Kesalahan terbesar Kallenya Sashmita Wangsa (Alena) di masa lalu adalah, membuang anaknya sendiri. Tahun-tahun berlalu, Alena pikir bisa melupakannya dan tetap hidup bahagia. Tapi, dosa itu terus mengejarnya. Bayang-bayang anaknya yang entah di mana...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yash, update nihh
Yuhuu ramaikan komennya ya biar update cepet lagii,
Thank youu
Anakku... Joshia bahkan belum pernah mengatakannya. Aku sayang kamu.
"Ossann! Oss!" teriakan Joshia membabi buta, "Os, jawab aku! Kamu masih dengar, kan? Oss, kenapa?" dan isakannya perlahan banjir. "Kenapa kamu nggak dengerin aku?! Kenapa?! Aku kan bilang, jangan nyusul aku! Kenapa?" Joshia hanya ingin marah pada dirinya sendiri. Tapi melihat dompetnya yang masih dipegang Jossan, tangisnya mengencang.
Dan tubuh Jossan perlahan bergerak.
"Oss... Os, kamu denger aku, kan?!"
"Nanti... kamu nggak bisa bayar, soalnya dompet kamu jatuh..." bisik Jossan.
"Biarin... Biarin aja! Aku kan udah bilang jangan jadi orang baik, nanti kamu sakit!"
"Sakittt..." Jossan hanya mengeluh dan tangisan Joshia menderas. "papa..."
"Kamu harus kuat, kamu kan dari dulu udah biasa, kalau cuma sakit kayak gini, doang. Tahan, ya?"
Bahkan saat ambulans datang, Joshia tidak bisa melepaskannya. Jemari Jossan yang terus menggenggam jempolnya. Dan sepanjang jalan dia menangis dalam sesal.
"Kenapa kamu benci aku?" suara lirih Jossan membuyarkan lamunannya.
"Aku nggak pernah benci kamu..." jawab Joshia sesenggukan. "Kapan aku benci? Aku sayang kamu," dan diraupnya muka frustasi, "Papa sayang kamu, Os... papa sayang kamu..." dan dia tidak tahu ingin mengatakan apapun lagi. Selain menyampaikan rasa sayangnya.
Saat kesadaran Jossan menipis, Joshia hanya bisa berteriak.
"Oss..." raung Joshia dalam tangis, "Jangan tinggalin papa sendiri, Os! Papa nggak punya siapa-siapa lagi! Os, papa sayang kamu! Maafin papa nggak bisa jaga kamu dengan baik, ya? Maaf... Papa jahat..."
Bahkan saat Jossan sudah berhasil dibawa ke dalam ruang IGD, Joshia hanya bisa memukuli dirinya sendiri. Juga kaca-kaca di sekelilingnya. Dan dia hancur dalam dunianya sendiri. Tuhan, kamu boleh ambil apapun dariku. Bahkan nyawaku sendiri. Kamu boleh tukar... Tapi jangan dia...
Joshia memohon dalam hatinya. Dia tidak pernah berdoa. Tapi kali ini dia kalah. Dia ingin berdoa. Dia ingin mengemis dan memohon pada pemilik kehidupan. Joshia mengakui kelemahannya hari ini.
Jangan ambil anakku. Tuhan, dia tidak punya apapun lagi di dunia ini. Dan dia menyesal. Joshia menghapus air matanya kasar. Tidak pernah dia sebodoh ini. Menangis sendirian di lorong rumah sakit. Joshia memukul-mukulkan kepalanya ke kaca.
Maafin Papa, Os. Papa nggak bisa jadi papa yang baik buat kamu. Papa nggak pernah ada buat kamu waktu kamu belajar berjalan. Papa nggak pernah mau peduli apa yang kamu suka. Papa nggak pernah bikin kamu seneng. Selama ini yang bikin kamu seneng orang lain. Bukan papa. Papa gagal ya, Os? Bahkan nama kamu, orang lain yang kasih. Bukan papa.