Sebulan berlalu sejak insiden yang dialami oleh Yujin.
Semuanya sudah kembali normal. Keributan yang disebabkan oleh Jake di salah satu klub, dengan Juno, tidak diperpanjang. Selain karena uang ganti rugi yang Sunghoon bayarkan, juga karena ancaman Sunghoon kepada pemilik klub serta Juno dan kawan-kawan.
Hal itu disetujui oleh Yujin yang merupakan korban dari Juno. Sebagai ganti, Juno tak boleh membawa perihal keributan yang dimulai oleh Jake ke pihak yang berwajib. Ditambah ia tidak boleh menampakkan diri di depan Yujin. Kalau tidak, Yujin akan melaporkan hal tersebut dengan Jake sebagai saksi mata. Ditambah ada bukti CCTV di tempat kejadian, tepatnya di lorong menuju ruangan tersebut.
Setelah absen beberapa hari, Yujin dan Jake memutuskan kembali masuk kuliah. Selain karena batas absen yang berbanding lurus dengan boleh tidaknya mengikuti ujian akhir semester, juga karena keduanya yang sama-sama ambis dalam hal akademik.
Dan ya, semenjak hari itu, ada perubahan dalam hubungan yang Jake dan Yujin jalani.
Kalau dulu Yujin akan selalu meminta Jake agar menjaga jarak dan jauh-jauh darinya, sekarang tidak lagi.
Yujin membiarkan Jake mendekatinya. Yujin membiarkan Jake dengan segala usahanya.
Toh, itu membuatnya merasa lebih aman. Karena jujur saja, peristiwa yang ia alami dengan Juno membuatnya sedikit trauma ketika sendiri.
Bahkan, tiap kali Yujin harus pergi ke suatu tempat dan teman-temannya tidak bisa menemani, Yujin pasti akan langsung meminta pertolongan pada Jake agar pergi bersamanya.
Dan Jake tentu saja dengan senang hati mengiyakan, meski tak jarang sebagai gantinya ia harus titip absen.
"Jin?""Hn?" sahut Yujin sembari sibuk mengkonversikan tugas yang baru saja digarapnya ke dalam format lain yang diminta oleh Sang Dosen mata kuliah.
"Minta nomor bokap lo dong!"
Dan Jake, tentu saja selalu bersamanya. Dengan posisi duduk yang saling berhadapan, keduanya sedang berada di salah satu bangku di kantin kampus. Yujin sibuk mencicil tugas makalahnya dan Jake sibuk memandangi Yujin yang tengah serius dengan pekerjaannya.
"Buat apaan?" tanya Yujin yang langsung menghentikan pergerakan tangannya dan mendongak menatap Jake dengan pandangan bertanya.
"Buat minta ijin ngelamar anak gadisnya nih," ucap Jake sembari senyum penuh maksud terselubung. Berniat menebarkan pesonanya pada Yujin.
"Nggak usah macem-macem! Lulus aja belum, sok-sokan pengen ngelamar gue!" timpal Yujin yang kembali melanjutkan kegiatannya. File yang ia simpan sudah ia pindahkan ke dalam flash drive. Setelahnya, ia matikan laptop yang sedari tadi ia gunakan. Lalu memasukkannya ke dalam tas laptop kecil yang selalu ia jinjing.
"Mau kemana, Jin?" tanya Jake ketika Yujin beranjak dari tempat duduknya.
"Ke kelas. Sepuluh menit lagi mulai. Gimana deh lo? Jangan bilang lupa???"
"Eh masa, sih?" Jake balik bertanya. "Gara-gara lo, nih." Lanjutnya seraya ikut beranjak dari duduknya.
"Lah kenapa jadi gue?"
"Otak gue isinya lo mulu hahahha."
Jake terkekeh. Yujin berdecih tak habis pikir.
"Bodo amat!" ucapnya yang kemudian pergi meninggalkan Jake yang tentu saja langsung menyusul Yujin dan mensejajarkan langkah keduanya.
Sementara itu, tak jauh dari tempat duduk mereka tadi, ada dua mahasiswi junior yang terus memperhatikan keduanya dari jauh.