26; a decision

184 77 1
                                    

"Jin, kata Haruto cewek itu suka sama cowok tinggi. Emang bener?" tanya Jake pada Yujin yang tengah mengurus berkas untuk persiapan magangnya yang akan dimulai minggu depan.

"Au!" sahut Yujin sembari membolak-balikan beberapa berkas untuk diperiksa kembali. Ia tak ingin sampai ada yang kurang dan membuatnya harus kembali ke akademik guna mengurus kekurangannya.

"Lo sendiri gimana tipenya, Jin?" tanya Jake sekali lagi. Tak peduli meski Yujin sama sekali tidak menatap ke arahnya ketika ia mengajaknya berbicara.
 
 

Ya, Jake cukup tahu diri. Ia bertanya pada Yujin ketika Yujin sedang sibuk. Beruntung ia tidak diusir.
 
 

"Gimana saja asal jangan kayak lo," jawab Yujin asal, masih dengan tanpa melihat ke arah laki-laki di sampingnya itu.

"Yah terlambat, Jin. Mau gimanapun tipe lo pasti ujung-ujungnya bakal jadian sama gua!"
 
 

Kali ini Yujin menoleh ke arah Jake. Melemparkan pandangan tak habis pikir. Kedua alisnya terangkat. Mulutnya setengah terbuka.
 
 

"Pede!" ucap Yujin yang kemudian memukul bahu Jake dengan berkas yang ada di tangannya. Membuat Jake langsung pura-pura kesakitan. "Nggak usah lebay!" timpal Yujin lagi.
 
 

Jake terkekeh. Memang sulit mengerjai Yujin, perempuan satu ini tidak mudah tertipu olehnya
 
 

"Sini gua bawain!" ucap Jake seraya mengambil beberapa berkas yang sudah Yujin bereskan dari tangannya.

"Nggak usah! Gue bisa sendiri,” ucap Yujin sembari hendak mengambil berkasnya yang berada di tangan Jake tersebut

"Nggak, nggak, nggak. Bisa dikatain nggak gentle gua kalau biarinin tangan lo bawa banyak bawaan sementara tangan gua kosong!"

"Ya biarin, sih. ‘Kan, barang gue ini."

"Nggak bisa. Udah biar gua saja yang bawa," ucap Jake lagi sembari menyembunyikan berkas Yujin di belakang tubuhnya supaya Yujin kesulitan untuk mengambil berkas tersebut.
 
 

Yujin berdecak kesal. Ia merotasikan kedua bola matanya malas.

Kalau sudah begini, susah untuk melarang Jake supaya tidak membantunya.
 
 

"Terserah lo, deh!" ucapnya yang kemudian melangkah pergi menuju parkiran, yang tentu saja langsung disusul oleh Jake.
 
 

Ya, Yujin sudah selesai memeriksa kelengkapan surat-surat yang ia butuhkan dari kampusnya untuk urusan magang.

Dan ya, Yujin membiarkan Jake membantunya membawakan sebagian barang miliknya.

 
 
"Temen gua ada yang buka kafe baru deket pertigaan. Mau nyoba ke sana nggak?" tawar Jake setelah berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Yujin.
 
 

Yujin menggeleng. Tanda tak mau menerima tawaran barusan.
 
 

"Males ah! Capek. Gue mau tidur aja," jawabnya sembari terus melihat ke depan.

"Oh, oke," sahut Jake yang turut mengikuti arah pandangnya menjadi menghadap ke depan, seperti Yujin.
   
 

Ada sedikit rasa kecewa ketika Yujin menolak ajakannya. Tapi, ya.... Jake bisa apa?

Memaksa?

Tidak mungkin.

Jake, 'kan, bukan siapa-siapanya. Punya hak apa dirinya memaksa Yujin?

Makanya, tiap kali tawaran atau ajakannya ditolak, Jake hanya akan langsung mengiyakan dan tak kembali menawarkan.
 
 
Biasanya, Yujin tak peduli.

blessed-cursed; shimyudingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang