Kesalahan terbesar Kallenya Sashmita Wangsa (Alena) di masa lalu adalah, membuang anaknya sendiri. Tahun-tahun berlalu, Alena pikir bisa melupakannya dan tetap hidup bahagia. Tapi, dosa itu terus mengejarnya. Bayang-bayang anaknya yang entah di mana...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalau ada yang lebih menyebalkan selain terjebak di kebun binatang, hal yang tidak kalah menyebalkan lainnya bagi Joshia adalah di hari selanjutnya berada di Dunia Fantasi khusus wahana permainan anak. Bukan permainan anak juga, sih, sebenarnya. Tapi kalau semacam komedi putar dan biang lala apa, dong, namanya? Dan melihat sejak tadi Jordan bolak-balik menaiki komedi putar hanya demi Jella membuat jiwa mengejek Joshia berkibar.
"Josh," senggol Jordan pada akhirnya, "bumper car, yuk!"
"Geser, ya, otak lo? Ck, orang pintar emang suka ngelakuin hal tolol!" ejek Joshia. Tapi Jordan kelihatan asyik-asyik saja menikmati wahana permainan di sekitar. Ini, mah, bukan anaknya saja yang mau. Orang tuanya juga ikut bersenang-senang. "Masa kecil lo kurang bahagia, kan, Jor? Ck, bilang aja!"
"Ossan pengen, tuh."
Joshia mengirimkan tatapan malas. "Jadi, maksud lo gue harus naik juga gitu?"
"Ya menurut lo, Os bisa naik sendiri gitu?" Jordan berdecak menyerahkan tiket di tangannya. "Nyenengin anak itu pahala, Josh. Gue sama Jella, lo sama Ossan. Ayo!"
Joshia melempar lagi tiket di tangannya. "Norak banget, deh, main ginian! Di pasar malem juga ada! Kampungan lo!"
Jordan berdecak. "Bilang aja kalau lo nggak bisa main. Ya udah, percuma gue debat sama lo. Kalau gitu... Os, bertiga aja sama Uncle! Soalnya Papa nggak bisa..." tapi sebelum Jordan benar-benar pergi, Joshia sudah menarik tangannya dengan senyum sok manis.
Joshia buru-buru merangkul leher Jordan. "Oke, dua lawan dua. Lo sama Jella. Gue sama Ossan. Deal?" Jordan menghela napas dan menyerahkan kembali tiket milik Joshia. "Gitu, dong! Ayo, Os, kita naik! Kita lawan Uncle Jo! Jadi, nggak?!"
Alena hanya geleng-geleng menahan tawa melihat keributan Joshia dan Jordan. Di belakangnya Jossan menyusul dengan senyuman lebar. "Kalau urusan beginian aja, kamu baru akrab sama Jordan, ya, Josh?"
"Ahaha..." Joshia tertawa garing. Mau bagaimana pun, kan, Jordan tetap adiknya. Wajar kalau mereka akrab. Eh, wajar tidak, ya, untuk Joshia? Tapi sudahlah, itu tidak penting. Sekarang dia meraih tangan Jossan. "Kita naik bombom car, ya, Os! Siap?"
"Siap Papa!"
Satu menit kemudian, di sinilah Joshia dan Jossan berada. Di sebuah bombom car berwarna merah menyala dengan helm warna senada. Bersama sepuluh bombom car lain, siap berpacu satu sama lain di bawah aliran listrik. Satu deret di depannya ada Jordan bersama Jella yang berpegangan ketakutan. Inilah rempongnya punya anak perempuan. Tidak bisa diajak berperang.
Joshia tertawa usil pada Jossan. "Kamu siap, kan?! Kita tabrak Uncle Jo! Ayo!"
"Emang kamu bisa nyetirnya?" tanya Jossan tak yakin.