyimpulkannya. Gadis itu mendongak menatap pintu. Dia merasa rasa ada yang tidak beres dengan kakaknya itu.

***
Setelah masa liburan berakhir, Fibri kembali di sibukkan dengan rutinitas hariannya. Kuliah dan kuliah. Untuk mengusir kejenuhannya sesekali Fibri mengambil tawaran beberapa endors. Salah satunya untuk produk kecantikan.

Awalnya gadis itu tidak tertarik, karena dia takut hasilnya akan mengecewakan tetapi setelah sekali mencoba dan hasilnya bagus akhirnya Fibri keterusan. Gadis itu kini menikmatinya.

    Fibri baru saja keluar dari kampusnya ketika tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Setelah benda pipih itu dalam genggamannya dari layar muncul nama Chika di sana. Sahabatnya itu rupanya mengirim sebuah foto padanya.

Fibri Gadis Penggoda?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang