Kesalahan terbesar Kallenya Sashmita Wangsa (Alena) di masa lalu adalah, membuang anaknya sendiri. Tahun-tahun berlalu, Alena pikir bisa melupakannya dan tetap hidup bahagia. Tapi, dosa itu terus mengejarnya. Bayang-bayang anaknya yang entah di mana...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Halo, pada kangen Ossan nggak? Im back, hehe
Sudah hampir pukul delapan malam saat Jossan berjinjit melalui kaca jendela kamar barunya. Berkali-kali Jossan melakukannya untuk membuka jendela tapi tidak mendapat hasil. Jossan ingin menyerah saja rasanya sampai tiba-tiba keritan pintu terdengar dan sosok yang mirip Aunty Ale masuk.
"Ya ampun, Os, kamu mau apa?"
"Kamu siapa?! Aku nggak kenal kamu!"
"Kamu jangan gitu, dong. Kemarin, kan, kita udah kenalan. Aku Lana, adiknya Mama..." Alana menggigit bibir panik, "Kamu mau ngapain, Ossan? Jangan kesana-sana. Sini aja, yuk, Aunty temenin bobok."
Jossan menggeleng. "Nggak mau."
"Ossan, jangan gitu, dong. Aunty jadi sedih," Alana menghela napas meletakkan bantal beruang di tangannya ke pinggir ranjang. "Boleh nggak Aunty cerita sesuatu?" Jossan masih cemberut di ujung pintu. "Diem berarti iya."
"Buka dulu pintunya." Jossan mulai kesal.
"Kamu mau ke mana? Ini udah malem. Kita ngobrol-ngobrol aja," Alana tersenyum. "Mulai sekarang kita temenan, ya? Mau nggak?"
"Kenapa aku harus temenan sama kamu?"
"Soalnya aku adiknya mama."
"Aku nggak punya mama!"
Alana meringis mendengarnya. Ini untuk Alena, tapi rasanya hatinya ikut tertohok mengingat betapa kakaknya sangat menunggu ini semua. "Kamu tahu, nggak? Udah dari lama Mama kamu nungguin kamu. Selama ini mama kamu menderita, mama kamu sering sedih mikirin kamu. Dulu, Kak Ale selalu mikir, apa anaknya udah nggak ada. Apa anaknya udah meninggal. Tapi ternyata, kamu masih ada, Ossan. Kamu tahu nggak betapa Kak Ale senang lihat kamu lagi? Begitu juga Aunty, Oma, semua seneng banget, Os..."
Jossan malah menangis. "Kenapa dulu aku dibuang?"
"Itu nggak benar, Os, percaya, deh, sama aku." Alana bangkit mendekat pada Jossan yang masih berdiri di ujung jendela, menggendongnya kembali ke ranjang. "Sekarang udah malem, kamu bobok ya?"
"Tapi aku kangen Papa. Aku nggak bisa tidur."
Alana memutar otak, akhirnya menjentikkan jari. "Gini aja, deh, sekarang kamu tidur dulu. Besok aku janji bakal telpon Kak Joshi buat kamu. Biar kamu bisa bilang kangen sama papa. Mau nggak?"
Jossan menatap Alana cemberut. "Emang kamu janji?"
Alana mencubit pipi Jossan gemas. "Emangnya aku kelihatan tukang bohong apa? Janji, dong, sayang..."
"Beneran, ya? Awas kalau kamu bohongin aku!"
"Nggak bakal. Udah sana tidur. Kalau aku balik sini, kamu belum tidur, aku laporin Kak Joshi."
Akhirnya Jossan melempar diri ke ranjangnya. Dia akan menunggu hari esok tiba.
***
"Os, Mama udah bikinin kamu bubur ayam, loh. Kamu nggak mau coba?"