“Joshiii… Joshiii… Kamu dimana?! Josh—”
Pagi hari sayup-sayup suara Renata diiringi bunyi gedoran pintu terdengar dari luar ruangan. Joshia mengedip dalam kantuknya. Sesekali mengucek mata untuk mencerahkan pandangan. Pintu terbuka, Renata dan muka bengongnya menjadi hal pertama yang menyambut.
“Ups…” dan senyuman usil terbit di wajah Renata, “Mama ganggu, ya? Maaf ya,” sedetik kemudian pintu tertutup lagi. “Lanjutkan tidurnya ya… anak, cucu, kesayangan Mama.”
Joshia mengernyit, baru menyadari Jossan berada di pelukannya. Semalaman mereka tidur begini. Berdua, berpelukan di kamar Jossan. Kepala Jossan bersembunyi di dadanya, dengan tubuh menelungkup seperti landak. Mendadak Joshia geli sendiri. Merasakan pipinya memerah panas dan malu.
Dan mendapati pagi ini, meja makan pasti ricuh. Sial. Joshia ingin mengumpat sepanjang sisa pagi. Saat dia turun ke meja makan dan disambut tawa cekikikan mereka semua. Terutama dari Jordan.
“Ehem…” deham Jordan membuat Joshia melirik sinis. Jordan mengalihkan perhatian pada Jossan yang memakan roti kacangnya tenang, “Os, gimana semalam tidur kamu? Nyenyak?”
Jossan mengedip. "Mmm… Iya!”
“Good!” senyum Jordan.
“Nggak usah tanya-tanya, deh,” sungut Joshia yang langsung dibalas sinisan Jordan.
“Gue, kan, nanya ke Os, bukan lo!” Jordan mengalihkan pandangan pada Jella yang masih sibuk mencomoti sisa rempahan sereal di piring. “Hei, sayang, ayuk berangkat!”
“Yap!” Jella tersenyum nyengir. Memilih membawa serta setangkup sandwich di tangan dan mengalungkan bekal ke leher. “Ossan mau bareng, nggak?”
Jossan mengangguk. “Jellaaa, tunggu! Grandma, Os berangkat, ya!”
“Hei, jangan lari-lari! Nanti aku jemput, ya!” Joshia memekik dari kejauhan saat Jossan sudah berlari mengejar sepupunya itu.
Renata tersenyum melihat raut panik Joshia. “Kemajuan kamu pesat banget, ya?”
Joshia mengernyit tidak suka. “Nggak usah mulai, deh.”
***
“Halo Verra, Pak Joshi ada di dalam?”
“Ah, selamat pagi Mbak Sandra. Wah, long time no see, ya.” Verra nyengir sok asyik, “Mbak Sandra apa kabar? Udah pulang ke Jakarta, ya, Mbak? Duh, makin cantik aja. Mmm, ada loker sampingan khusus model gitu juga, nggak, Mbak? Ehehe, buat saya maksudnya… Ehehe… Mau juga jadi model gitu. Kalau bisa, sih.”
“Oh, bisa, dong. Kalau kamu mau, sih, bisa, Ver. Mau aku bantu?”
Alena mengernyit mendengar percakapan itu dari jauh. Menyibak rambut panjangnya ke belakang telinga, Alena mencuri dengar obrolan Verra dan wanita yang mencari si boss galak itu. Wow, cantik sekali wanita itu. Elegan dan berkelas. Apalagi suaranya yang lembut dan beraksen kebarat-baratan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Scars
ChickLitKesalahan terbesar Kallenya Sashmita Wangsa (Alena) di masa lalu adalah, membuang anaknya sendiri. Tahun-tahun berlalu, Alena pikir bisa melupakannya dan tetap hidup bahagia. Tapi, dosa itu terus mengejarnya. Bayang-bayang anaknya yang entah di mana...