"Beib, Ale, I miss you so so much..." bertemu sahabat setelah bertahun-tahun lamanya, Alena merasakan beban hidupnya sedikit jauh lebih terangkat. Kaira, yang kini menjadi seorang designer handal dan memiliki boutique ternama, Alena diajaknya berkeliling melihat design rancangan yang berhasil digarap sahabatnya itu.
"Ya ampun, Ale, it's been a long time, huh! Aku pengen nangis tahu nggak, lihat kamu lagi! Aku sampai udah jadi ibu dua anak, nih!" dan melihat raut cemas di wajah Alena, Kaira kembali tersenyum, "how are you, Ale?"
Alena hanya mengedikkan bahu. "I'm fine as always."
Kaira meringis, mempersilahkan Alena duduk di salah satu sofa beludru di tengah ruangan kacanya. "Fransiska got married, in the end of this week... If you want to go with me.."
Alena menunduk, memainkan tangannya dengan kosong. "Kair, I can't decide now."
"It's okay, Ale," Kaira menenangkan, "kamu nggak harus datang. By the way, can't wait to come on your special day, too... William is kind person, I believe. William ada bersama kamu di setiap langkah kamu, Le."
Mungkin Alena pernah berpikir, hidup bersama William dan mempunyai anak darinya, Alena akan melupakan anaknya yang sempat hilang dulu. Tapi, tiap detik bersama William, Alena hanya akan teringat seluruh dosa-dosanya. Saat dia berada di lantai tertinggi apartemen mewahnya di Kanada, atau saat dia berlibur ke New York dan makan di restoran paling lezat... Alena hanya memikirkan di detik-detik itu, apakah anaknya makan dengan baik? Di mana anaknya berteduh sekarang? Hujan badai sedang marak di luar. Dan yang paling penting, apakah anaknya masih hidup?
"Aku sering, deh, nggak sengaja ketemu Brisam di gym tempat suamiku sering workout."
"O... Oh, apa kabar... Brisam?" gumam Alena lebih pada diri sendiri. Lama sekali Alena tidak mendengar nama Abrisam disebut.
"Well..." Kaira mengedikkan bahu, "masih tengil kayak dulu, yang paling penting... masih ganteng, sih, Le... ups!"
"Hei, Kair! Udah punya buntut dua kamu, tuh!"
"Ahaha... just kidding, Le! Naksir Brisam itu masa lalu aja, sih, buat aku. Jadi gimana, mau ikut, kan, ke nikahan Fransiska besok?"
***
Mengingat masa lalunya sendiri, Alena kerap membandingkan dengan adiknya, Alana. Si bungsu yang ceria dan punya segudang prestasi. Alana seperti copy-an dirinya, yang juga jenius, pintar, dan cerdas dalam segala hal. Hanya saja mereka punya pribadi yang berbeda. Kalau Alena sangat kalem dan pendiam. Maka, Alana kebalikannya, yang sosialita, supel, dan pandai bergaul. Kalangannya dari ujung ke ujung ada. Yang jaman sekolahnya bukan hanya pernah menjadi ketua OSIS, tapi merangkap jadi ketua cheers juga. Dan memandangnya sampai hari ini, Alena masih menyimpan rasa iri. Tapi, juga peduli. Jangan sampai, jangan sampai Alana terjerumus sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Scars
ChickLitKesalahan terbesar Kallenya Sashmita Wangsa (Alena) di masa lalu adalah, membuang anaknya sendiri. Tahun-tahun berlalu, Alena pikir bisa melupakannya dan tetap hidup bahagia. Tapi, dosa itu terus mengejarnya. Bayang-bayang anaknya yang entah di mana...