6; reincarlove - an earlier year; she's mad

310 113 6
                                    

"Ya Tuhaaaaan! Benar-benar, deh!" rutuk Yujin sembari mengambil tempat duduk di depan Wonyoung dan Sunghoon yang berada di salah satu kantin kampusnya.
 
 

Membuat Sunghoon dan Wonyoung menatap bingung ke arah temannya satu itu.
 
 

"Kenapa, deh? Dateng-dateng lecek amat itu muka?" tanya Wonyoung. "Fisikanya bener-bener susah emang? Gue bilang juga apa! Mending lo ambil Komunikasi saja, nggak bakal deh ketemu Fisika. Lo ambil teknik, sih, jadi ketemu fisika lagi, 'kan?!" sambung Wonyoung.

Yujin merotasikan bola matanya.
"Bukan karena Fisika, Nyo!"

"Terus?"

"Hari ini di kelas ada cowok yang baru kenal sama gue tapi ngejar-ngejar gue mulu! Mana bikin malu di kelas Fisika lagi. Arrghh!" Yujin menarik kedua sisi rambutnya.
 
 

Kesal bila ingat kejadian di kelas sebelumnya. Rasanya ia ingin menjambak rambut pelaku yang sempat membuatnya menjadi pusat perhatian di kelas tadi.
 
 

"Siapa?" tanya Wonyoung heran. Bisa-bisanya baru hari pertama sudah ada yang mengesalkan, begitu pikir Wonyoung.
 
 

"Lo nggak bakal kenal juga kalau gue sebutin namanya," ucap Yujin yang kemudian mencomot makanan dari piring di depan Sunghoon.
 
 

Sunghoon menghela napas. Kemudian ia hembuskan secara kasar. "Kebiasaan banget lo berdua!" serunya kemudian.

Ya, bukan hanya Yujin, sedari tadi Wonyoung juga terus mengambil makanan yang ada di piring Sunghoon. Tidak cuma untuk kali ini saja, keduanya sudah terbiasa seperti itu dari dulu.

Wonyoung tidak mau memesan sendiri karena takut tidak habis. Sementara Yujin tak mau menunggu terlalu lama untuk makan, perutnya sudah terlanjur keroncongan. Baginya, lebih baik Sunghoon yang memesan lagi dan makanan milik Sunghoon untuk dirinya saja.

Ya pada intinya baik Yujin maupun Wonyoung memiliki alasan masing-masing untuk ikut memakan makanan milik Sunghoon.
 
 

"Lo udah dapet kosan, Hoon?" tanya Yujin kemudian.
 
 

Tak seperti mahasiswa baru lain yang mencari kos jauh-jauh hari sebelum perkuliahan dimulai, Sunghoon justru baru berniat untuk mencarinya sekarang.

Well, Sunghoon tak ingin asal memilih tempat tinggal. Ia butuh rekomendasi dari orang yang dikenalnya. Dan niatnya, ia ingin mendapat rekomendasi dari teman satu jurusannya, kakak tingkat atau siapapun yang ada di kampus ini.
 
 

"Belum," jawab Sunghoon kemudian. "Rencananya abis ini mau nyari."

"Ke?"

"Paling coba deket-deket sini dulu."

"Kenapa musti ngekos, sih, Hoon?" tanya Wonyoung yang lebih mirip dengan sebuah penentangan.

"Ya biar mandiri aja. Masa gue nebeng sama orangtua mulu," jawab Sunghoon memberi alasan.
 
 

Sebetulnya ada alasan lain. Namun, Sunghoon merasa ia tak perlu mengatakannya. Setidaknya tidak saat ini.
 
 

"Jangan jauh jauh tapi kosannya, Hoon. Terus kalau bisa yang bersih, soalnya-"
 
 
 

"Weh ada yang nyari kosan, nih?" ucap seorang yang tiba-tiba datang dan duduk di samping Yujin.

Membuat Sunghoon, Wonyoung, dan Yujin kompak menoleh ke arah sumber suara.
 
 
"Hai, Yujin!" sapanya tatkala mata Yujin bertemu dengan matanya.
 
 
"Ngapain lo, di sini?"

"Ngapain lagi? Ya makan dong, Yujin. Masa nandur? Sawah kali, ah."

Yujin berdecak. Sementara Wonyoung dan Sunghoon malah tertawa.

"Iya, nih, Jake. Sunghoon lagi nyari kosan," ucap Wonyoung kemudian.

"Loh? Lo kenal dia, Nyo?" tanya Yujin sembari menunjuk Jake dengan sebuah ibu jari yang diarahkan ke samping kiri.

"Yang kemaren lo tabrak di tengah jalan, Jin, inget nggak?"

Yujin kembali menoleh ke samping. Diamatinya wajah Jake dengan saksama. 'Pantes aja muka nih anak familiar!' Batinnya kemudian.

"Hai, Yujin!" ucap Jake lagi sembari tersenyum dan melambaikan tangan ketika Yujin menoleh ke arahnya. Membuat Yujin langsung mengalihkan wajahnya ke arah lain.

"Ada rekomendasi nggak, Jake?" tanya Wonyoung kemudian.

"Tempat gue. Masih ada kamar kosong. Kalau lo mau, sih."

"Boleh tuh. Deket kampus?" tanya Sunghoon kali ini.

Jake mengangguk.

"Sepuluh sampe lima belas menitan kalau jalan kaki mah. Kalau naik motor atau mobil ya paling lima menit."

"Bersih nggak Jake tempatnya?" tanya Wonyoung lagi.

"Bersihlah. Eh, tapi ini khusus cowok, Nyo, bukan campuran," timpal Jake lagi.

"Yee siapa juga yang mau ikut ngekos di situ? Sunghoon tuh kulitnya sensitif, gampang merah-merah kulitnya kalau di tempat yang kotor," ucap Wonyoung menjelaskan.

"Yaelah, Nyo," desis Sunghoon.

"Lemah amat bos???" Ledek Jake yang langsung dibalas acungan satu jari tengah oleh Sunghoon. Jake tertawa melihatnya. Sunghoon sesuai ekspektasinya. Mudah terpancing emosi.

"Kalau mau, sekarang tengokin tempat dulu aja. Gimana?" tawar Jake kemudian.

"Bolehlah. Yok!" ucap Sunghoon yang langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Hoon, ikut!" seru Wonyoung yang turut berdiri.

"Yujin nggak mau ikut, nih??" tanya Jake sembari melemparkan senyum termanisnya lagi. Berharap pesonanya bisa sampai kepada Yujin, meski sepertinya sulit.

"Enggak!" sahut Yujin cepat. Ia kemudian memegang tangan Wonyoung "Nyo, lo temenin gue di sini!" sambungnya seraya menarik Wonyoung agar duduk kembali.

"Ya elah, Jin???? Mau ikut ngelihat kosan Sunghoon..."

"Heh, itu kosan cowok tahu, cewek nggak boleh ke sana."

"Hah masa, sih?" tanya Wonyoung tak percaya. Ia kemudian menoleh ke arah Jake yang tengah bersiap untuk pergi. "Emang iya, Jake?"

Jake menganggukkan kepala.

"Tapi kalau Yujin mau ikut bo-"

"Nggak!"

blessed-cursed; shimyudingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang