"Lihat aja lo! Kali ini Yujin pasti bakal lebih percaya sama gua!" seru Jake yang kemudian langsung bergegas pergi dan hendak ke tempat Yujin setelah melayangkan satu pukulan mentahnya kepada Jaechan untuk yang kedua kali hari ini.
Peduli setan dengan niatannya yang ingin mundur dan membiarkan Yujin dekat dengan Jaechan. Karena nyatanya Jaechan ternyata tidak sebaik yang ia kira sampai Yujin membelanya tadi.Jake yakin, Yujin akan sangat kecewa mengetahui orang yang dianggapnya baik ternyata malah sebaliknya.
Ya, Jake benar-benar berniat mengadukan Jaechan pada Yujin atas perbuatan buruk yang baru saja Jaechan lakukan.
Begitu sampai di depan kos yang Yujin tempati, Jake langsung turun dari mobilnya.Terlihat ada sosok lain yang tengah berbincang-bincang dengan Yujin di luar rumah.
Itu adalah Sunoo.
Jake mengenalnya karena Sunoo adalah teman satu jurusan mereka yang kebetulan kantor tempat ia magang berada di sebelah kantor Yujin.
Dan ya, Sunoo juga kos di sekitaran daerah ini. Ia dan Yujin sempat berpapasan dengan Sunoo ketika laki-laki itu hendak mencari makan malam.
"Jin!" Panggil Jake kemudian.
Membuat Yujin dan Sunoo kompak menoleh.
"Eh, Jake!" sapa Sunoo yang ditanggapi oleh Jake dengan sebuah anggukan kecil. Bisa ia lihat tangan Sunoo memegang map yang mungkin berisi lembaran kertas yang berhubungan dengan hal per-magang-an.
"Ya udah gitu aja ya, Jin! Sekali lagi makasih filenya!" ucap Sunoo pada Yujin. "Gua balik."
"Oke! Hati-hati Nu."
"Sip!"
Keduanya, Jake dan Yujin, mengamati kepergian Sunoo. Setelah punggung laki-laki itu tak lagi terlihat, barulah Yujin menoleh ke arah Jake sembari bersidekap.
"Katanya nggak mau nemuin gue lagi?" sindir Yujin.
Bisa Yujin lihat penampilan Jake yang sedikit kacau. Ada bau alkohol memang, hanya saja tidak terlalu kuat.
Rambut yang acak-acakan, wajah dengan bagian bawah mata yang agak sembab. Pun pakaiannya yang sedikit berantakan. Dan itu adalah pakaian yang sama yang Jake kenakan hari ini.
Yujin tebak, Jake belum sempat pulang ke kosannya.
Ah dan soal sindiran yang Yujin lontarkan, Yujin mengatakan demikian karena ia sempat melihat status terakhir yang Jake unggah.
Di mana di situ tertulis sebuah kalimat berbahasa Inggris yang berbunyi, 'never going to meet you again.'
Awalnya Yujin tidak mau peduli. Ia masih merasa kalau Jake salah dan pantas mendapatkan perlakuan menyebalkan dari dirinya. Hingga ketika Sunghoon menasehatinya tadi.
Timbul rasa simpati dan rasa bersalah di saat yang bersamaan. Karena hal itu, Yujin bahkan berniat untuk menghubungi Jake.
Namun, niatannya tertunda karena Sunoo yang tiba-tiba menghubunginya dan meminta format laporan kosong yang Yujin miliki.
"Lo kenapa?" tanya Yujin ketika Jake tak kunjung menjawab dan malah meletakkan kedua tangannya di bahu Yujin.
Menatapnya dengan mata kemerahan.
"Ada yang mau gua omongin sama lo," ucap Jake kemudian dengan tangan yang terulur turun lalu menggandeng tangan Yujin dan menariknya agar duduk terlebih dahulu di salah satu bangku yang ada.
Jujur, Yujin merasa bingung dengan tindakan Jake. Namun, ia biarkan Jake melakukan apapun yang mau dilakukannya.
Maksudnya, Yujin ingin tahu dulu apa maksud Jake.
"Ada yang harus lo tahu, Jin!" ucap Jake lagi.
"Tahu apaan?" tanya Yujin penasaran. Gelagat Jake benar-benar membuatnya bingung sekaligus penasaran.
Jake mengambil satu tangan Yujin untuk ia genggam dengan kedua tangannya. Lalu ia usap-usap sembari melemparkan pandangan iba kepada Yujin.
"Lo harus kuat, Jin!" ucap Jake lagi.
Yujin berdecak. Kemudian merotasikan bola matanya malas."Iya kenapa emang? Kenapa gue harus kuat?" tanya Yujin sedikit emosi karena Jake tak langsung to the point.
"Ini soal Jaechan."
"Jaechan? Kenapa sama Jaechan?" tanya Yujin bingung.
Merasa heran dengan Jake yang membawa-bawa nama Jaechan. Bukannya ia kesal dengan Jaechan? Kenapa malah membahasnya? Begitu pikir Yujin.
Aneh.
"Gue lihat dia tadi di bar."
"Lo ke bar lagi?" tanya Yujin. Sebenarnya Yujin sudah tahu, hanya saja ia ingin memastikan langsung dari mulut Jake sendiri.
"Iya-"
"Ck! Pantes bau alkohol!" decak Yujin. "Lo tuh harus berapa kali dibilangin sih biar ngerti? Lo itu-"
"Bukan itu masalahnya sekarang, Ahn Yujin!" Potong Jake membuat Yujin langsung diam seketika. Mendengar namanya disebut secara lengkap seperti itu oleh Jake mampu membuatnya merasa gugup.
"Ya terus apa? Ngomong langsung kenapa, sih? Berbelit-belit banget," sahut Yujin setelah berhasil menutupi kegugupan yang ia rasakan.
Tak lupa ia lepaskan pegangan tangan Jake yang terus menggenggam tangannya. Yujin merasa sebal karena melihat Jake seperti marah padanya barusan.
"Gue lihat dia sama orang lain di bar,” ucap Jake kemudian.
Yujin menaikkan satu alisnya.
"Terus?"
Yujin tak habis pikir. Apa ini hal yang harus Jake beritahu? Kalau iya, untuk apa? Kenapa ia harus tahu soal Jaechan yang pergi ke bar dengan orang lain?
"Lo nggak cemburu?" tanya Jake sekali lagi.
"Hah? Buat apa? Dia jalan sama temennya, ‘kan, urusan dia." timpal Yujin.
"He kissed a boy, Jin!" ucap Jake kemudian.
"O... kay? And then?" tanya Yujin sembari melipat bibirnya. Berusaha menahan tawa agar tidak pecah. Ia baru paham kenapa Jake bisa sepanik ini.
Jake sendiri malah bingung dengan tanggapan Yujin yang tak sesuai ekspektasinya.
'Apa jangan-jangan Yujin nggak percaya?' Batin Jake bertanya-tanya pada dirinya sendiri. 'Iya pasti gara-gara itu! Ah sial harusnya gua fotoin tadi!'
"Gua emang nggak punya bukti. Tapi gua berani bersumpah gua ngelihat mereka dengan mata kepala gua sendiri!" ucap Jake yang akhirnya malah membuat tawa Yujin akhirnya pecah.
Yujin terus tertawa dengan gelinya sampai-sampai ia memegangi perut sambil memukul-mukul pahanya sendiri.
Ya, bagi Yujin selucu itu.
"Jin?"
Yujin tak mempedulikan panggilan Jake dan tetap tertawa.
"Ahn Yujin! Sadar!" ucap Jake kemudian sembari menangkup wajah Yujin dengan kedua tangannya.
Yujin melipat bibirnya lagi dan mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri supaya berhenti tertawa. Ia balik menangkupkan wajah Jake dengan kedua tangannya. Kemudian menempelkan keningnya dengan milik Jake.
"You know what, Jake?" tanya Yujin.
"Hah?" tanya Jake bingung.
"HAHAHAHA!"
Bukannya menjelaskan, Yujin malah kembali tertawa.