Kembali ke tanah air artinya berdamai dengan masa lalu. Berdamai dengan luka yang menganga dalam dada. Bukan tanpa sebab Alena membutuhkan waktu untuk sembuh. Bahkan ribuan purnama pun takkan pernah sanggup menghapus rasa sakitnya. Alena bukan hanya membenci masa lalu yang dia tinggalkan. Tapi juga orang-orang di dalamnya.
Dan menemui mamanya pertama kali setelah sekian lama, Alena berusaha menyunggingkan senyum terbaiknya. Oh, katakan dia anak durhaka. Meski separuh hatinya merindu pada wanita yang melahirkannya ini, tapi sebagian rasa sakitnya masih terasa dulu. Apakah Alena pantas mencintai wanita itu? Saat kenyataan bahwa wanita yang dia panggil ibu itu, pernah memisahkan seorang ibu dengan anaknya. Apakah masih pantas Alena memanggilnya demikian?
"Ale, mama kangen..." bisiknya yang langsung membuat dada Alena membuncah sakit. Tapi dibalasnya pelukan itu meski hambar. I miss you too, Ma? Dan bibirnya seolah terkunci rapat. Kalau saja, kalau saja, itu tidak pernah terjadi... Mungkin sekarang Alena sudah menangis dalam pelukan Nadin, wanita itu. Menatapnya secara langsung begini, hatinya masih ingin berteriak. Nadin, di mana kamu buang anakku? Di mana dia? Sejak hari di mana wanita itu membuang anaknya, Nadin bukan lagi ibunya. Alena sudah bersumpah.
Tapi hari ini ketika melihat Nadin yang mulai keriput dimakan usia. Oh, bukankah Nadin itu tetap mamanya? Nadin tetap yang melahirkannya ke dunia ini?
Ale, maafkan mama...
Untuk semua dosa-dosa mamaAlena berulang kali membaca pesan singkat yang dikirimkan Nadin tiap akhir pekan selama beberapa tahun terakhir di Kanada. Meski tidak pernah dibalasnya.
"Mama berikan anak itu ke panti asuhan!"
"Apa yang Mama lakukan?!" dan meski tangis Alena meraung-raung saat itu, Nadin tidak akan mengembalikan anaknya. "Kembalikan anakku, Ma! Kembalikan! Anakku!"
"Anak itu cuma menghambat mimpi kamu, Ale! Mama buang anak itu! Anak itu cuma akan jadi beban buat hidup kamu dan William! Berterima kasihlah pada Mama karena Mama akan menutup semua dosa kamu di depan William! Jangan sampai William tahu betapa menjijikkannya kamu itu! Dasar nggak tahu diri! Apa kurangnya William, Ale?! Anak nggak tahu diri kamu itu! Jangan sampai kelakuan liar kamu itu menghancurkan semua masa depan yang Mama susun buat kamu!"
Liam melenggang masuk mengacaukan lamunannya pada masa lalu. Senyuman Liam terpatri seperti biasa. "Ma, I miss you..."
"Willi, apa kabar?" Nadin hanya tersenyum tipis.
Dulu, mamanya akan heboh dan kegirangan melihat William, si calon menantu yang diagung-agungkan paling sempurna itu. Entah, sekarang mamanya jauh lebih tenang atau itu hanya kedok untuk mendapat belas kasihan dari William. Alena tidak begitu peduli. Melenggang acuh, dia melarikan diri menuju kamar lamanya. Masih dilihatnya pigura-pigura lamanya jaman kuliah dulu, jaman dia menjadi sarjana, jaman dia diterima di kerjaan pertamanya. Ada seseorang yang selalu di sampingnya. Di saat bahagia dan bahkan terpuruknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Scars
ChickLitKesalahan terbesar Kallenya Sashmita Wangsa (Alena) di masa lalu adalah, membuang anaknya sendiri. Tahun-tahun berlalu, Alena pikir bisa melupakannya dan tetap hidup bahagia. Tapi, dosa itu terus mengejarnya. Bayang-bayang anaknya yang entah di mana...