Bertahun-tahun bersama, toh nyatanya mereka hanyalah teman tidur biasa. Sama seperti yang lain. Dan Alena mengatakannya tepat saat perempuan itu memutuskan keluar dari tempat kerjanya yang lama.
"Joshi, calon tunanganku mau datang. Aku... kita... maksudku, Joshi... maaf.."
"What the— Le, maksud kamu apa?!"
"Joshi, kita... akhiri aja?"
Joshia meninju kaca mobil di depannya kesal. Ini masih sore saat dia di perjalanan pulang. Tapi lagi-lagi mengingat memori itu secara mendadak membuatnya kesal sendiri. Juga, sakit.
"Joshi, it's my dream! Aku harus kuliah S2 di Kanada! Itu mimpi aku! Kami, kami... bakal kuliah bareng di sana, tinggal di sana ... I should, go, Joshi..."
"Joshi... Joshi... dengerin aku, Joshi! Promise me, you'll always be happy! Joshi, you should find your angel and live happily together!"
Joshia mengingatnya bahkan dengan mata kepala tertutup. Alena mengatakannya dengan bersimbah air mata. Hatinya pecah berkeping-keping saat itu. Bagaimana bisa seorang wanita berani menghancurkan hati Joeshianno Wijanarko? Bagaimana bisa lelaki yang biasa mematahkan hati para wanita, kini malah dipatahkan dalam sekejap? Sehebat apa wanita itu? Joshia murka. Joshia mendendam oleh egonya. Bodoh. Perempuan itu sama saja dengan mainannya yang lain. Tidak ada bedanya. Joshia memperlakukannya terlalu spesial. Berulang kali Joshia menyadarkan dirinya, wanita itu sama saja... Tidak ada harganya! Tapi, kadang hatinya diliputi luka yang mendalam.
Ale, what are you trying to do to me? Bahkan sampai hari ini pun, Joshia masih mengingat sakitnya itu. Saat dia akhirnya memiliki rumah dan alasan untuk pulang. Ternyata tempat itu lagi-lagi hanya lubang kehangatan untuk singgah. Tidak ada yang berbeda. Joshia harus membencinya. Harus. Tapi, mengapa, mengapa perasaan sedih itu ada saat ditinggalkan? Bukankah Joshia berhasil meraup keuntungan darinya? Berhasil mencuri dari perempuan polos itu. Oh, Joshia selalu mengingatnya. Hanyalah Alena, Alena yang berbeda... satu-satunya perempuan baik yang dengan bodohnya masuk dalam perangkapnya. Sisanya... bitch.
Tapi, siapa sangka, perempuan itu jauh lebih licik dari yang Joshia kira. Oh, jadi dia ini hanya alat saja... Bukankah bagi Joshia, Alena juga hanyalah partner benefit? Tidak lebih untuk memuaskan nafsu malamnya. Tapi, ternyata bagi Alena, dirinya juga hanyalah alat untuk menuntaskan rasa penasaran dan sisi gelap perempuan baik itu? Pada akhirnya, dia akan kembali pada laki-laki yang dia impikan. Dan jelas itu bukan Joshia. Seharusnya Joshia mengetahuinya sejak lama. Tapi mengapa saat mendengarnya sendiri dari mulut Alena rasanya sakit.
"Aku nggak bisa hidup selamanya dengan Joshi. Aku... Kamu tahu, kan... Betapa bodoh pun aku, aku masih ingin menjadi istri... laki-laki yang baik. Menikah dengan laki-laki yang diterima orang tuaku. Hidup dengan benar dan damai. Meraih mimpi dan cita-citaku seperti dulu. Papaku nggak menyukai Joshi. Hubunganku sama Joshi udah terlalu toxic. Aku... aku harus berhenti. Aku takut dosa, Kair."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Scars
Literatura FemininaKesalahan terbesar Kallenya Sashmita Wangsa (Alena) di masa lalu adalah, membuang anaknya sendiri. Tahun-tahun berlalu, Alena pikir bisa melupakannya dan tetap hidup bahagia. Tapi, dosa itu terus mengejarnya. Bayang-bayang anaknya yang entah di mana...