"Jin?"
"Iya?"
"Lo mau nggak jadi pacar gue?"
Jake kembali meminta Yujin menjadi pacarnya, untuk yang ke 200 kalinya.
Mata Yujin membola. Ia terkejut bukan main dengan pertanyaan tiba-tiba Jake.
Memang ia sudah biasa mendapat pertanyaan seperti itu dari mulut laki-laki di hadapannya ini. Hanya saja.... tidak terbayang oleh Yujin ia akan mendapatkan pertanyaan itu hari ini. Di situasi yang seperti ini.
Tak seperti biasanya yang akan langsung menjawab tidak sebagai jawaban. Kali ini Yujin diam, kemudian ia memalingkan wajahnya ke arah lain.
Sengaja. Supaya matanya tidak bertemu pandang dengan mata di hadapannya.
Jake sendiri bukannya tidak tahu arti dari gerakan tubuh yang Yujin lakukan. Tiga tahun adalah waktu yang cukup baginya untuk sangat mengenali Yujin. Entah dari ekspresi wajah, ucapan ataupun gerak tubuh. Jake tahu dan paham Yujin masih belum bisa membuka perasaan untuknya.
Biar begitu, Jake melihat sedikit perubahan dari Yujin. Yujin tidak lagi menolaknya mentah-mentah. Melainkan sengaja memberi jeda sebelum penolakan itu ia dapatkan.
"Lo bisa jawab sesuai kata hati lo," ucap Jake kemudian. Membuat Yujin kembali menoleh ke arahnya. "Lo nggak perlu ngerasa utang budi hanya karena gua nolongin lo kemaren," tambah Jake lagi.
Tidak seperti tadi. Kali ini Yujin berani menatap mata Jake. Pandangan sendunya ia berikan.
Yujin merasa kalau dirinya sangat jahat.
Meski Jake melemparkan senyum padanya, Yujin tahu pasti Jake pasti kecewa karena sikapnya.
Sayangnya, sekali lagi, Yujin tidak bisa membohongi dan memaksakan dirinya untuk menerima Jake tanpa dasar perasaan yang sama.
Seperti yang Jake katakan, Yujin tidak ingin menerima pernyataan cinta Jake hanya karena ia merasa iba atau tertekan karena utang budi yang ia miliki pada Jake. Yujin merasa kalau ia seperti itu, ia lebih jahat.
Sama saja ia mempermainkan perasaan Jake. Dan Yujin tidak mau begitu.
"Sorry, Jake," ucap Yujin kemudian mulai bersuara, "gue nggak bisa."
Jake tersenyum mendengar jawaban dari Yujin. Sesuai dugaannya. Ia kembali ditolak. Meski kali ini nada bicara Yujin ketika menolaknya lebih lembut dari biasanya, rasa sakitnya tetap sama.
Ya, orang-orang yang melihat kebanyakan berfikir bahwa Jake hanya main-main dan akan biasa saja ketika Yujin selalu menolaknya.
'Udah biasa ya lo?' Begitu katanya.
Nyatanya?
Mereka tidak pernah tahu, kalau seorang Shim Jake sebenarnya salu menahan sakit yang luar biasa setiap kali mendapat penolakan tersebut.
Hari ini ia mendapat penolakan yang ke 200. Dan rasa sakitnya masih sama seperti ketika ia mendapat penolakan yang pertama.
"Oh oke," sahut Jake kemudian sembari terus melemparkan senyumnya pada Yujin. Senyum yang membuat orang akan merasa miris ketika melihatnya.
"Tapi..." ucap Yujin sembari meraih tangan Jake yang terbebas di udara. "Gue bakal coba buka hati gue buat lo," ucap Yujin yang sukses membuat laki-laki di hadapannya itu membelalakan mata secara sempurna.
"Lo serius?" tanya Jake dengan nada setengah berseru.
Yujin mengangguk.
"Gue nggak bisa bilang pasti. Gue cuma bisa bilang gue bakal berusaha untuk coba buka hati buat lo. Gue harap lo-"
"Sampai kapanpun itu pasti akan gue tunggu, Jin! Pasti!!"
Yujin tersenyum kecil melihat antusiasme yang Jake tunjukkan padanya. Dalam hati ia bersyukur karena tak membuat kecewa orang yang sudah berbaik hati menolongnya tersebut.
Biar begitu, terbesit sedikit kekhawatiran baru dalam dirinya. Yujin takut. Takut kalau usahanya gagal dan pengorbanan Jake akan menjadi sia-sia.