"Aku udah selesei mandi! Sekarang giliran kamu!"
Joshia melangkah keluar dari kamar mandi. Menyampirkan handuk basahnya ke pundak. Lalu mengambil satu lagi handuk yang kering. Bersiap melemparkannya ke arah Jossan yang sibuk bermain rubik. Malam ini akhirnya mereka akan tidur bersama lagi. Joshia senang bukan main.
"Hei, tangkap!" dan dilemparkannya handuk itu langsung menutup kepala Jossan. Joshia menahan tawa geli.
"Apa, sih, aku kan lagi main!" protes Jossan saat Joshia tertawa puas.
"Hei, taruh dulu mainannya! Mandi, terus kamu baru boleh main lagi!" Joshia merebut rubik itu dari tangan Jossan, "aku bisa mainin ini sampe warnanya sama semua, lho."
Jossan mengernyit tidak percaya. "Mana buktinya?"
"Iya, kamu mandi dulu, baru aku tunjukin," sewot Joshia. Kalau tidak begini, Jossan tidak mandi-mandi juga. Sekarang Joshia tahu betapa repotnya Rina hanya untuk memaksa Jossan mandi tepat waktu. Akhirnya Jossan menurut dan berlari ke kamar mandi.
Joshia tertawa sebelum mengendap keluar menuju kamar Jordan saat kecil dulu. Joshia tahu mainan bekas adiknya saat kecil dulu juga setumpuk rubik dan catur. Dan Joshia menemukannya satu buah yang masih tersegel rapi. Dibawanya kembali ke kamar Jossan. Sialnya, malah berpapasan dengan Rina yang cekikan. Joshia segera menyembunyikan rubik di tangannya.
Rina masih tertawa. "Ahem, Pak Joshi sweet banget, deh. Kalau mau deket-deket Os nggak usah gengsi lah, pake bohong segala. Bilang di kamarnya ada hantu, biar bisa tidur bareng Os? Iya, kan? Hihiii... si Bapak mah, mana ada hantu di kamar Bapak. Kalau ada, ya, hantunya Bapak sendiri, dong... Hihihi..."
Muka Joshia berubah galak. "Rina, nggak usah sok tahu ya!"
"Kita-kita mah udah tahu kali, Pak. Tapi nggak apa-apa banget, Pak, hehe, makasih udah ngurangin tugas saya mandiin Os, lho..."
Dan sebelum Joshia makin meledak, Rina segera kabur sambil memeluk sapunya. Joshia berdecak. Malas ribut. Meski malu setengah mati. Biarin, deh, mereka mau pikir apa. Toh, tidak ada yang salah dengan tidur sama anak sendiri? Beda lagi kalau dia tidur sama istri tetangga. Apanya, sih, yang salah?
Kembali ke kamar Jossan. Pintu kamar mandi sudah berputar. Joshia buru-buru memamerkan rubik di tangan.
"Taraaa! Nih, keren, kan! Aku gitu, loh!"
Jossan mengernyit kagum. "Kok bisa?"
Joshia tersenyum sombong. "Udah dibilangin, kan, aku bisa apa aja. Kayak gini doang kecil," sambil merebut handuk dari tangan Jossan, Joshia buru-buru meraupkannya ke muka Jossan. "Heh, rambutnya keringin dulu, baru main lagi!"
"Ajarin aku caranya, Pa..." Jossan mendongak. Joshia langsung berdesir mendengarnya. Tidak pernah hatinya mendadak setenang dan sedamai ini. Menahan senyumnya, Joshia menepuk bahu Jossan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Scars
أدب نسائيKesalahan terbesar Kallenya Sashmita Wangsa (Alena) di masa lalu adalah, membuang anaknya sendiri. Tahun-tahun berlalu, Alena pikir bisa melupakannya dan tetap hidup bahagia. Tapi, dosa itu terus mengejarnya. Bayang-bayang anaknya yang entah di mana...