Joshia tidak pernah merasa setenang ini di samping Jordan. Bertemu hanya akan memancing emosinya. Berpikir bahwa Jordan jauh lebih segala-galanya. Lalu merasa kecil dan tidak berguna. Tapi Joshia sering lupa, kalau tidak ada orang tua mereka, hanya Jordan yang dia punya di dunia ini. Hanya Jordan tempatnya pulang. Saat dia tidak punya apa-apa seperti mereka.
"Thanks, udah jaga Os selama ini."
Jordan mengernyit tidak suka. "Ossan itu, kan, memang anak gue. Bukan lo," dan jawabannya membuat Joshia sedikit terhibur malam ini. Meski mereka hanya duduk-duduk di depan lobby rumah sakit- yang walau sudah hampir tengah malam tapi lalu lalang keramaian terus datang.
Jella tiduran di pangkuan Jordan. Nyaris terantuk-antuk. Tapi tetap ingin memaksakan diri. "Uncle Josh... terus Os udah sembuh belum? Terus kapan Jella bisa ketemu?"
Jordan hanya tertawa menyentil pipi anaknya. "Kamu banyak nanya, deh."
Jella cemberut. "Jella, kan, di sini mau nungguin Os. Kapan Os pulang ke rumah, Pa? Jella jadi nggak bisa main rumah-rumahan lagi. Kangen Os."
Joshia hanya tersenyum getir mengacak rambut Jella. "Mainnya sama Uncle aja, ya, princess!"
"Tapi Ossan bakal pulang, kan, Uncle? Kapan Os pulang?"
Dan Joshia tidak bisa menjawabnya. Joshia mungkin akan kesepian. Jella juga. Jella akan kehilangan teman terbaiknya.
"Apa keputusan gue udah tepat?" Joshia melirik Jordan.
Jordan tersenyum getir. "Kalau itu yang terbaik, maka itu yang paling tepat."
***
"Aunty... Aunty kok di sini?"
Dan mendengar suara itu kembali setelah semalaman, Alena merasakan hatinya membuncah. Kalau tidak ingat berliter air mata yang diteteskannya semalam hanya akan membuat anak itu sedih, jadi Alena menahannya. Meski setengah mati dia sesak begini.
"Ossan... Os..." lirih Alena, "kamu sudah bangun, sayang?"
Jossan memutar bola matanya bingung. Jemari mungilnya nyaris menyentuh kepala yang diperban kalau Alena tidak menghalangi. "Sakit... Aunty..."
Alena bersimpuh panik. "Bilang apa yang sakit, Os. Biar... biar," Alena tersenyum, "Aunty panggilkan dokter, ya?"
"Aku pengen ke sekolah. Ini udah pagi, Aunty?" dan sinar matahari dari balik tirai menjadi jawaban. "Kok aku nggak sekolah?"
Alena membelai pipi Jossan lembut. Ya Tuhan, anaknya benar-benar sepintar ini. Benar-benar jelmaannya yang dulu. Ke mana saja dia selama ini? Alena telah melewatkan banyak hal dan Alena tidak mau mengulang kebodohan yang sama.
"Sayang, hari ini sekolahnya libur dulu, ya? Aunty temani di sini, okay?"
Muka Jossan jadi sedih. "Kok Aunty juga nggak kerja? Aunty bolos, ya? Bukannya nggak boleh orang dewasa itu bolos?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Scars
Literatura FemininaKesalahan terbesar Kallenya Sashmita Wangsa (Alena) di masa lalu adalah, membuang anaknya sendiri. Tahun-tahun berlalu, Alena pikir bisa melupakannya dan tetap hidup bahagia. Tapi, dosa itu terus mengejarnya. Bayang-bayang anaknya yang entah di mana...