"Lo kenapa?" tanya Heeseung ketika melihat gelagat Yujin yang seperti sedang mencoba bersembunyi, entah dari siapa.
"Ssssttt!" Desis Yujin dan langsung masuk ke dalam mobil milik Heeseung.
Hari ini, Heeseung dan Yujin sudah ada janji untuk pergi berdua. Mencari tempat tinggal sementara bagi Yujin yang sebentar lagi akan menjalani magang selama tiga bulan.
Tak bermaksud bersembunyi dari siapapun, Yujin hanya sedang menghindari potensi kericuhan.
Kericuhan yang akan dilakukan oleh seorang oknum bernama Sim Jake, apabila melihat dirinya dengan Heeseung, lagi.
Bukan tanpa alasan Yujin pergi bersama Heeseung lagi; dan bukan bersama Jake. Hal tersebut dikarenakan perintah dari Sang Ibu yang menyuruhnya untuk sekalian mencari kos-kosan bersama Heeseung, yang juga turut membantu dirinya dalam mencari kantor untuk magang.
Kebetulan Heeseung cukup familiar dengan daerah tempat Yujin melakukan magangnya itu. Pun karena rumah Heeseung berada di sekitaran daerah tersebut.
"Nyoba sembunyi dari siapa dah lo?" tanya Heeseung sembari menyalakan mesin mobilnya.
Yujin mengerucutkan bibirnya, ia merotasikan bola matanya, malas menjawab pertanyaan Heeseung.
"Ah, biar gua tebak! Siapa itu? Hm, Jaka?"
"Jake, Seung, bukan Jaka. Siapa pula itu Jaka???"
"Iya, itu maksud gua."
"Kalau lo takut dia cemburu karena lo sama gua, lo bilang aja kalau gua homo."
Yujin menoleh ke arah Heeseung dengan mata terbelalak sempurna. Ia kemudian memperhatikan Heeseung dari atas kepala sampai mata kaki.
"Serius? Lo...."
"Buat alibi doang. Nggak beneran. Gua masih suka cewek."
Yujin terkekeh. Ia kembali membenarkan posisi duduknya jadi menghadap depan sembari bersandar pada kursi penumpang yang ia tempati.
"Boleh gua nanya, Jin?"
"Tanya apaan?" tanya Yujin sembari menoleh ke arah Heeseung, lagi.
"Lo kenapa nggak pacaran sama dia? Gua lihat kalian cukup akrab,” ucap Heeseung yang kembali mencoba mempertahankan topik obrolan mereka.
Raut wajah Yujin langsung berubah. Ia berdecak. Pertanyaan itu lagi, batinnya.
"Mending lo fokus ke jalan aja, deh Seung,” ucap Yujin sembari menghembuskan napasnya kasar.
"Okay, okay. I'll stop there, princess!" Sahut Heeseung ketika ia melihat wajah Yujin yang memang langsung berubah menjadi masam.
Lagipula, Heeseung juga merasa kalau ia jadi terlalu jauh mencampuri urusan pribadi Yujin.
"Stop calling me like that, Seung! I don't like it."
"Tapi dulu pas masih kecil lo suka dipanggil begitu."
Yujin merotasikan bola matanya malas, "ya itu, ‘kan, pas kecil. Heran deh gue, dunia kek sempit banget. Gue nggak nyangka kalau lo ternyata teman sebangku gue pas TK dulu, yang selalu nangis kalau dijailin sama-"
"Okay okay, let's stop there too, Jin," potong Heeseung sebelum Yujin mengumbar lebih jauh aib masa kecilnya. Aib yang ia coba pendam dan kubur dalam-dalam.
Yujin terkekeh melihat Heeseung yang langsung menghentikan pembicaraannya.
Bukan Yujin namanya kalau tidak bisa membalik keadaan.
"Gila!" seru Heeseung kemudian, "nggak kebayang gua gimana Jaka ngadepin lo, Jin."
"Jake, Seung. Jake. Bukan Jaka."
"Iya, iya Jake. Bukan Jaka."
༶•┈┈⛧┈♛♡♛┈⛧┈┈•༶
Yujin kira, ketika ia diteriaki oleh Junghwan, adiknya, yang berkata
"kAAAAAA ADA TEMENNYA NIH!!"
itu benar-benar seorang teman. Dan bukan Jake yang berdiri dengan sebuket bunga berwarna kuning terang di tangannya.
Nyatanya? Itu adalah Jake. Dengan sebuket bunga matahari.
Tak langsung menerima buket bunga matahari yang Jake bawa, Yujin justru bersedekap sembari melemparkan sebuah pertanyaan mainstream.
"Ngapain dah lo ke sini?"
Bukannya menjawab, Jake malah melemparkan cengiran khasnya. Kemudian menyerahkan buket bunga tersebut hingga Yujin terpaksa menerimanya.
Ya Jake tahu kalau dari semua bunga yang ada, tak ada satupun yang Yujin suka, kecuali bunga matahari.
Makanya, bukan mawar ataupun tulip, Jake sengaja membelikan bunga matahari. Satu-satunya bunga yang tidak Yujin benci.
"Thanks ya buat semalem, Jin!" ucap Jake yang kemudian mengedipkan matanya dengan genit.
Membuat Yujin sontak mendelik, lalu melemparkan tatapan tajam ke arah Jake, "please, deh ya Jake, omongan lo ambigu banget!" protes Yujin.
Orang lain yang mendengar pasti akan mempunyai pikiran macam-macam.
Padahal yang Yujin lakukan hanya mentraktir Jake sebagai ucapan terimakasih karena sudah mau mengantarkan dan menemaninya mencari buku yang ia butuhkan kemarin lusa.
Tapi, ya.... mau bagaimana lagi. Bukan Jake namanya kalau tidak memalukan Yujin seperti ini.
"Hehehe, sengaja!" jawab Jake membuatnya mendapat hadiah jitakan di keningnya."Lo suka banget KDRT dah, heran gua," ucap Jake sembari mengusap-usap keningnya yang baru saja dianiaya oleh gadis di hadapannya ini.
Yujin bertolak pinggang dengan satu tangan. Tak peduli dengan keluhan yang Jake lontarkan.
"Mau masuk apa mau berdiri di sini?" tanya Yujin kemudian.
Ya setidaknya kalau di dalam nanti Jake kembali berulah, Yujin bisa menyiksa Jake lebih dari sekadar menjitak tadi. Dan tak akan ada saksi atau orang lain yang tahu. Jadi, ia bisa terhindar dari jeratan hukum apabila Jake melaporkannya ke pihak yang berwajib.
Pun, tidak ada orang di rumahnya saat ini, kecuali Junghwan. Jadi bisa dipastikan aman.
Tidak, tidak.
Yujin tidak se-ekstrim itu. Meski Jake selalu membuatnya kesal. Sebisa mungkin Yujin memperlakukannya seperti ia memperlakukan teman-temannya yang lain.
Makanya, Yujin menawarkan Jake untuk masuk ke dalam rumah.
Jake tersenyum sumringah. Tujuannya memang ini. Berlama-lama bertemu Yujin yang tak sempat ditemuinya di kampus tadi.
"Masuk dong! 'Kan mau ketemu calon mertua!"
"Pulang saja lo sono!"
"Canda, beb!"