Siang ini akhirnya Jossan makan bersama Joshia di salah satu restoran Jepang. Yang mrmbuat istimewa dan berbeda adalah adanya Alena di antara mereka. Jossan jadi makin bersemangat.
“Pelan-pelan. Ntar keselek nangis.”
Jossan hanya melirik Joshia malas. Lalu kembali mengambil sembarang piring-piring kecil sushi yang berputar mengelilingi meja mereka. Tiap ada yang menarik, Jossan mengambil satu. Tak peduli piring-piring lain sudah menunggu banyak di meja.
“Hei, itu onigirinya dimakan dulu. Belum habis, kok, ambil terus. Awas, ya, kalau sampe nggak dimakan. Ambil tuh satu-satu.”
Jossan hanya mendengus, lalu menyumpit kecil-kecil potongan sushi di piring.
“Sudah, sudah, nanti kita habiskan bareng,” Alena tersenyum menyumpit ebi furai di depannya, meletakkan ke piring sendiri. “Ossan mau nggak?”
“Aku mau!”
Alena memindahkan satu lagi ebi furai ke piring Jossan. “Ada yang kamu mau lagi nggak, Os?”
“Gue mana?” timpal Joshia tidak terima.
Alena mendengus. “Kamu, kan, bisa ambil sendiri,” meski akhirnya dia berniat mengambilkan juga. Tapi piring di depannya sudah kosong, “kamu makan dulu punyaku,” akhirnya Alena menukar piringnya dengan Joshia.
“Ck, selalu nyusahin diri sendiri. Gue tunggu piring lain muter ke sini aja. Nih, makan,” Joshia membalik piring ke posisi semula.
Alena hanya tertawa. Menatap Joshia dan Jossan yang duduk bersebalahan. Tapi langsung saling membanting karena aura keduanya berbeda. Yang satu judes dan kasar, satunya sangat halus dan lembut. Lihat, cara mereka memegang sumpit juga berbeda. Joshia yang makan dengan barbar seperti kerasukan. Jossan malah mengunyah sebanyak tiga puluh tiga kali. Joshia sudah lima kali suapan. Jossan masih mengunyah ebi furainya dengan hati-hati.
“Kenapa lo ketawa terus, sih?” Joshia tidak tahan menyindir, sambil berusaha meraih sisa sushi salmon di piring. Bersamaan dengan sumpit Jossan yang mengincar hal sama. Joshia langsung memukul sumpit itu dan merebut sang sushi. “Punyaku!” jeritnya dan menelan tanpa ampun.
Jossan hanya menatap Joshia malas. “Kamu jahat.”
“Emang! Udah abis! Ambil aja di perutku kalau kamu mau!”
“Joshiii,” geram Alena sambil menahan tawa. “Kita ambil lagi nanti, Os. Itu, piringnya sudah jalan lagi.”
Joshia mengedik geli.
“Kamu bener-bener nggak mau ngalah sama anak sendiri, ya?” Alena geleng-geleng. “Kamu tahu nggak, Joshi? Muka kalian berdua itu mirip banget. Kayak anak kembar,” kekehnya.
“Banyak yang bilang gitu. Meski gue paling ogah ada orang nyama-nyamain gue,” dehaman Joshia muncul diselingi tawa paksa, “tapi emang anak gue, sih… Mau ngelak gimana juga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The Scars
أدب نسائيKesalahan terbesar Kallenya Sashmita Wangsa (Alena) di masa lalu adalah, membuang anaknya sendiri. Tahun-tahun berlalu, Alena pikir bisa melupakannya dan tetap hidup bahagia. Tapi, dosa itu terus mengejarnya. Bayang-bayang anaknya yang entah di mana...