"Lo putus dari Jake?" tanya Wonyoung mengulangi perkataan yang baru saja Yujin katakan padanya.
"Iya. Gue putus dari Jake," ucap Yujin mengulangi perkataannya.
Saat ini keduanya tengah tersambung dalam sambungan suara.
Yujin merasa merasa dirinya harus bercerita pada Wonyoung soal ini. Sebelum ia memberitahu teman-temannya yang lain tentu saja.
Kalau dipikir-pikir sebenarnya itu tidak perlu. Hanya saja... seperti ada sesuatu yang membuat Yujin merasa harus begitu.
"Kok bisa? Emang kenapa? Dia selingkuh?" cecar Wonyoung yang sama sekali tak mengerti.
Bukan apa-apa, hanya saja setahu Wonyoung Jake sangat menyukai Yujin, bahkan mengejarnya selama bertahun-tahun. Masa iya semudah itu putus?
Jake tak akan mungkin mau. Kecuali Jake sudah tidak menyukai Yujin lagi. Yang mana hal itu rasanya sangat tidak mungkin.
"Enggak."
"Terus?" tanya Wonyoung lagi.
"Dia udah bikin gue kesel sekesel- keselnya hari ini!"
"Kesel kenapa?"
"Bikin telat ke kantor. Terus nonjok temen magang gue yang notabene pacarnya supervisor gue. Gila nggak, tuh?"
"Ish! Jake tuh ya kebiasaan banget hajar-hajar orang sembarangan kalau cemburu,” ucap Wonyoung yang sungguh tak habis pikir dengan kelakuan Jake yang satu itu.
"Tahu deh, bikin- HAH? Cemburu?"
Kening Yujin mengerut.
Ia yang tengah menyandarkan punggungnya pada tembok di atas tempat tidur, langsung menarik punggungnya ketika mendengar kata cemburu yang Wonyoung katakan barusan.
"Ya iya, pasti si Jake hajar temen lo itu karena cemburu, 'kan? Emang apalagi coba kalau bukan karena itu? Masa gara-gara iseng?"
Yujin menggendikan kedua bahunya tanpa bisa dilihat oleh Wonyoung.
"Ya nggak tahu, orang dia dateng-dateng langsung ngehajar Jaechan."
"Jaechan?"
"Iya."
"Tunggu, deh, Jin, bukannya supervisor lo itu cowok?"
"Iya."
"Terus Jaechan? Cowok juga?"
"Gua belom periksa celananya, sih, tapi kayaknya 100% cowok."
"DANG!"
"Hahahahhaa! Kaget, 'kan, Nyo? Gue juga. Kemaren gue nggak sengaja lihat dia ciuman di mobil pas lampu merah. Dan hari ini dia datengin gua buat jelasin semuanya."
"Ja-jadi Jake cemburu sama cowok yang suka cowok?"
"Iya kali."
"Hahahaha!"
Yujin terkekeh membayangkan bagaimana senangnya Wonyoung yang tengah tertawa saat ini.
Ya jangankan Wonyoung, Yujin saja sempat berpikir lucu kalau apa yang dikatakan Wonyoung soal Jake yang cemburu itu benar.
Seperti... buat apa mencemburui laki-laki yang suka laki-laki?
"Kenapa sih ketawanya seneng banget?"
Sunghoon.
Itu suara Sunghoon.
Tentu kalian tidak lupa soal fakta di mana ada Wonyoung pasti di situ ada Sunghoon.
Termasuk saat ini.
"Itu loh, Hoon, Jake ngehajar temen magang Yujin gara-gara cemburu. Padahal temannya itu nggak suka cewek. Terus gara-gara itu Yujin putus sama Jake,” ucap Wonyoung memberitahu.
"Oh pantes."
Yujin mengerutkan keningnya tatkala mendengar sahutan dari Sunghoon yang seolah sudah tahu akan kabar dirinya yang putus dengan Jake.
Apa Jake sudah memberitahu Sunghoon terlebih dahulu?
Entahlah.
"Pantes kenapa?" tanya Yujin kemudian.
"Jake tadi ngajakin minum,” jawab Sunghoon.
Yujin berdecak.
"Minum?"
"Iya," sahut Sunghoon mengiyakan tebakan Yujin. "Dan itu gara-gara lo."
"Kok gue?" tanya Yujin yang merasa seperti tengah disalahkan oleh Sunghoon.
"Cuma lo yang bisa bikin dia jadi hobi buat minum."
"Gimana, gimana?"
"Lo tahu nggak, Jin? Tiap kali lo nolak dia, dia selalu ngajak anak kontrakan minum-minum. Barusan di group dia ngajakin gua sama yang lain buat ke bar. Udah pasti itu gara-gara lo putusin dia hari ini."
"Hoon, jangan gitu. Jangan nyalahin Yujin. Jake juga salah karena mukulin temennya Yujin,” ucap Wonyoung mencoba membela Yujin.
Bisa Yujin dengar Sunghoon yang menghembuskan napas kasar ketika mendengar ucapan Wonyoung.
"Hati orang bukan mainan, Jin. Kalau lo udah nerima dia, lo nggak bisa seenaknya mutusin hanya karena dia ngelakuin kesalahan kecil. Apalagi karena cemburu. Cemburu itu artinya dia sayang sama lo dan nggak mau ada orang lain yang bisa bikin hati lo berpaling dari dia. Lo seenaknya mutusin Jake hanya karena dia sayang sama lo. Itu nggak adil buat Jake, Jin. Kalau begitu, harusnya dari awal lo jangan nerima dia. Jangan mainin perasaan dia. Gua ngomong begini bukan buat belain Jake atau nyalahin lo, gua cuma mau ngingetin lo. Ingetin kalian berdua. Karena lo berdua sama-sama temen gua. Gua nggak mau salah satu dari kalian sakit cuma karena keegoisan diri masing-masing."
Yujin langsung diam mendengar perkataan panjang Sunghoon.
Ada benarnya memang.
Perkataan Sunghoon seolah meruntuhkan tembok gengsi yang dibangun setengah mati oleh Yujin untuk Jake.
"Sekarang gua balikin. Kalau lo cinta sama orang, cemburu orang itu deket sama orang lain. Tapi lo malah diputusin karena lo nunjukkin rasa sayang lo itu. Gimana perasaan lo?" tanya Sunghoon lagi.
Tentu saja tidak enak.
Yujin merasa ia pun pasti akan merasa kesal setengah mati apabila diperlakukan seperti itu.
Sial, batin Yujin. Mengapa ia tak berpikiran sampai situ?
Yujin hanya merasa Jake berbuat salah dan pantas untuk mendapat perlakuan seperti tadi tanpa lebih dulu memposisikan dirinya di posisi Jake.
Yujin menghela napas sebelum akhirnya menghembuskannya dengan berat seraya menjawab pertanyaan yang Sunghoon ajukan barusan.
"Jadi, gue harus gimana?"
![](https://img.wattpad.com/cover/330528388-288-k302347.jpg)