Apollo lari mendekat, Daphne lari menjauh. Dan terus seperti itu setiap waktu.
"Tunggu," kata Apollo, "wahai Daphne putri dari Peneus, aku bukan seorang penjahat. Jangan takut padaku seperti domba takut pada srigala atau merpati kepada elang. Demi cinta aku mengejar dirimu. Kau membuatku menderita, takut kau jatuh dan menyakiti dirimu dan akulah yang harus disalahkan. Berlarilah lebih lambat dan aku akan mengikutimu dengan lambat.
Aku adalah putra Jupiter dan aku adalah tuan dari Delphos dan Tenedos, dan mengetahui semua hal, masa kini dan masa depan.
Aku adalah Dewa nyanyian dan lyre. Panahku mengenai sasaran, tetapi, sial! Panah yang lebih dahsyat dari panahku menghujam ke hati!
Aku adalah Dewa obat-obatan, dan mengetahui semua tanaman penyembuh. Sial! Aku menderita penyakit yang tidak ada obat yang dapat menyembuhkan!
Aku jatuh cinta. Jatuh cinta pada dirimu!"
Daphne tak mempedulikan perkataan Apollo. Daphne terus berlari menghindar. Bahkan ketika berlari dalam ketakutan, Daphne tetap memikat Apollo.
Angin meniup selendang bajunya, dan membuat rambutnya tergerai ke belakang.
Pengejaran semakin sengit. Daphne mulai merasa tenaga mulai pergi dari tubuhnya sementara Apollo semakin mendekat.
Dengan sisa tenaga dan waktu dalam lautan keletihan, Daphne memanggil ayahnya, Peneus, Dewa Sungai.
"Tolonglah aku, Peneus! Buka tanah ini dan tutupi aku, atau ganti bentuk tubuh dan mukaku yang telah membuatku jatuh dalam keadaan yang membahayakan diriku saat ini!"
Dengan sangat ketakutan Daphne berbicara, seketika juga kekakuan mulai merambat ke seluruh bagian tubuhnya. Dadanya mulai tertutup kulit kayu lunak, rambutnya menjadi dedaunan, lengannya menjadi cabang-cabang, kakinya terbenam ke bumi dan menjadi akar, mukanya menjadi bagian batang pohon yang paling atas, menghilangkan semua yang dimilikinya kecuali kecantikannya.
Apollo terkejut. Dia menyentuh batang pohon dan merasakan daging yang masih bergetar di bawah kulit pohon yang masih baru.
Apollo memeluk cabang-cabangnya dan mendaratkan banyak ciuman ke batang kayu.
"Karena kau tidak dapat menjadi istriku," katanya, "kau tetap akan menjadi pohonku. Aku akan mengenakan kau sebagai mahkotaku."
Saat itu, Daphne berubah menjadi pohon Laurel (Salam).
༶•┈┈⛧┈♛♡♛┈⛧┈┈•༶
Hari ini seharusnya adalah jadwal Eros untuk menemui Psikhe, kekasihnya.
Tapi, hal itu diurungkannya dan Eros lebih memilih mendatangi ayahnya, Ares, Sang Dewa Perang, untuk memohon bantuannya.
Eros menyampaikan penyesalannya dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus rasa sesal itu.
"Sekarang kau tahu, ‘kan bagaimana kedahsyatan panahmu sendiri?" tanya Ares.
Eros menundukan kepala.
Sebenarnya Ares tidak terlalu mempedulikan soal kisah cinta Dewa Dewi manapun.Namun tidak kali ini. Karena ini adalah permintaan putranya sendiri, Eros. Ares akhirnya memberikan satu hal pada Eros untuk menekan rasa bersalah Sang Putra.
"Akan kubuat Apollo dan Daphne bereinkarnasi menjadi manusia bumi. Karena panahmu, mereka tidak akan pernah bisa bersama selamanya. Namun, mereka akan terus terlahir kembali dan mengulang kisah yang sama.
Sampai masing-masing atau salah satu dari mereka berhenti dan menyerah dengan egonya.
Kita akan lihat, apakah kekuatan cinta Apollo yang menang ataukah kebencian Daphne yang terus menang."
Eros kembali menundukan kepalanya.
Ini memang bukan solusi yang terbaik. Tapi setidaknya ini bisa menjadi kesempatan untuk Apollo dan Daphne untuk memiliki kisah yang lebih baik.Ya, Eros harap begitu.