Liburan semester.
Siang itu Fibri tengah tersenyum lebar sambil menghadap cermin dengan dandanan rapi seperti sedang akan pergi. Gadis dua puluh tahun itu bahkan sesekali tertawa membuat sang ayah yang baru keluar kamar memandanginya heran.
"Cantik bener bungsu Ayah. Mau kemana?"
"Ayo tebak, adek mau kemana?"
"Mau beli permen ke warung depan kan?"
"Iih Ayah ...."
Aryo terbahak. Dia hanya menggoda saja. Mengingat bagaimana Fibri kecil dulu sangat suka bersolek padahal hanya karena akan pergi beli permen ke warung depan rumah.
"Ayah langsung berangkat?" Yanti muncul dari arah depan sambil membawa sapu.
"Ayah mau lihat dulu si bungsu ini mau kemana."
Fibri semakin keki di ledek seperti itu. Ayahnya memang tidak terlalu protektif seperti dulu tapi tetap saja Fibri malu.
"Bun, kayaknya ada tamu tuh." Aryo sudah bersiap berdiri tapi Fibri cegah.
"Adek berangkat dulu, Yah, Bun."
Gadis itu segera berlari ke luar sebelum kedua orang tuanya mendahului membuka pintu. Gadis itu yakin bahwa yang datang adalah Bima.
****
"Serius mau kenal sama orang tuaku?" tanya Bima setelah berhasil minta izin untuk membawa Fibri keluar."Kamu saja sudah beberapa kali ketemu Ayah bunda, masa aku enggak?"
Bima hanya mendesah perlahan. menggenggam kemudi motornya sedikit menyesal. Seharusnya dari awal pemuda itu tidak menyetujui usul Fibri yang satu ini.
Bima kini hanya bisa berharap pertemuan antara Fibri dan keluarganya tidak akan menimbulkan masalah ke depannya.
****
Kekhawatiran Bima sepertinya tidak terjadi. Karena yang pemuda itu lihat sekarang adalah betapa sangat akrabnya Fibri dan ibundanya saat ngobrol."Tante suka tanaman?"
"Iya. Itu di samping rumah banyak sekali. Neng Fibri mau lihat?"
Fibri tanpa minta persetujuan Bima langsung menyetujui permintaan ibunda. Gadis itu bahkan selama bersama ibunya seperti melupakan kehadirannya.
Fibri langsung klop dengan keluarganya.
Ternyata ucapan Gilang benar, gadis itu memang sangat mudah bergaul walaupun baru sekali bertemu.
Bukan hanya ibundanya saja, ternyata Bapaknya juga sangat welcome.
"Bapaknya nak Fibri apa kabar? Saya sudah lama tidak bertemu. Dulu sering ketemu waktu ambil rapot."
Fibri seperti baru menyadari bahwasanya Bima dan kakaknya satu kelas. Jadi sudah pasti orang tua mereka pernah bertemu.
"Baik, Om." Fibri menjawab malu-malu. Dia beberapa kali merapikan rambutnya ke belakang demi mengusir gugup.
"Sampaikan salam kami ya. Semoga selalu sehat."
Hati Fibri semakin menghangat, ketakutannya tentang keluarga pacar menakutkan langsung luruh.
"Siap, Om. Siap," jawabnya sambil mengangguk sopan.
"Ya sudah silahkan di lanjut ngobrolnya." Pria yang wajahnya sedikit mirip Bima itu pamit masuk rumah untuk menunaikan ibadah sholat.
"Nak Fibri coba cicipi, tadi ibunda buat ini." Setelah hening beberapa saat Ibunda Bima membuka satu toples rempeyek kacang ke hadapan Fibri.
Fibri dengan tetap berusaha sopan meraih satu peyek lalu menyuapkan ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fibri Gadis Penggoda?!
Teen FictionFibri adalah bungsu dari empat bersaudara. Kehidupannya yang menyenangkan harus berubah ketika keluarganya secara mendadak harus pindah dan otomatis dirinya juga harus pindah sekolah. Fibri yang mempunyai sifat ramah dan gampang bergaul awalnya tida...