Yujin mengerjapkan kedua matanya ketika ponsel yang berada di atas meja nakas samping tempat tidur, berdering cukup kencang.
Ah, dia lupa mematikan ponselnya sebelum tidur tadi.
Dilihatnya layar ponsel yang menampilkan Shim Jake sebagai pemanggil. Kening Yujin mengerut, merasa heran dengan tingkah laku laki-laki ajaib yang tidak pernah berhenti mengejarnya tersebut.
"Ngapain nih orang nelpon jam 2 pagi??" Gerutunya, namun tetap menerima panggilan tersebut.
"Halo kenap-"
"..."
"Iya, gue sendiri. Ini siapa ya?"
Yujin langsung menjauhkan ponselnya untuk kembali melihat id si pemanggil.
"Bener si Jake kok!" Gumamnya dan kemudian menempelkan lagi ponsel pintar tersebut di dekat daun telinga.
"..."
"Hah? Oke gue ke sana sekarang!"
༶•┈┈⛧┈♛♡♛┈⛧┈┈•༶
Yujin menghembuskan napas kasar.Yujin ditelpon jam dua dini hari karena oknum yang sedang tidak sadarkan diri di depannya ini, mengatur speed dial nomor satu di ponsel dengan menggunakan nomornya.
Padahal nomor darurat itu harusnya macam 112 atau 911, bukan?
Well, tidak ingin berlama-lama di tempat yang sangat ia hindari untuk didatangi, Yujin berniat ingin langsung mengajak Jake, ya oknum tersebut adalah Jake, untuk segera pulang.
Sayangnya, agak sulit untuk mengatur Jake yang saat ini tengah dalam keadaan duduk di salah satu bangku sambil sesekali mengigau dengan racauan tak jelas.
"Kenapa lo tolak gua lagi, sih, Ya Tuhan, Ahn Yujin...."
"Kurang apa gua???"
"Apa lo nggak bisa lihat usaha gua selama 3 tahun ini??"
"Sssstttt!" Yujin mendesis sambil menutup mulut Jake yang mengeluarkan bau alkohol. Ia merasa tak enak hati dengan salah satu waitres yang tengah berada di depannya tersebut.
Biar begitu, Yujin sangat paham. Ia tahu betul alasan yang membuat Jake seperti ini.
Hari ini, tepatnya setelah mata kuliah Sistem Mikroprosessor. Jake kembali menyatakan cintanya pada Yujin untuk kesekian kalinya.
Dan seperti biasa. Yujin masih menjawab dengan kata tidak. Yujin menolaknya.
Karena seperti yang Yujin pernah katakan pada Jake beberapa waktu lalu, ia baru benar-benar akan menerima pernyataan cinta Jake padanya ketika ia merasakan hal yang sama seperti yang Jake rasakan.
Di mana sampai dengan hari ini, Yujin masih belum memiliki perasaan itu.
Jujur, Yujin sebenarnya merasa heran dengan Jake yang tidak pernah kapok mendekati dan mendapatkan penolakan darinya.Apa harus pacaran? Begitu pikir Yujin.
Apa berteman saja tidak bisa?
Sekali lagi, bukan karena Yujin tidak punya hati dengan selalu menolak pernyataan cinta Jake selama ini.
Justru sebaliknya, karena Yujin masih punya hati. Yujin tidak mau menerima Jake hanya karena sekadar rasa kasihan. Karena masih punya hati, ia tidak mau mempermainkan Jake dengan menerima Jake tanpa dasar rasa yang sama seperti yang Jake rasakan padanya. Pun Yujin yang sudah berusaha membuka hatinya untuk Jake selama tiga bulan belakangan ini.