Fibri tertawa sampai terbatuk-batuk mengingat bagaimana kelakuannya di cafe beberapa jam yang lalu sukses membuat pengunjung cafe jadi salah paham.
Bahkan banyak pengunjung cafe itu malah memberinya semangat untuk tidak mundur demi mendapatkan hati si gagap berwajah tampan tadi.
"Puas bener kayaknya." Chika di belakang kemudinya ikut tertawa sambil geleng-geleng kepala.
"Aku ingat ekspresi cowok tadi, Chik. Ya ampun polos banget hahaha ...."
Lagi-lagi Chika hanya bisa beristighfar dalam hati, kelakuan sahabatnya itu dari dulu memang sudah tidak bisa di selamatkan.
Paling semangat di ajak seru-seruan.
"Makasih ya," kata Chika sambil meletakkan tangan kiri nya ke atas tangan Fibri. Sementara itu tangannya yang lain masih memegang kemudi.
Fibri mengangguk sambil berdeham. Niatnya untuk menghibur dan memenuhi tantangan Chika sukses, bahkan bukan hanya Chika yang terhibur, dirinya juga.
"Soal Bagas ... Beneran kalian ada hubungan?" tanya Chika mengubah topik pembicaraan.
"Iya. Dia nembak lewat WA." Fibri menjawab dengan senyum tipisnya.
"Hah?! Cemen amat!"
"Mulai deh ...." Fibri tau temannya itu tidak ada maksud apa-apa. Hanya bicara ceplas-ceplos seperti biasanya.
"Kayak nggak ada effort gitu lho, Fib. Harusnya ya ... kalau cowok beneran suka, nembak langsung dong."
"Ye.... Dia di London, Bu ...."
"Maksud aku gini, kenapa dia nggak nembak waktu kamu masih stay di sana? Kenapa nunggu kamu pulang dulu?"
"Ah... Nggak perlu di pikirin. Aku yang ngejalanin saja santai."
"Aneh. Kayak bocil kalian."
Fibri menghadapkan tubuhnya kearah Chika.
"Lagian Chik, kalau di pikir-pikir selama ini kan aku terus yang ngejar cowok, sampai nggak tau malu. Harga diri aku turun juga. Mungkin Tuhan punya rencana bagus ngirim Bagas di hidupku biar aku sadar bahwa aku cukup berharga lho di mata orang lain."
Chika menatap Fibri dengan tatapan khawatir.
"Lagian LDR-an juga nggak ada salahnya. Aku happy." lanjut Fibri membalik tubuhnya ke posisi awal.
"Jadi Bima udah kamu coret nih? Beneran?"
Fibri melirik sahabatnya itu sekilas sebelum akhirnya mengangguk pasrah.
Mungkin sudah saatnya nama itu keluar dari hatinya. Toh sudah hampir setahun berlalu dan dia mampu menjalaninya.
***
Semua berjalan sebagai mana mestinya, Fibri sibuk dengan kuliahnya dan Bima bekerja. Mereka sudah benar-benar lost kontak dan tidak ada lagi yang saling cari tahu kabar masing-masing."Teman kamu yang namanya Bima, lama ya nggak pernah ke sini?"
Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba Farel menanyakan hal itu. Membuat Fibri yang tengah sibuk mengedit video tertegun sejenak.
"Kenapa? Kak Farel ada perlu sama dia?" jawab Fibri berusaha kalem seolah tidak tertarik.
"Nggak sih. Tapi aneh saja, kalian kan sepertinya dekat tapi tiba-tiba saja jadi jauh."
"Kepo deh."
"Dia nyakitin kamu?"
"Siapa?"
"Bima."
Mata Fibri beralih dari laptop ke arah kakak keduanya itu.
"Nggak!"
Farel rasa masih ada yang di sembunyikan dari adik bungsunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fibri Gadis Penggoda?!
Teen FictionFibri adalah bungsu dari empat bersaudara. Kehidupannya yang menyenangkan harus berubah ketika keluarganya secara mendadak harus pindah dan otomatis dirinya juga harus pindah sekolah. Fibri yang mempunyai sifat ramah dan gampang bergaul awalnya tida...