31; break up

173 64 1
                                    

Yujin benar-benar merasa kesal dengan Jake.

Karena kekasihnya satu itu, hari ini ia tiba di kantor lewat dari jam yang seharusnya.

Beruntung Manager divisinya bisa menerima alasan keterlambatan dirinya. Kalau tidak, mungkin Yujin harus bersiap menerima catatan hitam dalam laporan kegiatan magangnya.

Padahal tadi pagi Yujin sudah bilang kalau ia akan berangkat sendiri. Namun, Jake yang hari ini bangun terlambat, tetap memaksanya agar berangkat bersama. Jake bahkan mengatakan kalau ia akan datang cepat dan menjemput Yujin di jam biasa ia datang.
 
 

Ternyata?
 
 

Ya, Jake terlambat sepuluh menit. Mungkin angka tersebut terlihat kecil dan tidak berarti. Tapi, tidak ketika kalian hidup di ibukota.

Terlambat berangkat lima menit saja, kalian bisa terjebak dalam kemacetan yang mengular panjang.

Jarak yang bisa ditempuh dalam 20 menit bisa molor menjadi 40 menit. Bahkan satu jam kalau sedang kena sial.

Ya, itulah yang dialami Yujin. Biasanya ia berangkat pukul tujuh lewat sepuluh dan tiba pukul setengah delapan. Namun, karena Jake terlambat sepuluh menit, Yujin baru berangkat pukul tujuh lewat duapuluh dan tiba di kantornya pukul delapan lewat dua puluh.

Yujin terlambat dua puluh menit.

Entah bagaimana nasib Jake di nanti. Bisa dipastikan laki-laki itu juga akan terlambat tiba di kantornya.

Yang membuat Yujin lebih kesal lagi adalah alasan Jake bangun kesiangan. Demi menonton pertandingan sepak bola tengah malam, Jake rela tidur jam tiga pagi.

Ditambah ketika datang tadi pun ternyata Jake tidak mandi.
 
 
 

Well, sebenarnya bukan hal baru bagi Yujin mendapati teman laki-laki satu jurusannya yang sesama anak teknik tidak mandi ketika ada jadwal pagi.

Hanya saja Yujin tidak begitu senang dengan kebiasaan tersebut. Selain merugikan diri sendiri karena jorok, juga bisa merugikan orang lain yang harus mencium aroma tak sedap dari mereka yang tidak mau mandi pagi tersebut.

Beruntung Jake sempat memakai parfum.
 
 
 
"Awas aja kalau tuh anak nanti jemput!" gumam Yujin sembari membereskan lembaran kertas di atas mejanya.
 
 

Itu adalah berkas lampiran data perangkat keras yang harus diinstal ulang olehnya hari ini.

Ah, dan ya! Yujin meminta Jake untuk tidak datang menjemputnya karena ia masih marah.

Dan mengingat ia bukan tipe orang yang mudah dibujuk, daripada melampiaskan amarahnya pada Jake, Yujin memilih untuk menyuruh Jake agar tidak datang menjemputnya sore ini.
 
 
 
"Aduh, lantai empat, lagi!" ucap Yujin sembari berdecak kecil.
 

Dari semua divisi yang ada di sini, divisi lantai empat adalah yang paling dia hindari. Para pegawai di sana banyak yang merasa superior ketika berhadapan dengan para pekerja magang.

Tak jarang mereka menjelek-jelekkan pada pekerja magang yang tengah membantu mengatasi keluhan mereka.

Termasuk ketika Yujin, yang berada di bawah divisi IT Support, mencoba membantu para pegawai di sana.

Ingin rasanya melawan, tapi mereka orangtua. Bahkan seumuran dengan orangtua Yujin sendiri. Makanya, Yujin hanya bisa menghela napas tiap kali dimaki-maki.
 
 
 

"Jin, ada waktu bentar nggak?"
 
 
Yujin mendongak. Ia mendapati Jaechan berdiri di depan mejanya.
 
 
"Ada yang mau gua omongin," sambung Jaechan terlihat serius.
 
 

blessed-cursed; shimyudingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang