[22] Rewrite The Stars

3.6K 484 61
                                    

“Jadi… ada cerita hot apa selama kalian di Lembang? Uuhh… I can’t wait to hear that,” todong Verra bahkan sebelum Alena menghempaskan bokongnya ke kursi putar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jadi… ada cerita hot apa selama kalian di Lembang? Uuhh… I can’t wait to hear that,” todong Verra bahkan sebelum Alena menghempaskan bokongnya ke kursi putar. Menatap nyolot pada Verra yang sudah siap dengan kopi panas dan sekarung camilan. Hasil mencuri dari pantry.

Alena mengernyit sambil meraih sisirnya. “Cerita apa yang kamu harapkan, Ver?”

Verra menatap Alena seperti anak macan. “Lo pakai lingerie merah dan aww… Pak Joshi datang menerkam. And doing that… one night stand... Lo tahu, kan, Le, pria macem Pak Joshi itu pasti bakal luluh sama gadis polos. Yang polos itu yang menggoda, kalau yg sexy hotty udah biasa dia pake.”

Alena meringis. “Ewhh… Imajinasi kamu ketinggian, Ver. Ada-ada aja, ya. Lagipula,” kernyitannya makin dalam, “apakah aku kelihatan kayak gadis polos? Huh, I’m thirty three if you don’t forget that fact.”

“Tiga puluh tiga itu cuma angka, Le. Terus kalau udah tiga puluh tiga, apa nggak boleh kelihatan cute dan menggemaskan?” Verra makin mencak-mencak. “Lihat, deh, diluaran sana banyak ABG tampil kayak tante-tante! Kelihatan udah tahu sempak dunia. Huh, kita-kita ini loh yang tante-tante tapi masih punya inner beauty and pure.”

Alena menatap Verra yang memasang wajah sok imut. Uh, sepertinya itu nggak berlaku untuk mereka, deh. Kecuali mereka sekelas Yoona SNSD, Suzy, atau malah IU, pacar Lee Jongsuk baru-baru ini. Alena, sih, percaya artis-artis Korea itu masih kelihatan imut. Tapi kalau dirinya dan Verra di umur tiga puluhan ini? Ah, sudahlah… dunia memang tidak adil.

Oh, tapi Verra tidak sepenuhnya salah, sih. Dia pernah jadi gadis polos… sebelum si macan itu menjerumuskannya. Iya, benar, pria-pria itu hanya penasaran pada gadis polos. Karena yang berani sudah terlalu biasa.

“Cyn, kalian lagi gosipin apa, sih? Eyke gabung boleh nggak?” Andro melipir dengan gelas cangkir kopi yang sama. Alena bahkan belum mendapatkan kopinya selama menjadi narasumber topik imajinasi Verra yang tidak mutu ini. Seharusnya dia mendapatkan bayaran, kan?

“Nggak ada, Ndro. Ceritanya udah habis,” tolak Alena yang langsung dibalas pelototan Verra.

“Bahkan kita start aja belum, loh!”

“Eh, Cyn, kemarin di Lembang ada cerita apa?” 

“Nah, kan, Andro juga kepo!”

Ya ampun, harus berapa kali, sih, Alena berteriak? Tidak ada apa-apa. Selain. Ya, selain mereka yang tidur seranjang mengenang masa lalu. Ugh, itu hanya akan disimpannya sendiri. Kenyataan bahwa semalaman mereka mengenang anak mereka yang telah tiada.

Dan suara derap langkah menjebol ruangan. Verra yang sigap langsung bergidik. Hafal suara itu di luar kepala. 

“Heh, Verra, balik ke ruanganmu!” Joshia muncul dengan muka sinisnya. “Apa ada yang bolehin kamu jalan-jalan seenaknya? Ruangan kamu itu nggak di sini, tapi di sana! Di depan ruangan saya!”

Rewrite The ScarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang