Hari ini, harusnya Jake bertemu dengan Yujin di kelas yang sama. Namun, karena musibah kemarin malam, Yujin absen dari mata kuliah satu ini.
Alhasil, sepanjang kelas berlangsung Jake hanya bisa memandang ke depan dengan pandangan kosong. Setiap slide dan penjelasan yang Sang Dosen ajarkan, sama sekali tak masuk ke kepalanya.
Bahkan kalau ditanya apa materi kuliah hari ini, Jake tidak akan bisa menjawabnya.
Pikirannya tak berada di tempat, hembusan napasnya sudah menjelaskan apa yang membuatnya seperti ini.
Jake merasa galau dan frustasi. Galau karena masih memikirkan keadaan Yujin yang hanya ia tahu updatenya dari Rei. Dan frustasi karena masih belum terpikirkan cara untuk membalaskan dendam Yujin kepada Juno. Meski Yujin tak meminta.
Dua jam berlalu, meski tak betah dan ingin cepat-cepat angkat kaki, Jake berusaha untuk meyakinkan dirinya supaya tetap berada di kelas.
Beruntung kelas dibubarkan setengah jam lebih awal.
Tak mau menunggu dan menunda lama-lama. Begitu Sang Dosen keluar dari kelas, Jake langsung melesat pergi menuju satu tempat yang sering Yujin datangi sehabis kelas mata kuliah sebelumnya.
Taman dekat gerbang utama. Letaknya tak begitu jauh dari Gedung Fakultas Teknik.
Biasanya, sudah ada Rei dan Wonyoung di sana untuk makan siang bersama. Mereka sengaja tidak makan di kantin ketika jam makan siang seperti ini. Karena selain ramai dengan mahasiswa lain yang ingin makan siang, pun hawanya yang menjadi panas akibat kedatangan banyak orang.
Yujin dan teman-teman lebih memilih duduk di kursi taman sembari menikmati makanan ringan yang mereka beli dari swalayan.
Dan benar saja, dari kejauhan tampak dua orang gadis yang tengah duduk di salah satu kursi dan meja yang terbuat dari batu. Kursi dan mejanya berbentuk melingkar. Bentuknya yang seperti itu tak jarang membuat banyak mahasiswa memanfaatkannya untuk kegiatan rapat kecil. Baik untuk kepentingan tugas kelompok maupun organisasi.
"Gimana keadaannya Yujin?" tanya Jake begitu tiba di depan Wonyoung dan Rei. Membuat keduanya langsung mendongak.
Rei mendengus kesal, padahal ia sudah memberitahu Jake lewat aplikasi chatting. Ia merasa kalau Jake tidak mempercayainya.
Padahal... begitulah Jake. Ia tidak akan tenang dan berhenti bertanya sebelum melihat dengan mata kepalanya sendiri.
"Masih kayak semalem Jake," jawab Wonyoung.
Jake langsung duduk di depan keduanya.
"Tapi ada yang jaga dia, ‘kan, sekarang?" tanya Jake lagi.
"Iya, Gaeul lagi di rumah Yujin kok."
"Maneh hayang nengok Yujin deui, Jek?" tanya Rei kali ini.
Jake mengangguk.
"Iya. Tapi..."
Rei dan Wonyoung saling berpandangan ketika melihat raut wajah Jake yang mendadak sendu.
"Kunaon?"
"Ini nggak apa-apa kalau gua jenguk dia? Takutnya dia keganggu."
"Tumben mikir Jake, biasanya juga langsung terobos?"
"Ya kalau lagi keadaan biasa gua langsung gas, Nyo," sahut Jake. "Masalahnya, sekarang beda."
Sama sekali tak nampak raut wajah konyol yang biasa Jake tampakkan. Hanya ada raut serius dengan kening yang terus mengerut.
Sangat... bukan Jake sekali.