[14] Try Again

5.1K 608 71
                                        

"Apa kamu bilang?!" gejolak amarah Joshia menggelegar di ruangan saat mendengar penuturan Verra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kamu bilang?!" gejolak amarah Joshia menggelegar di ruangan saat mendengar penuturan Verra. "Saya itu nyuruhnya kamu yang jemput, Ver! Bukan orang lain! Seenaknya aja ya kamu ngelimpahin tugas ke orang lain! You know that she's just a new trainee! Mana kita tahu dia becus atau nggak?! Barusan saya nyampe ke sana, Ossan udah nggak ada di sekolah!"

Abrisam menenangkan, "Please, you know she's doing well. You just... scared the other things."

Ya, Joshia takut. Takut diam-diam Alena melakukan hal seperti di sinetron itu. Seperti diam-diam memotong rambut Jossan untuk melakukan tes DNA atau malah membawa kabur Jossan pergi darinya. Setelah menyadari Jossan mungkin ikatan darahnya. Atau mungkin memanfaatkan kesempatan lain dengan menggunakan Jossan.

Andro menyela lelah. "Bapak mah gitu! Lebay, deh! Orang Alena juga fine-fine aja, kok, jemput Os. Emang masalahnya apa, sih, Pak?"

"Kamu diem, Ndro! Saya nggak nyuruh kamu ngomong!"

Regina ikutan nimbrung dari balik kubikelnya. "Pak Josh, saya barusan hubungi Alena. Ale bilang dia baru di jalan. Bentar lagi nyampe. Tadi mampir makan, doang."

Mampir makan atau mampir ke tempat lain? Berjuta pertanyaan menuduh bermunculan di otak Joshia. Saat akhirnya pintu kaca di samping tempat mereka bersitegang mulai terbuka menampilkan sosok Alena yang menggendong Jossan- tertidur di pelukannya, hembusan napas kelegaan terdengar. Baik dari Regina, Andro, ataupun Verra. Karena mereka lepas dari amukan Joshia.

"So... Sorry, Pak Josh," Alena meringis takut, sedikit bergidik merasakan tatapan Joshia seperti siap menerjang kapan saja. "Kami mampir jajan sebentar."

Tatapan sinis Joshia tertuju padanya. "Wow, Alena, you did a great job in your trainee day!" sindirnya.

Jelas itu sindiran kalau Alena tidak segera balas mengejek. Oh, sayangnya Alena tidak takut. Malah tertawa puas mengulurkan gambar di tangannya. "Tadi ada kelas menggambar. Ini hasil gambaran Ossan. Gurunya melapor pada saya. Apa Anda tahu siapa yang bertanduk itu?"

Joshia merebut gambar di tangan Alena. Kernyitan kesal muncul di dahinya. Apa, sih, dia tidak paham gambaran bocah. Hanya ada dua manusia belepotan dengan sayap dan tanduk. "What is it?! I don't know!" jijiknya.

"Itu yang bertanduk, Anda!" tekan Alena menunjuk manusia dengan dua tanduk di kertas. Gambaran Jossan tadi. "Lihat, bahkan Anda itu galak banget di mata anak sendiri. Punya tanduk dan taring. Jadi, bisa, nggak usah emosian gitu?" Dari dulu kok nggak berubah. Dikit-dikit emosi. Betah banget istrinya sekarang!

Wow, Alena sangat memuji dalam hati.

Siapa perempuan itu? Makanya, dia sangat penasaran. Bahkan Alena yang tipikal penyabar saja tidak tahan menghadapi manusia ini dulu. Lalu, bagaimana wujud istrinya? Pasti jauh lebih sabar lagi dari Alena.

Menghela napas panjang, Joshia berusaha meredam emosinya. "Okay, kalian boleh bubar," tatapannya teralih pada Jossan, "kita pulang, ya?"

"Kenapa harus buru-buru? Ossan bisa tidur siang dulu di sini." Alena mengelak lagi. Yang lain sudah bubar jalan lebih dulu. "Lagipula ruangan kamu VIP, bahkan bisa buat nginap."

Rewrite The ScarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang