[9] Meeting You Was Fated

3.5K 472 63
                                    

"Hei

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei. Os, are you ready go to school?"

Joshia mendengarnya sendiri pagi ini. Saat Jordan sudah bersiap di depan rumah untuk mengantar anak-anak seperti biasa, Jella dan tentu saja Jossan. Renata juga di sana mengantar ke depan rumah dengan bekal warna biru langit. Siap dikalungkan ke leher Jossan. Joshia tidak tahu, tapi tangannya refleks merebut bekal di tangan Renata.

"Joshi, ada apa?" tanya Renata linglung dan bodoh.

"Aku... emm," satu lagi kebodohan yang Joshia sesali pagi ini saat menatap anaknya yang mengedip polos. "Biar aku.... yang antar."

Dan mendengarnya, reaksi Renata juga Jordan seperti patung bodoh. Joshia merutuk, berlebihan sekali. Tapi tanpa bicara merebut ransel dan bekal milik Jossan, menentengnya menuju mobil.

Joshia berdeham. "Ayo, Os! Malah diem aja, sih?! Sini! Jadi sekolah, nggak?!"

Renata geleng-geleng meski tersenyum. "Joshi... Joshi... ngomong sama anak kecil itu yang lembut, dong!" tapi senyumnya tetap merekah mendorong Jossan, "tuh, Os, for the first time... Papa mau antar sekolah!"

Joshia terkesiap di tempatnya berdiri. For the first time? Apakah dia sejahat itu tidak pernah mengantarkan anaknya sendiri ke sekolah? Tidak tahu bagaimana perkembangannya. Tidak tahu apa pelajaran favorit dan bakat terpendamnya. Bahkan tidak mengenal guru-gurunya. Kadang Jossan sibuk menunjukkan hasil gambarnya di sekolah pada Jordan. Bukan padanya.

Apakah Joshia seburuk itu?

"Jella mau nebeng sekalian, nggak?" suara Renata terdengar kembali. Langsung ditepis senyuman Jordan.

"No... No... Jella sama Papa, ya, Nak?" Jordan mengedip, "it's quality time for Os and Uncle Josh."

Jella tersenyum jahil. "Yass, Papa..."

Joshia mendengus jengkel. Apa, sih? Kesannya seperti mak comblang sedang membantu pdkt orang. Sangat menggelikan. Joshia melirik Jossan yang mengikutinya tanpa suara, bahkan menutup pintu pelan sekali. Ya, memang terlihat seperti itu. Meski, senyuman Joshia mendadak terukir.

"Kamu udah breakfast?"

"Udah," bisik Jossan sebagai balasan.

Lalu hening sepanjang jalan. Joshia tidak tahu ingin mengobrol apa lagi pada bocah ini. Bahkan sampai di muka gedung TK, pun, mereka melangkah sendiri-sendiri. Joshia di depan masih menenteng ransel dan bekal milik Jossan. Eh, bocah itu malah berjalan menunduk beberapa langkah di belakangnya. Joshia melirik ke sekitar. Melihat orang tua dan anak lainnya saling bergandengan tangan atau malah menggendong. Ck, apa yang dia lakukan? Apakah dia harus menggandeng juga? Joshia tidak pernah sebingung ini. Meski pada akhirnya dia berbalik menunggu langkah Jossan yang super lambat seperti siput itu.

"Heh, lama banget, sih! Udah mau bel, tahu! Nanti dimarahin Bu Guru!" Joshia jadi kesal. Sabar, Joshi... Sabar... Inget, dia cuma bocah... "Kelasnya udah mau mulai, temen-temenmu udah masuk, tuh..."

Rewrite The ScarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang