Bab 34

227 6 2
                                    

Mulai part ini sudah nggak flashback lagi ya, alias sudah masa kini.

"Saya terima nikah dan kawinnya Fibrianti Zulinar Binti Aryo Ahmadi dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."

Fibri sedang mesem-mesem sendiri di kamar. Sambil menatap kasur yang sudah di ubah menjadi kasur khas pengantin gadis bermata hazel itu sedang menunggu suaminya.

Terhitung sejak pagi tadi dirinya sudah sah dan resmi berganti status. Dari seorang gadis menjadi seorang istri. Lebih tepatnya Fibri kini menyandang gelar sebagai Nyonya Bimantara Eka Panji.

Siapa yang menyangka pertemuan dirinya dan Bima enam bulan lalu di acara syukuran atas terpilihnya sang mertua menjadi kepala desa adalah pembuka jalan hubungan sakral tersebut.

Tidak lain dan tidak bukan, ibu mertuanyalah yang menjadi sosok penting dari hubungan itu. Wanita yang telah melahirkan suaminya itu sangat berjasa bagi Fibri. Seandainya tidak ada mertuanya itu Fibri yakin sampai saat ini hubungannya dengan Bima sudah tidak ada harapan lagi.

Fibri menanggalkan pakaian pengantinnya, ia berkeliling menatap kamar itu sambil tersenyum. Gadis itu menyentuh bunga mawar yang sudah di bentuk gambar hati itu dengan wajah tersipu-sipu. Membayangkan bagaimana nantinya dirinya dan sang suami akan bergulat di sana membuat Fibri tak sabar. Gadis itu tak sabar dirinya dan sang suami memporak-porandakan susunan mawar itu dengan hati yang sama-sama membuncah.

Karena terlalu lama menunggu sang suami yang masih berada di luar menemani teman-temannya, Fibri menggapai ponselnya yang sedari terus bergetar.

Puluhan temannya menghujaninya pesan ucapan selamat. Fibri tersenyum bahagia. Selangkah lagi dirinya akan menjadi wanita seutuhnya. Wanita yang siap berbakti dan mengabdi kepada suaminya.

Fibri mengirim pesan romantis berharap suaminya akan segera datang dan menemaninya. Bagaimanapun ini adalah malam pengantin mereka, Fibri tidak mau kehilangan momen sedikitpun.

Ia tidak ingin usahanya selama sebulan terakhir ini sia-sia. Usaha untuk merawat diri demi membahagiakan suaminya harus tepat sasaran.

Ia ingin Bima mereguk semua itu dengan bahagia.

Hampir satu jam berlalu akhirnya pintu berderet, menandakan ada orang yang masuk. Senyum pemilik wajah cantik itu semakin merekah. Segera saja ia sembunyikan ponsel yang sedari tadi ia pegang.

Sambil berdiri sengaja memunggungi pintu, Fibri menanti dengan hati berdebar. Lingerie seksi warna merah jambu membalut tubuh seksi Fibri berharap akan mendapatkan respon positif dari sang suami. Sungguh gadis itu sudah tidak sabar menunggu menjadikan Bima suami seutuhnya.

Suara air mengalir menandakan kamar mandi tengah di gunakan membuat gadis itu menengok. Sembari mengernyitkan dahi Fibri memandang pintu kamar mandi itu heran, tapi segala pikiran buruk ia tepis. Fibri yakin suaminya sedang bersih-bersih demi menghilangkan keringat dan kotoran lainnya.

Fibri kembali ke tempatnya, kali ini ia duduk di meja rias. Memandang cermin di hadapannya dengan berpura-pura seolah-olah sedang membersihkan riasan. Walaupun memang iya adanya dirinya tak sabar tapi sebagai wanita dia harus memberi kesempatan suaminya dulu yang berinisiatif.

Sudah setengah jam berlalu, Bima tak juga keluar dari kamar mandi, Fibri sudah hilang kesabaran. Hingga akhirnya gadis itu bangkit.

"Bim ..." Panggil Fibri sambil mengetuk pintu kamar mandi. Ia khawatir sesuatu terjadi dengan suaminya di dalam sana.

Tak ada respon. Fibri semakin panik.

"Bima .... Kamu baik-baik saja 'kan?" Sekali lagi Fibri berusaha meredam kekhawatirannya.

Fibri Gadis Penggoda?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang