Saat ini jam sudah menunjukkan pukul dua siang dan pekerjaan yang dilimpahkan pada Jaechan dan Yujin, yang diminta untuk ke kantor cabang, sudah selesai.
Hal itu membuat Jaechan dan Yujin menjadi bimbang.
Haruskah mereka kembali ke kantor dan menunggu jam pulang?
Atau memilih pulang mengingat perjalanan dari kantor cabang ke kantor pusat memakan waktu satu jam.
Beruntung, keduanya mempunyai orang dalam yang bisa dimintai pendapat. Dan ya, orang tersebut adalah Seoham, kekasih Jaechan.
Jaechan sengaja menelpon Seoham dan menanyakan perihal kebimbangannya. Dan Seoham mengatakan mereka boleh langsung pulang karena sudah tidak ada lagi pekerjaan di kantor pusat.
"Jin?" panggil Jaechan pada Yujin yang tengah menikmati Hazelnut Latte di tangannya.
Ya, keduanya memutuskan untuk mampir sebentar di salah satu coffeeshop.
"Hn?" sahut Yujin yang langsung mendongak. Ia baru saja mengirimi pesan untuk Jake supaya tidak menjemputnya hari ini karena ia pulang lebih awal.
"Lo mau tahu nggak kenapa gue bisa pacaran sama Pak Seoham?" tanya Jaechan membuat Yujin menoleh ke arahnya dengan pandangan tidak percaya.
Tidak percaya dengan pertanyaan Jaechan.
Maksudnya, bagaimana mungkin Yujin bisa tahu? Kenal saja baru semenjak ia magang. Bisa-bisanya Jaechan bertanya seperti itu padanya??
Begitu kira-kira arti pandangan Yujin pada Jaechan saat ini.
"Nggak. Gue nggak suka ngurusin urusan orang lain," jawab Yujin membuat Jaechan terkekeh.
Yujin kembali menunduk untuk melihat ponselnya yang baru saja berbunyi dan menampilkan satu pemberitahuan pesan masuk dari Jake yang mengatakan ingin izin supaya bisa pulang cepat juga.
Dan dibalas oleh Yujin dengan satu kalimat ancaman agar Jake tidak macam-macam.
Bukan apa-apa, Yujin tidak mau Jake sampai mendapat masalah di tempat magangnya.
"Ya tapi gue mau ngasih tahu lo, Yujin," ucap Jaechan lagi membuat Yujin kembali mendongak dan menatap ke arahnya.
Yujin mengerutkan kening.
"Mirip Jake lo lama-lama," ucap Yujin. "Suka maksa."
Jaechan terkekeh mendengar ucapan Yujin barusan. Ditambah ekspresi kesal Yujin ketika mengatakan hal tersebut sangat lucu, menurutnya.
"Tapi, serius, Jin. Gue seneng aja akhirnya ada yang tahu hubungan gua sama dia."
Yujin menghela napas kasar. Agaknya ia merasa bersalah ketika Jaechan berkata demikian.
"Ya udah coba ceritain."
Senyum Jaechan melebar sempurna. Ia senang karena berhasil membuat Yujin mau mendengarkan ceritanya. Cerita yang tak pernah ia ceritakan pada siapapun karena akan dianggap gila atau kurang waras.
"Gue sama Pak Seoham itu udah kenal dari lama, dari sebelum gue sama dia official," ucap Jaechan mulai bercerita.
"Pak Seoham itu kating pas gue kuliah. Kita sempet satu PKM. Dan waktu gue sama dia pergi survey buat kebutuhan PKM, kita mampir ke salah booth di event Jakarta Fair. Dan lo tahu itu booth apa?"
Yujin menggelengkan kepalanya.
"Apa emang? Kissing Booth?" tanya Yujin membuat Jaechan merotasikan bola matanya malas. Membuat Yujin tergelak karenanya.
"Bukan itulah, Jin," ucap Jaechan. "Ya kali gue sama dia mampir ke kissing booth???"
"Ya terus apa, Jaechan pacarnya Pak Seoham?" tanya Yujin sengaja. Berniat untuk meledek Jaechan.
"Gue lupa nama persisnya, tapi yang gue inget pasti itu booth dijagain sama cenayang."
Kening Yujin berkerut tatkala mendengar kata cenayang. "Cenayang?" ulang Yujin berniat untuk mengonfirmasi.
Siapa tahu saja Jaechan salah bicara, bukan?
Sialnya, Jaechan malah mengangguk. Di mana artinya, Yujin tidak salah dengar. Ia benar mendengar kata Cenayang keluar dari mulut Jaechan.
"Pas gue sama Pak Seoham masuk ke sana, dia langsung ngebaca gue sama Pak Seoham."
"Baca?"
"Dia bilang, takdir gue sama Pak Seoham sekarang rada berat. Awalnya Pak Seoham bingung sama maksudnya. Sampe dia jelasin lagi secara lebih rinci gimana gue dan Pak Seoham itu adalah reinkarnasi. Dan doi juga ceritain gimana kehidupan gue sama Pak Seoham dulu-"
"Tunggu! Tunggu!" sela Yujin sebelum Jaechan melanjutkan ceritanya. "Lo nggak ngarang hal ini, 'kan?"
"Buat apa juga gue ngarang, Ahn Yujin?"
"Oke, coba lo lanjutin dulu cerita lo," pinta Yujin kemudian.
"Di kehidupan sebelumnya, doi bilang gue sama Pak Seoham itu pasangan."
"Hah?"
"Ekspresi kita berdua waktu itu sama kayak lo sekarang. Kaget," ucap Jaechan lagi.
"Dia bilang gue itu di kehidupan sebelumnya adalah cewek. Dan Pak Seoham itu cowok. Gue sama Pak Seoham emang udah berjodoh dari dulu. Cuma karena di kehidupan sebelumnya gue pernah ngelakuin kesalahan besar, gue jadi dapet hukuman dengan terlahir sebagai laki-laki tapi tetep berjodoh sama Pak Seoham yang juga laki laki."
Yujin mengerjapkan matanya berkali-kali. Apa yang diceritakan Jaechan sangat terdengar mustahil di matanya. Namun, melihat keseriusan Jaechan, rasanya tak mungkin Jaechan berbohong.
"Iya gue tahu itu aneh. Gue sama Pak Seoham juga sempet nggak percaya awalnya."
"Ya, iyalah! Bego namanya kalo lo percaya gitu aja, Chan."
Oh, maafkan celetukan Yujin yang memang seringkali terdengar kasar. Hal itu reflek keluar dari mulutnya.
Jaechan sendiri malah terkekeh. Yujin benar- benar bertingkah seperti dirinya ketika pertama kali mendengar apa yang cenayang tersebut katakan.
"Sampe dia kasih sedikit penglihatan kehidupan gue sama Pak Seoham sebelumnya."
Perkataan Jaechan barusan sukses membuat ekspresi Yujin kembali berubah.
"Kalau lo mau, gue bisa ajak lo buat ketemu sama cenayang itu. Gue masih nyimpen kontaknya."
Yujin mengerutkan keningnya. Namun, sedetik kemudian ia menggeleng.
"Nggak perlu, Chan. Makasih."
Yujin merasa dirinya tidak butuh bertemu Cenayang tersebut.Terlebih bagi Yujin masa lalu biarlah menjadi masa lalu. Ia tak ingin tahu dan tak ingin repot memikirkan hal-hal yang tidak seharusnya ia pikirkan.
Setidaknya untuk saat ini.