Gaeul mengerutkan keningnya, mencoba mengingat-ingat laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya kini.
"Asa familiar beungeutna..." ucap Rei pada laki-laki yang tengah berdiri di hadapan mereka. Wonyoung, Gaeul dan Rei sendiri."Loh?" Seru Wonyoung kemudian. Ia memang tidak akrab dengan laki-laki di depan mereka kini, tapi ia mengenalnya. Dia adalah teman satu kontrakan Sunghoon.
Sontak Rei dan Gaeul langsung menoleh ke arah Wonyoung.
Berbeda dengan Wonyoung, Gaeul dan Rei sama sekali tidak kenal dengan laki-laki di depannya ini.
Wonyoung mendekat ke arah Rei lalu membisikinya sesuatu, "ini yang pernah bilang suka ke Gaeul dulu Rei, pas awal-awal kita ospek dulu! temen satu kontrakannya Sunghoon juga."
Rei mengangguk-anggukkan kepala.
"OH NU ETA!" seru Rei membuat Wonyoung memukul bahunya karena baru saja berteriak tepat di telinga Wonyoung.
"Apaan sih lo berdua mainnya bisik-bisik! Kasih tahu gue juga kenapa!" pinta Gaeul.
Membuat Wonyoung langsung menggelengkan kepala dan menarik Rei agar menjauh dari Gaeul.
"Eh, Rei katanya tadi lo laper, kantin dulu lah yuk!" ajak Wonyoung kemudian.
"Lah? Kapan urang bilang la- hmppppp!"
Wonyoung langsung membekap mulut Rei dan tersenyum bergantian ke arah Gaeul dan laki-laki tersebut.
"Kita berdua duluan ya, kalian selesein aja dulu urusannya!" ucap Wonyoung dan langsung menarik Rei agar pergi dari sana.
Selepas kepergian Wonyoung bersama Rei yang entah kemana itu, mendadak suasana di sekitar Gaeul menjadi sedikit awkward.
"Eung... anu, maaf gue lupa, lo siapa ya? Kita kenal atau... gimana?" tanya Gaeul pada akhirnya.
Sebenarnya Gaeul tidak ingin berlama-lama di sini. Dengan orang yang tidak dikenalnya pula.
"Eh sorry, kita emang udah lama nggak pernah ngobrol. Gua Jay," ucap laki-laki bernama Jay tersebut.
"Jay?" ulang Gaeul. Meski sudah menyebutkan namanya Gaeul masih merasa asing dengan sosok Jay di depannya ini.
"Lo inget nggak anak Teknik yang pernah nembak lo depan semua angkatan kita pas kita ospek dulu?" ucap Jay mencoba mengingatkan.
Selain karena Jay memang menyukainya, juga karena hukuman yang harus dilakukan akibat kelompoknya kalah ketika melakukan permainan. Di mana Jay sebagai ketua kelompok harus menanggung hukuman menyatakan cinta pada perempuan yang disukainya saat itu.
"AH IYA GUE INGET!" Seru Gaeul yang langsung menutup mulutnya. Tak sadar kalau dia berseru dengan penuh semangat.
Seingat Gaeul, saat itu ia sudah menolak Jay.
Ya abis ya masa belum kenal, tahu-tahu nembak??? begitu pikir Gaeul saat itu.
"Ada apa ya, Jay?" tanya Gaeul kemudian.
"Itu... gua denger lo udah putus dari Jooyeon ya?"
Gaeul mengerutkan kening.
Gila ini kampus, berita gue putus aja sampe ke anak fakultas teknik, gila gila! Batin Gaeul.
Jujur, Gaeul merasa sedikit malu. Bukan apa-apa, berita yang beredar dia diputuskan oleh Jooyeon karena katanya ia ketahuan selingkuh.
Padahal kejadiannya tidak begitu. Jooyeon salah paham dan tak mau mendengarkan alasannya. Dan entah dari mana kemudian muncul berita bahwa dirinya diputuskan oleh Jooyeon gara-gara ketahuan selingkuh.
Gaeul menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Jay, kemudian ia hembuskan secara kasar sembari menganggukkan kepala.
"Kalau gitu..."
"Kalau gitu apa?" tanya Gaeul.
"Apa gua boleh...."
"Boleh? Boleh apa?"
Gaeul sedikit kebingungan dengan cara Jay yang berbicara setengah-setengah seperti itu.
