[36] My Beautiful Bride

5.1K 293 29
                                    

"Oh, astaga Aleee," Kaira menjerit bahagia begitu masuk ke dalam sebuah ruang pengantin wanita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh, astaga Aleee," Kaira menjerit bahagia begitu masuk ke dalam sebuah ruang pengantin wanita. Di dalam sana, Alena tengah duduk menunggu di depan kaca riasnya dengan rasa gugup. Kedatangan Kaira yang tiba-tiba membuat kegugupannya sirna terganti oleh tawa dan kerinduan yang tak terkira.

Kaira datang ditemani Feris. Oh, astaga. Betapa Kaira rindu sahabatnya itu. Dipeluknya tubuh Kaira dengan lepas. "Kaiiir..."

"Tega-teganya kamu, Le, acara sebesar ini kamu baru ngomong sama aku sekarang? Tega banget, Le. Aku kan sahabat kamu dan Joshi, Le. Dan astaga Le, kamu beneran balikan sama Joshi?! Maksud aku, kalian nikah?! Kalian beneran nikah ini? Si Joshi ngajakin nikah? Bukan mainan, kan?" Kaira masih memasang muka cemberut, walau akhirnya dia dan Alena berpandangan. Saling menjerit seperti jaman masa sekolah mereka dulu. "Kyaaaa! Akhirnya Joshi nikahin kamu, Le!"

"Aku juga nggak ngerti, Kair," Alena mengernyit geli, tahu-tahu ternyata dirinya benar akan menjadi istri Joshi. Sah di mata hukum dan agama. Rasanya masih. Hah?! Heh?! Seriusan?! Tapi beginilah adanya.

Dan jeritan keduanya, baik Kaira dan Alena makin memekik. Feris di belakang mereka, yang menatap keduanya hanya tersenyum.

"Sudah gue duga," gumam Feris santai.

"Apanya, Fer?" tuntut Kaira tidak santai.

Feris berdecak panik, "Ah, oh, nggak," cengirnya, membuat Kaira mendengus bersiap mencubit pinggang Feris gemas. Suaminya itu pengamat yang baik. Hah, menyebalkan sekali.

"Terus gimana kabar perusahaan suami terhormatmu itu, Le?"

"Ah, Oh, bagaimana, ya?" Kaira hanya mengedikkan bahu dan terkaget.

Sementara itu di ruang pengantin satunya, tampak Joshia sudah diserbu dari berbagai sisi. Terutama para penghuni BAM Grup yang menuntut penjelasan. Suara Verra paling kencang di sana.

"Bisa-bisanya Bapak ngasih undangan diem-diem ke saya huhu. Saya salah apa, sih, Pak?" Verra mengatakannya dengan tangis tersedu yang dibuat-buat. "Mana sama si Ale gitu, loh, begimana ceritanya Bapak?"

Joshia menatap Verra malas. "Ya, itu namanya takdir, Ver! Segera hapus air mata kamu itu, kamu pikir saya bakal tersentuh sama cerita mellow kamu?" decaknya sebal.

Andro cekikikan melihat Verraa yang menyusut ingusnya. "Mampus lo, Ver!"

"Kamu juga, Ndro," Joshia ikut melayangkan tatapan tajam pada Andro, "segera urus si Verra, awas ya kalau sampai bikin keributan, kamu yang pertama saya cari!"

"Wa... Waduh," Andro gelagapan, buru-buru menegakkan badan dengan sikap siaga. "Siap, Pak! Saya bakal urus Verra! Ka... Kalau perlu, saya akan bertanggungjawab!"

Abrisam dan Zed yang mendengar kericuhan dari anak-anak buah Joshia di kantor hanya tertawa geli.

Verra sendiri langsung menyambit muka Andro dengan clutcch yang dibawanya. "Huh, gue nggak butuh tanggungjawab! Bye!" Verra mengibaskan rambutnya dan berbalik meninggalkan ruangan. Andro menyusul.

Rewrite The ScarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang