[33] Come With Me Again

6.4K 545 64
                                        

Kalian nemu cerita ini dari mana gaes?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian nemu cerita ini dari mana gaes?

Seneng nggak update lagi?

Happy reading xiexie

Joshia tidak tahu apa yang membuat harinya belakangan jadi lebih indah. Tapi sejak kemarin malam, tepatnya setelah pulang dari rumah Alena, senyum tidak henti terukir dari bibirnya. Joshia merasa gila hanya dengan melihat tampangnya yang menjijikkan dari kaca spion sepanjang perjalanan pulang. Oh, di mana muka sangarnya? Sungguh menggelikan.

Sampai di rumah pun, Jordan akan mengernyit jijik melihat salah satu sudut bibirnya tertarik ke atas. Dalam pikiran Jordan, pasti dirinya yang mulai stres ini kepalanya baru saja terbentur. Jordan hanya akan mencemooh geli sambil berjalan menjauh.

"Gila ya lo, senyum-senyum sendiri," sindir Jordan lagi malam ini. Sebelah tangannya masih mengangkat gelas air dingin. "Ah, lo pasti lagi kasmaran. Merasa muda lagi, eh?"

"Bacot, nggak ada yang ngomong sama lo!"

Tapi Jordan malah menatapnya penuh minat. "Atau kisah masa muda lo yang penuh intrik akhirnya menemukan titik terang?"

Joshia langsung memicing dengan sebelah alis terangkat. Omongannya persis dengan Alana. Menyebalkan sekali, Joshia merasa tersindir. Ya, masa mudanya memang penuh intrik. Lalu kenapa? Ada masalah?

Joshia sengaja mengeraskan suaranya ke telinga Jordan. "Omongan orang pintar emang nggak berbobot! Alias tolol!"

Jordan mengernyit. "Mana yang lebih tolol? Gue atau elo?"

Mau tak mau Joshia menghempaskan tubuhnya ke samping Jordan. Membuat adiknya tersenyum miring. "Josh, gue mau ke Taman Safari nganterin Jella. Ikut, yuk."

Joshia menatapnya tanpa minat. Seolah bilang, Dan lo pikir gue bakal tertarik?

Jordan berdecak kesal. "Ternyata bener, lo emang tolol! Pinteran dikit, dong! Maksud gue, lo ajak Ossan dan mamanya!" suara Jordan makin lirih. "Jadi gini, bro, sebelum janur kuning benar-benar melengkung, lo masih bisa bergerak... tak... tak!"

Oh, jangan salah. Bakal calon janur kuning itu sudah dia binasakan kemarin. Jadi, artinya... Joshia memandang Jordan yang mengangkat sebelah alis sombong. "Lo pasti suhu! Okay, I got it!" dan dicubitnya pipi Jordan gemas. "Sekarang gue tahu ternyata lo beneran pintar! Nggak sia-sia gue punya adek kayak lo!"

Jordan meringis geli memegangi pipinya. Dan bodoh, mukanya memerah. "Stres! Stres lo, Josh! Shyiiit.." seumur hidup, Jordan yang hidupnya tertata rapi tidak pernah ingin mengumpat begini. Tapi hari ini dia melakukannya. Dan mendengarnya pertama kali dari mulut Jordan, Joshia tertawa puas sekali saat adiknya itu kabur ketakutan.

Renata yang melihat keributan itu hanya mencak-mencak. "Joshi, Joshi! Kamu apakan adik kamu sampai lari begitu?! Heh, Joshi, kalian nggak lagi berantem, kan?! Kalian udah jadi bapak-bapak aja masih begini!"

Rewrite The ScarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang