"Kak Ale... Mas Jo masak nggak nemuin Kak Joshi coba. Katanya seharian ini Kak Joshi nggak ngantor. Hapenya Kak Joshi aku telpon juga nggak diangkat-angkat."
Alena menatap Jelita yang tampak sama cemasnya. Masih berusaha menunggu panggilan hingga nada dering berakhir. Berharap si pemilik nomor akan menjawab di seberang sana. Tapi hasilnya nihil. Joshia tidak juga menjawab telponnya. Kata Verra, Joshia juga tidak di kantor seharian ini. Alena hanya ingin menyerah saja rasanya.
"Kak Ale," Jelita meringis, melihat Renata yang sudah kelelahan jatuh tertidur di sofa, "mendingan Kakak tidur, deh. Biar aku yang jagain Ossan. Udah hampir jam sembilan malem."
"Aku... nggak bisa, Je..."
Jelita hanya menatap Alena prihatin. Joshia selalu melakukannya. Kabur dari kehidupan. Padahal kehidupan yang dia tinggalkan selalu mencarinya. Joshia hanya merasa tidak punya tempat di sana.
Alena mengalihkan diri pada Jossan yang masih terduduk lesu di ranjangnya. Terus memainkan boneka lumba-lumba tanpa banyak bicara. Menolak makanan dari suster, bahkan tidak menyahut saat diajak bicara dokter.
"Os, nggak mau tidur?" lirih Jelita pada akhirnya. "Tuh, langitnya udah gelap. Hii... serem. Aunty tutup jendela, deh, ya?"
Jossan menggeleng lemas. "Aunty..." bisiknya. "Papa di mana?"
Seharian ini semua orang sudah datang. Hari ini Jossan bertemu Grandma, Aunty Je dan Uncle Jo kesayangannya, bertemu seorang gurunya, dan yang jelas Nanny Rin bersama Jella. Tapi tidak ada papa. Papa di mana? Papa nggak kangen aku. Hanya itu yang berkelebat di pikirannya. Sekarang dan selamanya Joshia memang sudah membencinya. Dan itu hanya akan membuat Jossan ingin menangis setiap saat.
"Papa nggak ke sini..."
"Besok..." Alena menenangkan, "Os, sekarang Ossan tidur, ya? Besok," suaranya bahkan seyakin ini, "Papa pasti ke sini."
Jossan menunduk. Menekan-nekan ujung hidung si lumba-lumba. "Papa benci aku?"
"Os, itu nggak benar..."
"Aku mau tunggu sampai dia datang. Soalnya dia janji mau main kotak-kotak dan tidur bareng."
"Os..." meski sedih Alena tetap tertawa. "Kotak-kotak itu rubik namanya."
"Dia bisa bikin warnanya sama, Aunty. Aku mau diajari."
"Iya, sayang. Besok, ya?" pandangan Alena jatuh pada Jelita yang tahu-tahu juga sudah tertidur di sofa lipat. Padahal tadi Jelita yang menawarinya untuk istirahat. Ternyata Jelita sendiri yang kelelahan. "Sekarang kita tidur, ya, Os?"
Jossan menatap Alena pasrah. "Aunty Ale kok nggak pulang? Emang orang tuanya Aunty nggak nyari?"
Alena hanya tersenyum sendu mengusap rambut Jossan. Semua orang tua memang akan mencari anaknya. Termasuk Alena... dan ini yang dia lakukan sekarang. Begitu dapat, Alena tidak akan melepaskannya. Alena memeluk Jossan tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Scars
ChickLitKesalahan terbesar Kallenya Sashmita Wangsa (Alena) di masa lalu adalah, membuang anaknya sendiri. Tahun-tahun berlalu, Alena pikir bisa melupakannya dan tetap hidup bahagia. Tapi, dosa itu terus mengejarnya. Bayang-bayang anaknya yang entah di mana...