[20] Missing Past

3.3K 444 62
                                    

Dua hari berturut-turut vila dibiarkan dalam keadaan bocor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua hari berturut-turut vila dibiarkan dalam keadaan bocor. Bukan tanpa sebab karena hujan memang terus berdatangan. Pemiliknya memohonkan ampun pada mereka seribu kali. Alena langsung menyesali pilihannya di travel yang menyajikan budget pas di kantong itu. Awalnya, dia memang sengaja mengerjai Joshia dengan mencarikan penginapan sederhana. Ternyata dia di sini, kena batunya sendiri. Alena langsung merutuki kebodohannya sendiri.

Sejak semalam, mereka berhenti bicara lagi. Seharian Joshia pergi bersama Andreas memenuhi ajakan jalan-jalan menjelajahi wisata. Alena sengaja menolak. Untuk apa? Untuk menerima keterdiaman Joshia dan tatapan mengintimidasinya terus menerus? Bodoh.

Dan sejak semalam, dia jadi kehilangan kamar. Mengungsi ke ruang TV, Hanya bertahan setengah hari karena atapnya menunjukkan kondisi menyedihkan. Air yang merembes perlahan ke sofa tempatnya tidur. Alena harus merelakan dirinya berjongkok seharian untuk mengepel dan menguras air ke ember. Sedangkan Joshia malah asyik jalan-jalan? Wow…

“Bu Alena, kami akan segera carikan hotel pengganti besok.”

“Tidak perlu,” bahkan Alena menolaknya dengan halus, dan masih memikirkan orang lain.

“Tapi kami minta tolong, ya, Bu, jangan beri rating jelek ke penginapan kami.”

Tidak apa-apa. Alena memang seperti ini. Dulu teman-temannya sering bilang dia seperti dewi berhati malaikat. Tapi Alena tidak percaya. Apa dia terlalu baik? Apa dia mudah kasihan?

“Gue pulang!” dan teriakan Joshia bersamaan dengan decit panjang pintu di belakang mengalihkan perhatian Alena. “Astaga, ngapain lo?!” pekiknya saat melihat Alena di lantai sibuk mengepel. Bodoh, dimana cleaning service yang bertugas? Kenapa membiarkan tamu melakukan hal kurang kerjaan begini?

“Heh, bangun!” perintah Joshia lagi.

"Hujan badai..." gumam Alena lirih, "dingin."

"Terus?! Ya udah, bangun!"

Tapi percuma, Alena mana mau dengar. Malah sibuk meremas kain bekas yang penuh air, meremasnya ke dalam ember. Lalu kembali mengepel lantainya.

Joshia geleng-geleng. Wah, ada bakat terpendam jadi pembantu juga Alena ini? Dia sangat multitalen. Kalau begini rasanya Alena lebih mudah digapai, betul?

Tawa sinis Joshia malah memicing. “Lagi cosplay jadi pembantu… atau istri?”

Alena mendongak saat tawa Joshia menguar, tidak mau menyingkir dari spot yang akan dibersihkannya. “Ini basah, kamu mau terpleset?”

Mau tidak mau Joshia menyingkir, membiarkan Alena mengepelnya. “Kenapa suara lo sumbang gitu, deh? Gue bawain lo bollen dari Andreas. Makan, gih.”

Alena tidak peduli dan melanjutkan kegiatannya saat Joshia menyentak paksa, “Le,” dan sekujur tubuhnya panas, Joshia langsung menjatuhkan kantong di tangannya, “hei, Le, badan lo panas!”

Rewrite The ScarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang