41; fate

324 74 15
                                    

Yujin pernah membaca sebuah pepatah kuno, kira-kira bunyinya begini:

 
 

Even simply brushing clothes with someone is fate.
 
 

yang kira-kira artinya, setiap interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain itu bukan dan tidak pernah suatu kebetulan. Bahkan dengan orang asing sekalipun. Karena interaksi atau ketetapan yang dialami manusia di masa ini adalah hasil dari sesuatu yang telah terjadi di kehidupan sebelumnya. Di mana takdir mereka tetap terikat dan terkait meski sudah berada di kehidupan yang berbeda masa.

Makanya, kalau satu takdir di masa lalu saja bisa membuat satu interaksi kecil yang sering sekali dianggap sepele di masa kini, bayangkan dengan takdir yang dianggap sangat penting dalam kehidupan sekarang, seperti bertemu dengan pasangan yang sudah ditetapkan misalnya. Bayangkan berapa banyak takdir di masa lalu yang telah terjadi sehingga bisa membuat manusia di masa sekarang bertemu dengan pasangannya.
 
   

Singkatnya, tidak ada yang namanya kebetulan. Semua memang sudah dituliskan jalan ceritanya. Termasuk dalam hal bertemu dengan pasangan.

Meski tidak begitu yakin dengan kehidupan di masa lalu, untuk takdir satu itu, Yujin percaya.

Pun dengan pertemuannya dengan Jake, yang telah menjadi pasangannya. Serta Eunchae yang menjadi perantara bagi dirinya mengetahui apa yang seharusnya tidak ia lakukan.
 
 
 
Ragu, sudah pasti.
 
 

Sialnya keraguan itu membuat isi kepalanya justru menjadi penuh.

Ragu membuatnya mengingat apa yang akhir-akhir ini terjadi padanya.

Seperti...
 
 
 

"Argh, sialan!" ucap Yujin ketika dadanya lagi-lagi terasa nyeri.
 
 

Lebih dari sekali ia pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaannya. Tak hanya di satu tempat, Yujin mencoba pergi ke beberapa rumah sakit untuk memastikan keadaannya tatkala dokter mengatakan ia baik-baik saja dan tak sedang mengidap penyakit apapun.

Awalnya Yujin memang mencoba untuk mengabaikan. Namun, frekuensi rasa nyeri yang semakin menjadi membuatnya jadi kepikiran sendiri.

Kepikiran akan keadaannya. Kepikiran akan perkataan yang Eunchae katakan pada dirinya.
 
 

"Apa yang dibilang Eunchae itu bener, ya?" tanya Yujin pada dirinya sendiri. "Tapi kalau-"
 
 

Drrrrrrtttttt
   
   
 

Yujin membuka ponselnya yang bergetar. Layarnya menyala, menampilkan sebuah panggilan suara dari Jake. Dengan cepat, ia geser icon berwarna hijau dan langsung menempelkan benda tipis persegi panjang tersebut ke telinga.
 
 
 
 
 
"Hal-"
 
 

"Beb! Lihat ke sebrang!"
 
 

Yujin langsung mengangkat wajahnya dan melihat ke seberang sesuai perintah yang Jake ucapkan.

Keningnya mengerut heran ketika melihat Jake berada di seberang.
 
 

"Katanya nggak bisa jemput?"
 
 

Ya, Jake mengatakan kalau hari ini ia diajak untuk pergi ke lapangan, memeriksa kabel jaringan di beberapa cabang bersama Supervisornya. Di mana Jake bilang, kegiatan itu bisa sampai sore dan Jake khawatir ia akan pulang terlambat.

Maka dari itu, Jake sempat mengatakan pula pada Yujin agar kekasihnya itu pulang sendiri hari ini karena ia tidak bisa menjemput.
 
 

"Ternyata kerjaan lebih cepet selesai, beb. Jadi gua bisa jemput lo. Terus kita bisa pacaran dulu!" ucap Jake tersenyum lebar.

Saking lebarnya, Yujin bahkan bisa melihat itu dengan jelas.

"Nggak bisa. Gua mau ngerjain laporan magang," jawab Yujin.
 
   

Wajar, ini adalah minggu-minggu terakhir kegiatan magang. Yujin merasa ia harus menyicil laporannya sebelum masa magangnya benar-benar berakhir.

Yujin tidak ingin menumpuk tugasnya dan menyelesaikan dengan sistem kebut semalam yang biasa dilakukan teman-temannya.
 
 

"Ya udah gua ikut ngerjain laporan."

Yujin berdecak. Ia merasa tak yakin. Mengingat Jake dengan segala tingkah ajaibnya, bisa saja rencana Yujin malah buyar. Namun, ia juga tak mungkin melarang Jake bila sudah berkata demikian, ikut mengerjakan laporan.
 
 

"Ikut-ikutan aja lo!" seru Yujin membuat tawa Jake terdengar di seberang sambungan. "Ya udah lo tunggu. Gue nyebrang dulu," ucap Yujin kemudian.

"Oke, beb!"
 
 
 
 
 
 
Setelah sambungan dengan Jake terputus, Yujin langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas. Akan sangat bahaya bila ia menenteng gawaynya begitu saja.

Takut mengundang jambret atau copet yang biasa mencuri sambil berkendara sehingga mereka susah dikejar.

Dilihatnya kanan dan kiri sebelum Yujin mulai melangkahkan kaki untuk menyebrang. Meski lampu lalu lintas masih bewarna merah, Yujin tetap merasa harus melakukannya.

Setelah dirasa aman Yujin mulai melangkahkan kaki untuk menyebrang. Bisa ia lihat Jake yang tengah melambai-lambaikan tangan ke arahnya.

Tak lupa senyum lebar dengan raut wajah penuh antusias. Seolah mereka sudah lama tak bertemu, padahal pagi tadi saja, ia yang mengantar Yujin ke kantor.

Kalau dulu Yujin selalu merasa jengah melihat ekspresi yang Jake tunjukkan tiap kali melihat dirinya.

Kini tidak lagi.

Tak jarang Yujin malah ikut tersenyum karenanya.

Hm, mengingat itu kadang membuat Yujin tak percaya dengan dirinya sendiri. Laki-laki yang dulu mati-matian ia tolak dan hindari, kini leluasa mengklaim dirinya sebagai kekasih hati.
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

"Yujin AWAAAAAAS!!!"
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

   
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Bersamaan dengan keterkejutan Yujin ketika mendengar Jake meneriakkan namanya, sebuah mobil yang seharusnya berhenti, melaju dengan sangat kencang hingga menghempaskan tubuh Yujin jauh dari tempat ia berdiri sebelumnya.

Semuanya terlalu cepat.

Terjadi begitu saja.

Sebelum Yujin bahkan mampu untuk memproses apa yang baru saja terjadi, pandangan matanya perlahan gelap.

Matanya perlahan menutup.

Samar-samar, bisa ia dengar suara Jake yang terus memanggil namanya, mulai mendekat.

blessed-cursed; shimyudingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang