Bima menaruh tasnya sembarangan. Hari sudah larut malam, dan dirinya baru bisa pulang dan sampai rumah. Acara bazar tahunan yang diadakan sekolah seharian ini begitu menyita waktunya. Belum lagi selama acara berlangsung, Bima terpaksa harus meladeni para cewek-cewek alay yang tak terhitung jumlahnya. Cewek yang Bima tahu hanya tertarik dengan penampilan luarnya saja.
Bazar sebenarnya sudah berakhir jam sembilan malam, tapi sebagai panitia Bima dan beberapa temannya yang lain tidak bisa langsung pulang. Mereka harus bertanggung jawab membereskan sekaligus merapikan sisa acara hingga selesai.
Bima menatap jam dinding di kamarnya, sudah hampir pukul satu malam. Terlalu malam bagi pemuda itu untuk tidur karena biasanya sebelum pukul sebelas dia sudah beristirahat. Pemuda itu memang tidak terbiasa bergadang.
Setelah istirahat sebentar demi mengeringkan keringat, Bima bergegas masuk kamar mandi. Dia merasa tubuhnya akan lebih nyaman ketika mendapatkan guyuran air, sehingga nantinya akan bisa tidur dengan nyenyak.
Ternyata rencana langsung istirahat itu tidak terealisasi dengan baik. Buktinya setelah mandi mata Bima malah tidak bisa langsung terpejam. Pikirannya bahkan melayang jauh teringat peristiwa di bazar tadi.
Tentang gadis bermata hazel yang terus saja menguntitnya. Kemanapun pemilik gigi gingsul itu pergi Fibri akan mengekor. Seakan gadis itu datang hanya khusus buatnya. Sesekali Fibri berusaha menarik perhatian Bima dengan tingkah konyolnya, contohnya tiba-tiba saja menggandeng tangan Bima saat acara pentas seni berlangsung.
Tak hanya soal Fibri, Fikar juga cukup membuat cowok itu kesal. Bagaimana tidak, temannya itu ternyata sudah maju satu langkah darinya. Fikar berhasil membawa Sari ke bazar itu.
Mengingat Sari, Bima jadi menghela napas berat. Cewek itu mempunyai kepribadian berbanding terbalik dengan Fibri. Sari, sangat tertutup dan misterius menurutnya. Bahkan untuk memulai obrolan, Bima harus memikirkan dulu topik yang akan di bahas. Dan setelah ngobrol tanggapan gadis itu sungguh membuat Bima ingin menyerah saja.
Sayangnya gadis sederhana dan berwajah jutek itu sepertinya sudah masuk perangkap Fikar. Sari mungkin tidak sadar kalau kebaikan Fikar padanya ini hanyalah demi taruhan.
Taruhan yang Bima dan Fikar sepakati beberapa bulan yang lalu.
Flashback
Bima dan Zulfikar tengah naik sepeda bareng, mereka berboncengan setelah pulang dari bermain sepak bola sore itu. Di tengah perjalanan mereka kehausan sehingga memutuskan mampir ke warung Cik Susi, warung sembako paling terkenal di kampungnya.
"Aqua berapa, Cik?" tanya Bima yang mendapatkan tugas untuk membeli minuman. Sementara itu Fikar masih duduk di atas sepeda.
Bukan Cik Susi yang muncul dari kolong meja, tetapi seorang cewek berambut kuncir kuda dengan wajah datar.
Tidak ada ramah-ramahnya.
"Dua ribu."
Bima menatap gadis itu sebentar, seperti tak asing.
"Jadi beli nggak?!"
Bima melotot karena tak menduga kalau baru saja mendapatkan bentakkan gadis itu.
"Beli dua."
Gadis dengan wajah hampir tanpa ekspresi itu sibuk memasukkan dua botol Aqua ukuran lima ratus ml ke dalam kresek. Sedangkan Bima mengamati pergerakan gadis itu dengan menahan kesal.
"Empat ribu."
"Kamu anak SMP satu bukan?"
Bima tak langsung membayar, malah menanyakan hal lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fibri Gadis Penggoda?!
Teen FictionFibri adalah bungsu dari empat bersaudara. Kehidupannya yang menyenangkan harus berubah ketika keluarganya secara mendadak harus pindah dan otomatis dirinya juga harus pindah sekolah. Fibri yang mempunyai sifat ramah dan gampang bergaul awalnya tida...