"Loh? Ngapain lo di sini?" tanya Yujin tatkala mendapati kehadiran Jake di koridor tempat kelasnya berlangsung selama kurang lebih tiga jam.
Ya, Yujin mendapati Jake yang tengah duduk di depan ruang praktikum jurusan lain yang memang bersebrangan dengan kelas Yujin.
Jake yang ditanya seperti itu langsung beranjak dari duduknya. Kemudian berjalan mendekati Yujin.
"Bukannya hari ini kelas lo cuma kuliah Digital doang?" Sambung Yujin lagi. Tidak bermaksud menghapal jadwal Jake seperti yang Jake lakukan kepadanya. Hanya saja Yujin lama-lama jadi hapal karena Jake biasanya selalu menyebutkan jadwal kegiatannya setiap hari kepada Yujin meski Yujin tidak memintanya.
"Ciee sekarang lo hapal jadwal gua nih!" ucap Jake seraya menubrukkan pelan bahunya ke bahu Yujin. Padahal ia yang merasa senang karena diperhatikan, namun, ia juga yang malah menggoda Yujin.
Yujin berdecih kemudian menghela napas kasar.
Salah ngomong kayaknya gue....batinnya dalam hati.
"Terserah lo deh!" ucap Yujin yang kemudian langsung mendahului langkah Jake. Tak mau berlama-lama ada di depan pintu masuk.
Sialnya, Jake keburu menghentikan pergerakannya dengan memegang lengan tak berbalut fabric tersebut.
"Lo nggak bawa mobil, ‘kan? Gua dikasih tahu Sunghoon tadi. Pulang bareng gua aja, oke?" tawar Jake kemudian.
Yujin diam tak langsung menjawab. Ia tengah menimbang-nimbang apakah ia harus menerima tawaran Jake atau tidak.
Bukan apa-apa, masalahnya Yujin tidak bermaksud untuk langsung pulang. Ia ingin pergi ke tempat lain terlebih dahulu.
"Tapi gue mau ke Botani dulu,” ucap Yujin kemudian.
"Ya udah, gua ikut. Sekalian killing time. Bosen gua, anak kontrakan pada nggak ada,” ucap Jake beralasan.
"Ya udah," sahut Yujin mengiyakan. Tak tahu Jake berkata benar atau tidak, yang penting laki-laki di hadapannya itu tak keberatan ketika ia mengatakan tak berniat untuk langsung pulang.
"Yes!!!" seru Jake kesenangan.
"Tapi lepasin dulu coba tangan lo dari tangan gue,” ucap Yujin membuat Jake langsung menampilkan cengiran kecil khasnya sembari menggigit lidah.
"Hehehe, sorry. Keenakan abisnya megang tangan calon pacar," ucapnya membuat Yujin merotasikan bola matanya malas.
༶•┈┈⛧┈♛♡♛┈⛧┈┈•༶
Kaos putih yang dirangkap dengan luaran berwarna hitam. Jeans biru dongker yang dipadu sepatu dan jam tangan hitam di pergelangan tangan dan gaya rambut yang terlihat berantakan namun rapi tersebut berhasil membuat penampilan Jake yang sederhana terlihat sangat wah di mata orang lain, terutama mata para perempuan yang terus memperhatikannya selama ia dan Yujin berjalan sedari tadi.
Sederhana tapi menarik. Membuat banyak mata tak bisa berbuat banyak kecuali melirik.
Maka bukanlah suatu hal yang mengherankan ketika Jake kembali menjadi pusat perhatian tatkala ia dan Yujin memasuki toko buku.
Well, Jake memang semenarik itu. Meski sampai saat ini Yujin memandang dan melihatnya biasa saja, tapi, tidak dengan orang lain.
Terlebih ketika Jake tidak bersama dengan teman-teman satu kontrakannya yang tergolong berparas tampan semua, bahkan kontrakan tempat Jake dan teman-temannya tinggal sampai dijuluki kontrakan ganteng oleh para tetangga sekitar.
Semua atensi para perempuan seolah mengarah kepadanya. Meski atensinya sendiri hanya dan selalu tertuju pada satu nama, yaitu Yujin, perempuan yang kini berdiri di sebelahnya. Yang sibuk mencari satu buku yang akan digunakan untuk menyelesaikan salah satu tugas kuliah.
"Mau cari buku apa, sih, Jin?" tanya Jake kemudian. Bukan tidak sabaran, hanya saja Jake ingin membantu.
Siapa tahu gue bisa bantuin cari lebih cepet... begitu pikirnya.
"Mikrotik," jawab Yujin memberitahu tanpa menoleh ke arah Jake yang berada di sampingnya. Ia justru sibuk men-scanning puluhan judul di depannya untuk mencari buku yang ingin ia beli.
"Buat apaan?" tanya Jake lagi. Sama seperti Yujin, mata Jake kini tak mengarah ke arah Yujin, melainkan ke depan, ke arah banyaknya buku dengan berbagai judul dan pengarang.
"Buat tugas resensi Bahasa Indonesia sekaligus bahan buat TA nanti."
"Oh, lo mau ambil topik mikrotik?" Kali ini Jake nolehin kepalanya ke Yujin.
Yujin anggukin kepalanya. "Iya, sekalian mau coba nyicil-nyicil bahan sama referensi dari sekarang," jawab Yujin lagi sembari kemudian berjongkok.
Di rak bagian atas ia tidak menemukan buku yang ia cari. Makanya, ia berjongkok dan ingin mencoba mencari buku tersebut di rak bagian bawah.
Diikuti oleh Jake tentu saja.
"Kayaknya nggak ada deh, Jin,” ucap Jake kemudian setelah memastikan kalau judul buku yang sedang Yujin cari tidak ada di rak section bagian Teknologi.
Yujin mengusap tengkuk bagian belakangnya. Agaknya pendingin ruangan di toko buku ini membuatnya sedikit kedinginan.
"Iya nggak ada lagi," sahut Yujin. "Kayaknya harus ke Depok deh,” ucap Yujin sembari beranjak dari posisinya yang berjongkok. "Di sana lebih lengkap biasanya," sambung Yujin lagi.
"Ya udah ayo gua temenin!" seru Jake dengan penuh semangat 45. Lagi-lagi ia menemukan alasan untuk berlama-lama dengan Yujin.
Yujin mengerutkan keningnya.
Merasa heran dengan Jake yang begitu bersemangat. Namun, ia tak memberikan komentar apapun selain mengatakan oke sembari mengangguk.
"Ya udah sekarang aja berarti mumpung belum terlalu so-"
Perkataan Yujin terhenti. Ia terkejut ketika ia mendongak dan mendapati banyak orang, terutama perempuan, banyak yang melihat ke arahnya.
Ke arah Jake yang berada di samping, lebih tepatnya.
Tak hanya para perempuan yang terlihat seumuran dengannya, bahkan yang lebih muda dan tua pun juga melakukan hal yang sama. Tidak lagi secara sembunyi-sembunyi, meraka melakukannya dengan terang-terangan.
Hal itu tentu membuat Yujin merasa risih, meski bukan dirinya yang tengah diperhatikan.Yujin menelan salivanya. Tangannya refleks tergerak ke arah Jake. Ia kaitkan jemari telunjuk kirinya pada ibu jari tangan kanan Jake.
"Udah, yuk!" ucapnya sembari menarik Jake dan membawanya keluar dari toko buku yang seolah menjadi tempat fanmeeting dadakan Jake dengan para penggemar barunya itu.