"Apaguebolehnembaklolagi?" tanya Jay dalam satu tarikan nafas.
Gaeul melipat bibirnya, keningnya kembali mengerut. Ia heran dan merasa tergelitik karena tingkah Jay barusan. Sebisa mungkin, ia tutup mulutnya agar tidak tertawa.
Baru kali ini Gaeul dihadapkan oleh laki-laki yang ingin menembaknya tapi meminta izin terlebih dahulu.
"Lo becanda ya?" tanya Gaeul kemudian.
Bukan tanpa alasan Gaeul berpikir demikian.
Tiga tahun yang lalu, laki-laki di hadapannya ini pernah menyatakan cinta padanya di depan orang banyak. Di mana setelah Gaeul menolaknya, Jay tidak pernah menunjukkan batang hidungnya sama sekali di depan Gaeul. Dan sekarang tiba-tiba muncul dan ingin menyatakan cintanya lagi.
What a joke, begitu pikir Gaeul.
Mendengar perkataan Gaeul, membuat Jay membelalakan mata. Ia panik, takut Gaeul marah lagi seperti kala itu.
Jay tidaklah bermaksud bergurau apalagi main-main, ia sengaja meminta izin supaya perempuan di hadapannya ini tidak marah dan menganggapnya lancang.
"Enggak, gua nggak becanda. Gua nanya dulu ke lo biar lo nggak marah," ucap Jay kemudian.
"Hahahahaha, eh, sorry sorry Jay. Sorry gue ketawa, abis lo ada-ada aja, sih."
Jay mengelus dadanya. Bersyukur karena Gaeul tidak marah.
"Kirain lo marah."
"Enggak kok, hahaha. Ya udah, sekarang gimana? Maksud gue, kalau misal gue bolehin lo nembak gue. Lo mau ngelakuin apa?" tanya Gaeul lagi.
Jay menelan salivanya.
"Kalau boleh, gua mau nembak lo sekarang."
Alis Gaeul bertaut karena merasa tak yakin. Namun, ia biarkan Jay melakukan apa yang ingin dilakukannya. Masalah ia akan menerima atau tidak, Gaeul akan melihat bagaimana cara Jay menyatakan cintanya.
"Hm, oke, go ahead."
"O-okay tunggu."
Jay kemudian menarik napas dalam-dalam.
"Oke, Gaeul. Gua tahu mungkin kita emang belum bener-bener saling kenal, tapi percaya atau enggak gua udah jatuh cinta sama lo dari hari pertama gua lihat lo 3 tahun yang lalu. Dulu gua pernah bilang itu ke lo dan lo bilang nggak mungkin. Lo nolak gua, karena itu gua coba ngebiarinin waktu jelasin apa yang gua rasain waktu itu cuma sekedar suka sesaat atau bukan.
Gua coba buat nggak nemuin atau nyapa lo, gue pikir rasa itu bakal hilang. Tapi ternyata rasa itu makin kuat waktu gua nggak ketemu sama lo. Beberapa kali gua pengen bilang ini ke lo, tapi lo udah sama orang lain. Dan nggak mungkin bagi gua buat ngerusak hubungan orang.
Gua coba lagi hapus rasa ini, tapi nyatanya semakin dicoba, semakin dalem perasaan gua ke lo. Karena itu gua coba buat nunggu, gua percaya kalau lo emang jodoh gua, kita pasti bakal bareng-bareng suatu saat nanti.
Tapi, gua juga sadar kalau hal itu nggak bakal terwujud kalo gua cuma sekedar nunggu. You're the only girl I love for years and i dont wanna wait any longer. Karena itu hari ini gua beraniin diri buat nanya ke lo. Gaeul, boleh gua jadi pacar lo?"
Jay menundukan kepala karena merasa malu setelah berhasil mengucapkan narasi panjang barusan di depan perempuan yang selama ini ia kagumi.
Sementara Gaeul juga ikut diam karena speechless. Terharu sekaligus kagum. Terharu karena ternyata selama bertahun-tahun, laki-laki di depannya ini menyimpan perasaan terhadapnya. Dan juga kagum karena hari ini, laki-laki ini berani mengutarakan semua itu kepada dirinya.
Gaeul tersenyum kecil melihat tingkah Jay yang masih malu-malu kepadanya.
Awalnya ia ragu, tapi, tidak setelah mendengarkan semuanya. Gaeul menghela napas lagi sebelum akhirnya mengatakan....
"Boleh."